Semangat Humanisme Santri – Pahlawan Santri Resolusi Jihad

Oleh : Muhammad Faisol Ali, S.H. *)

Melihat film-film dokumenter tentang semangat juangnya orang dulu melawan kejamnya penjajah bikin bulu kuduk merinding. Betapa tidak, orang Indonesia tidak memiliki persenjataan yang lengkap apalagi canggih. Yang mereka miliki hanyalah harga diri, keyakinan, dan martabat negeri, tentunya bukan berarti berjuang dengan tangan kosong, mereka bersenjatakan senjata seadanya yang terbuat dari bahan dengan kearifan lokal. Semangat mereka melawan penjajah yang bengis berlandasan NKRI harga mati.

Sulit dibayangkan betapa mencekamnya suasana di setiap daerah di negeri ini kala itu. Hampir di setiap daerah sudah dikuasai penjajah. Namun, Semangat mereka kembali bergelora ketika Bung Karno pada 8 Agustus 1945 memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Puncaknya, pada 22 Oktober KH. Hasyim Asy’ari memproklamasikan Resolusi Jihad. Resolusi Jihad yang diproklamirkan KH. Hasyim Asy’ari ditambah pidato Bung Tomo yang menggelora berhasil  menggerakkan semua orang termasuk masyarakat muslim, terkhusus para santri dan kiai.

Baca juga :

SANTRI DALAM ARUS MODERNITAS DAN GLOBALISASI

Bukan perang namanya jika salah satu dari kedua belah pihak tidak ada korban. Banyak dari kalangan santri tumbang. Para santri yang tumbang di masa lalu, adalah para pahlawan, meskipun nama mereka tidak tercatat perindividual dalam sejarah namun gelar syahid layak mereka dapatkan.

Dulu yang disebut santri pahlawan adalah santri yang mengorbankan nyawanya demi NKRI. Tanpa seragam khusus —mujur bila mereka sampai memiliki senjata api. Pakaian yang mereka kenakan bukan pakaian anti peluru. Mereka hanya memakai baju putih dengan kopyah miring dan sarung melintir di dadanya. Semangat juang mereka berlandaskan manut dawuh kiainya.

Dari mereka ada banyak yang harus kita—santri kini—teladani: bahwa menjadi muslim tidak hanya terbatas pada ibadah normatif, tapi juga ada yang lain, mengabdi pada negeri yang artinya pada kemanusiaan (humanisme) yang juga sama saja artinya mengabdi pada agama, pada Allah.

Baca juga :

ADA SANTRI DI BALIK KEUTUHAN NKRI

Pada mulanya, semangat humanisme itu memang sudah ada pada agama Islam. Seperti dawuh Nabi Muhammad saw, ini kutipan al-Ghazali dalam Adabu-s-Shuhbah wal Mu’asyarah (Etika Berteman dan Bersosial), “Seorang tidak akan dianggap beriman hingga ia mencintai saudaranya serupa ia mencintai dirinya.”  Artinya dalam dawuhnya ini, Nabi mengaitkan humanisme dengan iman sebagai satu kesatuan mutlak. Secara eksplisit, Islam adalah agama humanis, dan memanifestasikan bahwa beragama menampik segalanya demi Tuhan: membabibuta—tapi antara teosentris (khaliq) dan antroposentris (makhluq) sejatinya harus seimbang dan bersintesis menjadi Islam.

Dan seyogyanya sebagai santri memanifestasikan dirinya sebagai wajah Islam yang sifat humanismenya sangat tinggi sekali. Dengan demikian wajah santri bukan sekadar wajah yang selalu diremehkan oleh berbagai pihak.

Menjadi pahlawan di negeri ini bukan dengan berada di depan dengan persenjataan yang lengkap, namun ada cara lain yang saat ini dibutuhkan di Indonesia, sikap humanis seperti yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.

*) Guru SKI MTs. Miftahul Ulum 2 Bakid

One Reply to “Semangat Humanisme Santri – Pahlawan Santri Resolusi Jihad”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *