Tiada Merdeka Tanpa Bhinneka Tunggal Ika

Oleh : Abdul Halim *)

Berbeda-beda tapi tetap satu adalah makna dari Bhineka Tunggal Ika. Sebuah semboyan bangsa Indonesia yang tertulis pada lambang negara, Garuda Pancasila. Semboyan yang perlu kita lestarikan tidak hanya sebagai pajangan di dalam kelas-kelas ataupun kantor-kantor. Melainkan juga dalam realitas bangsa dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Sebagai cerminan bangsa Indonesia.

Setali tiga uang tentang persatuan, dalam bahasa yang berbeda Syaikhana Kiai Husni seringkali menyampaikan: في كلمة واحدة، وفي صف واحد. Satu kata dan satu barisan. Melalui kata tersebut, kiai mengingatkan santri-santrinya atas betapa pentingnya sebuah persatuan demi meraih keberhasilan dan kemajuan. Begitupun para pahlawan, mereka berhasil mendapatkan kemerdekaan tiada lain karena kesatuan tekad mereka dalam menjunjung kata Merdeka dengan satu barisan.

Terkait persatuan, saya amat kagum dengan kisah Khalid bin Walid. Kala itu tentara islam yang dipanglimai olehnya memasuki negeri Yarmuk. mulanya orang-orang islam berkeinginan untuk menyerang tentara Rum secara terpecah-belah. Menyadari hal itu, Khalid bin Walid selaku panglima segera menyampaikan orasi bahwa konsekuensi perpecahan adalah kelemahan dan bahwasanya pertolongan Allah swt. itu terletak pada persatuan.

Orang-orang islam menyadari bahwa perkataan panglima besar mereka adalah benar, mereka patuh menaati sang panglima. Khalid bin Walid pun menyambut baik kepatuhan mereka dengan mengatur siasat dan strategi keren yang belum pernah dikenal sebelumnya.

Baca Juga :

KH. ABDUL HAMID HASBULLAH : SOSOK ULAMA PENCETUS HUKUM HORMAT BENDERA MERAH PUTIH

Di tengah gencarnya peperangan, ada sebuah surat dari Madinah yang sampai kepada Khalid. Surat itu berisi kabar tentang wafatnya Abu Bakar ash-shiddiq dan diangkatnya Umar bin Khattab sebagai Khalifah. Selain itu, dalam surat tersebut juga disebutkan bahwa Umar memecat Khalid bin Walid dari jabatannya sebagai panglima dan menggantikannya dengan Abu Ubaidah bin Jarah, seorang sahabat nabi yang dijuluki أمين الأمة, kepercayaan umat. Juga salah-satu dari sepuluh sahabat yang diberi kabar bahagia masuk surga. Umar memang sangat mengagumi Abu Ubaidah. Konon, di akhir hayatnya Umar berkata: “Andai Abu Ubaidah masih hidup maka pastilah ia yang akan kutunjuk sebagai penggantiku”. Sejarawan mengatakan, inilah yang mendasari keputusan Umar menunjuknya sebagai pengganti Khalid.

Mendapat kabar semacam itu, sikap mengagumkan ditampakkan oleh Khalid. Alih-alih sakit hati atau patah semangat setelah dipecat, Khalid tetap bersikap bijaksana dengan menyembunyikan kabar itu dari pasukannya.

Dikatakan bijaksana, sebab seandainya sahabat yang mendapat julukan سيف الله (pedang Allah) ini memberitahukan semua kabar dari Madinah tersebut padahal perang melawan Rum sedang gencar-gencarnya, tentu pasukan islam akan kocar-kacir setelah mengetahui kabar wafatnya Khalifah Abu Bakar. Terlebih saat mengetahui penglima yang menyemangati dan yang mengatur strategi peperangan mereka telah dipecat. Buah daripada kebijaksanaan panglima Khalid itu, kaum muslimin dapat memenangkan peperangan dengan telak. Hanya 3000 pasukan Islam yang syahid. Berbanding jauh daripada puluhan ribu pasukan Rum yang terbunuh.

Kisah Khalid bin Walid dalam memenangkan peperangan tersebut adalah bukti nyata keampuhan semboyan Bhineka tunggal ika dan maqalah Kiai في كلمة واحدة وفي صف واحد. Khalid yang tetap mementingkan persatuan kata dan barisan bahkan setelah ia dipecat dari seorang panglima. Ia fokus kepada satu tujuan dalam kondisi seperti apapun. Mengenyampingkan kepentingan pribadi demi kebaikan bersama. Dan benar-benar tulus membangun peran walaupun telah dipecat dari jabatan.

Indonesia bisa merdeka 77 tahun yang lalu pun tidak luput dari persatuan para pejuang bangsa. Mereka kesampingkan perbedaan pendapat, suku, etnis, ras dan agama demi satu kata dalam satu barisan, Kemerdekaan.

Maka sudah sepantasnya, baik organisasi kecil maupun besar, untuk selalu memperhatikan persatuan sebelum memulai langkah-langkah besar. Betapa Khalid bin Walid telah mengajarkan, bahwa persatuan ia kedepankan sebelum mengatur strategi yang mapan. Tidak akan ada persaingan yang menjatuhkan bila memang benar-benar mengerti langkah dan tujuan.

Marilah bersama-sama mensyukuri kemerdekaan Indonesia yang tidak lagi muda, sudah 77 tahun kita merdeka, dengan menguatkan kembali semboyan Bhineka tinggal ika dan maqalah في كلمة واحدة وفي صف واحد dalam realitas kehidupan sehari-hari. Merdeka.!

*) Pembina Eskul Literasi MTs. Miftahul Ulum 2 Bakid

One Reply to “Tiada Merdeka Tanpa Bhinneka Tunggal Ika”

Leave a Reply