Salam Para Nabiyullah Kepada Ibunda Rasulullah SAW (Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW 1445 H)

Oleh: Wiwin Sugianto, S.Pd *)

Kelahiran Nabi Muhammad SAW di semesta ini merupakan rahmat paling mulia. Begitu tingginya derajat beliau, hingga para nabi kemudian diutus Allah SWT untuk mengunjungi Sayidah Aminah (Ibunda Rasulullah SAW) sebagai pembawa kabar gembira dan pelipur kesendirian di masa-masa mengandung Rasulullah SAW.

Kisah ini penulis sadur dari Maulid Ibriz karya Syaikh Nawawi Banten (hlm. 17-19). Semoga dapat menambah kecintaan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW.

Sayidah Aminah berkata: “Ketika aku mengandung Kekasihku, Muhammad Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam, di awal masa kehamilanku, yaitu Bulan Rajab”.

“Suatu malam, ketika aku dalam kenikmatan tidur, tiba-tiba masuk seorang laki-laki yang sangat elok parasnya, wangi aromanya, dan tampak sekali pancaran cahayanya”.

Dia berkata, “Marhaban bika Yaa Muhammad (Selamat datang untukmu Wahai Muhammad)”.

Aku bertanya, “Siapa engkau?”

Ia menjawab “Aku Adam, ayah sekalian manusia”

“Apa yang engkau inginkan?”

“Aku ingin membawa kabar gembira. Bahagialah engkau wahai Aminah, engkau sedang mengandung “Sayyidil Basyar” (Pemimpin Manusia)”

Pada bulan kedua, datang seorang laki-laki, seraya berkata, “Assalamu’alaika Yaa Rasulullah (Salam untukmu wahai utusan Allah)”.

Aku bertanya, “Siapa engkau?”

Ia menjawab, “Aku Tsits”

“Apa yang engkau inginkan?”

“Aku ingin menggembirakanmu, bergembiralah wahai Aminah, engkau sedang mengandung “Shahibut Ta’wil wal Hadits” (Pemilik Ta’wil dan Hadits)”.

Pada bulan ketiga, datang seorang laki-laki yang berkata, “Assalamu’alaika Yaa Nabiyallah (Salam untukmu wahai Nabi Allah)”.

Aku bertanya, “Siapa engkau?”

Ia menjawab, “Aku Idris”

“Apa yang engkau inginkan?”

“Gembiralah engkau Yaa Aminah, engkau sedang mengandung “Nabiyir Ro-iis” (Nabi Pemimpin)”.

Pada bulan keempat, datang seorang laki-laki yang berkata, “Assalamu’alaika Yaa Habiballah (Salam untukmu wahai Kekasih Allah)”.

Aku bertanya, “Siapa engkau?”

Ia menjawab, “Aku Nuh”

“Apa yang engkau inginkan”

“Bahagialah wahai Aminah, engkau sedang mengandung “Shohibun Nashri wal Futuh” (Pemilik Pertolongan dan Kemenangan)”.

Pada bulan kelima, datang seorang laki-laki yang berkata, “Assalamu’alaika Yaa Shafwatallah (Salam untukmu wahai Sahabat Karib Allah)”.

Aku bertanya, “Siapa engkau?”

Ia menjawab, “Aku Hud”

“Apa yang engkau inginkan?”

“Bergembiralah wahai Ibu Aminah, engkau sedang mengandung “Shohibusy Syafa’ah fil yawmil Masyhud” (Pemilik syafa’at di Hari persaksian)”.

Pada bulan keenam, datang seorang laki-laki yang berkata, “Assalamu’alaika Yaa Rohmatallah (Salam untukmu wahai kasih sayang Allah)”.

Aku bertanya, “Siapa engkau?”

Ia menjawab, “Aku Ibrohim Al-Kholil”

“Apa yang engkau inginkan?”

“Bahagialah engkau Ya Aminah, engkau sedang mengandung “Nabiyil Jalil” (Nabi yang Agung)”.

Pada bulan ketujuh, datang seorang laki-laki yang berkata, “Assalamu’alaika Yaa Manikhtaarahullah” (Salam untukmu wahai orang yang telah dipilih Allah)”.

Aku bertanya, “Siapa engkau?”

Ia menjawab, “Aku Isma’il Adz-Dzabih”

“Apa yang engkau inginkan?”

“Gembiralah Yaa Aminah, engkau sedang mengandung “Nabiyil Malih” (Nabi yang elok/sumber kebaikan)”.

Pada bulan kedelapan, datang seorang laki-laki yang berkata, “Assalamu’alaika Yaa Khirotallah” (Salam untukmu wahai pilihan Allah)”.

Aku bertanya, “Siapa engkau?”

Ia menjawab, “Aku Musa putra Imran”

“Apa yang engkau inginkan?”

“Kabar gembira Yaa Aminah, engkau sedang mengandung “Man Yunzalu ‘alaihil Qur’an” (Orang yang akan diuturunkan padanya Al-Qur’an)”.

Pada bulan kesembilan, yakni bulan Rabi’ul Awwal, datang seorang laki-laki yang berkata, “Assalamu’alaika Yaa Rosulallah” (Salam untukmu wahai utusan Allah)”.

Aku bertanya, “Siapa engkau?”

Ia menjawab, “Aku Isa putra Maryam”

“Apa yang engkau inginkan?”

“Gembiralah engkau Yaa Aminah, engkau sedang mengandung “Nabiyil Mukarrom wa Rosulil mu’adhom” (Nabi yang dimuliakan dan Rasul yang diagungkan)”.

Sungguh kisah tersebut merupakan bentuk ketinggian derajat Rasulullah SAW tanpa mengurangi sedikit pun derajat para nabi sebelumnya. Masa mengandung Ibunda Aminah RA begitu diagungkan Allah SWT, lantas kenapa tiap tahun justru memperdebatkan halal-haramnya Maulid Nabi Muhammad?

Allaahumma Sholli’alaa ala Sayyidinaa Muhammad Wa’alaali Sayyidinaa Muhammad

Yaa Allah Yaa Rabb..

Kami memohon agar Engkau bangkitkan kami dalam barisan yang sama bersama Rasul kami Yaa Habibi Yaa Rasulullah, hidup kekal bersama kekasih-Mu di telaga yang telah dijanjikan, aamiin..

*) Guru Akidah Akhlak MTs. Miftahul Ulum 2 Bakid

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *