Mendidik Pelajar Jaman Now Keistimewaan Puasa Ramadhan | Dirosah Virtual Ramadhan 1444 H

Oleh : M. Hidayah Hadi Purnomo, S.Pd *)


Dalam kitabnya, Maqâshid al-Shaum, Sulthân al-Ulamâ’, Imam Izzuddin bin Abdissalam al-Sulami (w. 660 H) mengatakan paling tidak ada tujuh faedah puasa di bulan Ramadan yang satu sama lainnya saling terkait. Faedah yang dibicarakan di sini adalah soal “pembangunan diri”, baik dari sisi agama (pahala) maupun individu. Tujuh faedah tersebut adalah :

  1. Meninggikan Derajat
    Orang yang melaksanakan puasa Ramadhan derajatnya akan diangkat oleh Allah swt. Sebab, pada bulan ini Allah membuka seluruh pintu surga dan menutup pintu-pintu neraka. Dengan dibukanya pintu-pintu surga, hal ini menjadi dorongan bagi Muslim untuk memperbanyak ibadah sehingga derajatnya semakin tinggi di sisi Allah. dibukanya pintu surga sebagai simbol atau tanda untuk memperbanyak ketaatan (taktsîr al-thâ’ât), terutama yang diwajibkan. Tetapi logikanya, meskipun pintu surga telah dibuka lebar-lebar, apakah semua orang berhak melintasinya tanpa memperbanyak ketaatan selama bulan Ramadan dan bulan-bulan setelahnya? Artinya, dibukanya pintu surga merupakan dorongan untuk memperbanyak ibadah. Apa artinya pintu yang terbuka tanpa ada seorang pun yang berkeinginan untuk memasukinya.
  2. Penghapus Kesalahan/Dosa
    Orang yang melakukan puasa Ramadhan akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. Dengan catatan, puasa yang dilakukannya harus banar-benar karena keimanan dan hanya mengharap pahala dari Allah swt, bukan ingin mendapat pujian dari sesama manusia. Meminta imbalan (pamrih) kepada Allah merupakan bentuk penyerahan diri, pernyataan keimanan dan menyatakan kelemahan di hadapan-Nya. Berbeda halnya dengan pamrih antar sesama manusia yang seakan-akan menunjukkan ketidak-tulusan.
    Di samping itu, manusia memiliki masalahnya sendiri-sendiri, sekuat dan setegar apa pun dia, sekaya dan semampu apa pun dia, manusia tidak mungkin lepas dari persoalan hidup, sehingga meminta imbalan kepada mereka, sama saja dengan menambahi beban hidup mereka.
  3. Memalingkan/Mengalahkan Syahwat
    Dengan berkurangnya asupan makanan dalam tubuh, maka nafsu atau syahwat dalam diri manusia bisa lebih mudah dikendalikan. Jika bisa mengendalikannya, maka ia akan lebih mudah melakukan ketaatan dan menjauhi perbuatan maksiat. Perlu dipahami sebelumnya, bahwa lapar dan haus di sini bukan kelaparan dan kehausan yang disebabkan oleh keadaan yang sering menimbulkan problem sosial seperti pencurian, perampokan, dan lain sebagainya. Lapar dan haus di sini adalah puasa, yaitu lapar dan haus yang disengaja dan didasari oleh niat ibadah. Niat ibadah inilah yang membuat lapar dan haus memiliki arti, yaitu menjadi ajang melatih diri, mengendalikan hawa nafsu dan meminimalisasi syahwat bermaksiat.
  4. Memperbanyak Sedekah
    Dengan berpuasa, seseorang akan merasakan bagaimana rasanya menahan lapar dan haus. Hal ini dapat memunculkan rasa empati dalam dirinya untuk memperbanyak sedekah kepada sesama, terlebih kepada orang yang hidup serba kekurangan. Syekh ‘Izzuddin bin ‘Abdissalam dalam Maqashidush Shaum (halman 16) menjelaskan:  “Karena sesungguhnya orang berpuasa ketika dia merasakan lapar, dia mengingat rasa lapar itu. Hal itulah yang memberikan dorongan kepadanya untuk memberi makan pada orang yang lapar.”
  5. Memperbanyak/Menyempurnakan Ketaatan
    Taat terhadap perintah Agama, manusia terkadang lalai terhadap hal-hal yang seharusnya menjadi kewajibannya terkadang malah mengentengkannya, tidak jarang pula manusia membenarkan hal-hal yang seharusnya dilarang untuk dilakukan.
  6. Mensyukuri nikmat tersembunyi
    Manusia sering lalai atas nikmat Tuhan yang mengelilinginya sehari-hari seperti udara, nafas, gerak dan lain sebagainya. Menurut Imam Izzuddin al-Sulami, puasa dapat mengembalikan ingatan itu dan membuat mereka mensyukurinya.
    Sebuah kenikmatan akan lebih terasa jika untuk mendapatkannya harus dilalui dengan perjuangan. Salah satu kenikmatan besar orang yang berpuasa adalah saat berbuka puasa, setelah sebelumnya menahan lapar dan dahaga sepanjang hari. Dengan merasakan kenikmatan ini, akan timbul rasa syukur dalam dirinya.
  7. Mencegah keinginan bermaksiat
    Saat sedang berpuasa, pikiran seseorang cenderung lebih besar difokuskan untuk menanti waktu berbuka puasa dengan segala hidangannya. Dengan demikian, pikiran untuk melakukan maksiat berkurang karena fokusnya lebih banyak teralihkan untuk menanti waktu berbuka. Mudahnya begini, puasa merupakan ibadah yang memiliki cakupan waktu yang cukup panjang, dari mulai fajar hingga terbenamnya matahari. Dengan demikian, puasa bisa menjadi pencegah efektif untuk manusia dari melakukan perbuatan jahat. Ketika dia hendak melakukan sesuatu, dia teringat bahwa dirinya sedang berpuasa, atau puasanya telah mengingatkan dirinya agar tidak melakukannya. Jika dia tetap melakukannya, dia telah menghilangkan keberkahan puasanya sekaligus melanggar janjinya kepada Tuhan setelah mengikrarkan niatnya untuk berpuasa.

Masalah yang sering kita temui:

  1. terlalu sering main hp bisa, dialihkan ke membaca Al-Quran.
    1. usia pelajar remaja kebanyakan masih labil, jadi egonya biasanya itu tinggi.
  2. Pamer story Ig/wa/tiktok dll, tentang sesuatu yg bisa dianggap mewah/ diatas rata2 (Hedon)
  3. untuk anak smp/mts bisa memberikan banyak waktu untuk mengarahkan dan mengajak ke kegiatan yang bermanfaat (ajak sholat berjamaah, ikut pengajian dll
  4. saat kita memberi materi dalam kelas diselipkan kata-kata bijak atau kalimat-kalimat yang mengajak pada kebaikan.
  5. HP ini bisa kita arahkan kepada banyak hal, mau ke hal posisif negatif semuanya bisa tergantung yang mengelolanya.

*) Guru PPKn MTs Miftahul Ulum 2 Bakid

One Reply to “Mendidik Pelajar Jaman Now Keistimewaan Puasa Ramadhan | Dirosah Virtual Ramadhan 1444 H”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *