Mencanangkan Resolusi

Oleh : Abdul Rozaq, S.Sos *)

Suatu hari Amirul Mukminin Umar bin Khathab pernah berkumpul bersama para sahabatnya dalam sebuah ruangan seraya berkata: “berangan-anganlah kalian!”, maka salah seorang berujar: “aku berangan-angan seandainya aku memiliki emas sepenuh ruangan ini untuk aku infakkan di jalan Allah dan aku sedekahkan”. Salah seorang lainnya berujar: “kalau aku berangan-angan seandainya aku punya intan dan permata sepenuh ruangan ini untuk aku infakkan di jalan Allah dan aku sedekahkan”. Umar kemudian berujar: “Berangan-anganlah kalian!”. Mereka menjawab: “Kami tidak tahu lagi harus berangan-angan apalagi, wahai amirul mu’minin”. Umar berkata: “aku berangan-angan seandainya ruangan ini penuh dengan orang-orang seperti Abu ‘Ubaidah bin Jarrah, Mu’adz bin Jabal, Salim Maula Abi Hudzaifah, dan Hudzaifah ibnul Yaman”. (HR. Al-Hakim: 5005, sesuai dengan syarat bukhori dan muslim).

Sepenggal kisah di atas adalah bentuk dari sebuah harapan, keinginan, atau resolusi yang kita pahami hari ini.

Mencanangkan resolusi seringkali diasosiasikan dengan membuat lembaran baru, oleh karena itu umumnya setiap orang membuatnya di awal tahun. Memiliki beberapa resolusi itu penting dalam koridor memotivasi diri untuk lebih baik dari waktu ke waktu, namun jangan sampai menjadi beban, terlebih jika resolusi itu sifatnya irasional. “Yang sudah berlalu biarlah berlalu” nasehat lama ini sebenarnya masih meninggalkan beban di masa mendatang jika tidak terselesaikan dengan tuntas. Beban ini akan tampak secara tak sadar dalam bentuk kecemasan (anxiety disorder) akan selalu menghantui setiap gerak langkah, ragu dalam membuat keputusan atau seolah-olah selalu salah dalam bertindak.

Sebelum mencanangkan resolusi menyambut tahun baru, ada baiknya terlebih dahulu mengevaluasi pencapaian maupun hal-hal sebaliknya. Selanjutnya mengukur kemampuan diri dan memetakan masalah yang kemungkinan akan timbul seiring berjalannya waktu, tujuannya adalah agar diri kita memiliki kesiapan mental – termasuk solusi – untuk menghadapinya (bukannya malah menghindar. Mengevaluasi dan mengorganisir kemampuan diri merupakan pondasi utama untuk dapat menyusun langkah berikutnya.

Gambaran sederhana untuk sebuah resolusi, yaitu:

  1. Fokus pada hal-hal di dalam kendali diri,
  2. Fokus pada perkembangan diri dan mengapresiasi setiap proses pengembangan yang didapat,
  3. Mensyukuri hal-hal yang sudah dimiliki dan telah tercapai.

Poin pertama “Fokus pada hal-hal di dalam kendali diri” secara spesifik dapat diidentifikasikan, yaitu:
● Cara penerimaan diri
● Cara berpikir
● Cara bersikap
● Cara bertindak
● Cara mengelola emosi
● Cara memperlakukan orang lain
● Batasan diri (kemampuan berpikir, prinsip, maupun norma sosial)

Sebaliknya, hal-hal di luar kendali diri dapat kita hindari atau jangan jadikan itu sebagai beban, misalnya:
● Waktu, cuaca, maupun situasi dan keadaan
● Apa yang orang lain pikirkan tentang diri kita
● Apa yang orang lain rasakan tentang diri kita
● Perlakuan orang lain terhadap diri kita
● Dan lain sebagainya.

Dalam buku yang berjudul Buat Apa Resolusi? disebutkan di sana bahwa untuk mencapai apa yang dicanangkan (goal – target) perlu metode SMART yaitu akronim dari indikator dari sebuah resolusi agar terarah (terpetakan) dan tidak menjadi beban ketika menjalaninya.

S berarti spesific, target haruslah spesifik. Misalnya 2021 harus bisa berprestasi, pernyataan tersebut sifatnya umum maka perlu dirubah ke prestasi yang sifatnya khusus seperti prestasi dalam akademik dan lain sebagainya. M berarti Measurable, target mestinya terukur atau dapat diukur – Misalnya prestasi akademik dapat diukur dengan menjuarai beberapa perlombaan. A berarti Attainable, target yang sifatnya realistis dapat dicapai – prestasi akademik level internasional tidak serta merta dapat dicapai tanpa proses perlombaan di level lokal, berjenjang sesuai kemampuan. R berarti Relevant, target sesuai dengan situasi dan kondisi realitas kekinian – Misalnya prestasi akademik walaupun tanpa mengikuti perlombaan-perlombaan masih dapat dilakukan dengan menyumbangkan teknologi tepat guna untuk kemaslahatan masyarakat. T berarti Time, target haruslah memiliki kesiapan, eksekusi, dan penyelesaian sesuai tenggat waktu.

Setelah resolusi telah kita dapatkan yang perlu dilakukan hanyalah mengeksekusi agar tercapai dengan tuntas. Karena keyakinan saja tidak akan cukup, perlu usaha yang hebat dan pantang menyerah agar tiada kenal kata menyesal di kemudian hari.

Apa resolusimu di tahun ini? Sampaikan di kolom komentar, ya!

*) Guru BK MTs. Miftahul Ulum 2 Banyuputih Kidul

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *