Membangun Generasi Yang Moderat dengan Penguatan Moderasi Beragama | Liputan OSIM

Oleh: Khoirin Nisa’ *)

Hari ini adalah hari kelima MATSAMA di MTs. Miftahul Ulum 2. Setelah sebelumnya KBM diliburkan karena Hari Raya Idul Adha. Untuk siswi baru, hari raya sekarang adalah hari raya yang sama sekali berbeda dari tabun sebelumnya. Karena untuk santri putri memang tidak boleh pulang. Namun setelah kutanya sebagian dari mereka, alhamdulillah mayoritas bahagia merayakan hari raya bersama teman-teman seperjuangan.

Maka hari kelima matsama ini adalah kegiatan mastama pertama setelah libur hari raya idul adha tersebut. Di hari kelima ini ada dua narasumber dengan narasumber berbeda. Untuk narasumber petama adalah Ust. Sahrul yang menyampaikan materi perihal Moderasi Beragama.

Ust. Sahrul mengawali materinya dengan pertanyaan “Kita hidup dimana?”. Mayoritas siswi baru menjawab “Indonesiaa” dengan nyaringnya. Toh walaupun ada satu dua orang yang menjawab “di Bumi”.

Setelah itu beliau menjelaskan tentang Indonesia yang begitu kaya akan suku, bahasa, agama dan budaya. Sehingga beragamnya ini semua dapat menimbulkan adanya konflik. Kemudian beliau bertanya “apakah ada yang tau ada berapa dan apa saja agama yang diakui oleh negara kita?”.

Salah satu siswi baru bernama Anis angkat tangan “Ada enam ust. Yaitu Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu”. Katanya menjawab pertanyaan ust. Sahrul yang seketika disambut applause teman-teman.

“Nah ini semua lah hal-hal yang mengharuskan adanya penguatan moderasi beragama. Supaya tidak ada konflik di atas semua keberagaman ini.” Kata Ust. Sahrul

Beliau lalu memberikan sebuah perumpamaan yang lebih bisa dicerna oleh adik-adik siswi baru. Bahwa setiap perkumpulan bahkan dalam sebuah keluarga saja pasti ada konflik. “Apakah di antara siswi-siswi baru ini ada yang sering bertengkar dengan saudaranya di rumah?”

“Adaaa…”. Jawab teman-teman secara serempak.

“Nah maka dari itu, jika di tingkat keluarga saja sudah begitu apalagi di tingkat sebuah negara, di Indonesia ini, pasti sangat berpotensi menimbulkan konflik yang lebih besar. Maka dari itu inilah pentingnya moderasi beragama supaya meminimalisir konflik-konflik yang terjadi di antara pemeluk-pemeluk agama.” Lanjut beliau.

Dalam menjelaskan masalah Moderasi Beragama ini, ust. Sahrul membacakan surat al-Baqarah ayat 143 dengan begitu merdu. Yaitu ayat:


وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَٰكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِّتَكُونُوا۟ شُهَدَآءَ عَلَى ٱلنَّاسِ وَيَكُونَ ٱلرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا.

Artinya: Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang Moderat agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.

Sehingga menurut penjelasan dari beliau, Moderat itu sudah ada dalam al-Quran jauh sebelum negara-negara menyuarakannya. Maka dari itu seharusnya umat islamlah yang paling getol dan keras menyuarakannya. Karena islam itu sendiri memiliki sifat moderat dalam segala aspeknya.

*) Siswi Kelas VIII G dan Anggota Osim MTs. Miftahul Ulum 2.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *