logo_mts192
0%
Loading ...

Jadilah Pribadi Yang Baik

Jadilah Pribadi Yang Baik

Karya : Arizatun Nazilah *)

              Hai. Namaku Ryan , aku berasal dari kota Tasikpinang , umurku 14 tahun dan baru menginjak kelas 8. Aku terlahir dari keluarga yang terpandang , tapi banyak orang yang tidak menyukai kepribadianku. Aku di cap anak nakal , anak yang susah di atur , anak yang suka membantah , anak yang tidak terima bila di nasehati , dan anak yang tidak pernah mematuhi peraturan sekolah. Tapi ada 1 kejadian yang membuatku menyesal dengan sikapku sendiri. Kalian mau tau? Teruslah baca cerpen ini sampai habis.

                07:30 AM, aku menatap layar handphone ku, seperti biasa aku kesiangan, aku bangkit dari ranjang ku dan bergegas menuju kamar mandi. Setelah selesai dengan aktivitas pribadi aku langsung menuju lemari dan mengambil seragam disana lalu bersiap siap. Setelah siap, tanpa berpikir Panjang aku langsung keluar dari kamar dan langsung menuju ke ruang makan, sesuai dugaan ku disana sudah ada mama, papa, dan adik yang sedang menikmati sarapan, tidak mau berlama lama aku langsung menghampiri mereka, “ma, pa, Ryan berangkat dulu ya” ucapku”. “mau sampai kapan kamu gini terus nak, mana sudah negur kanu setiap hari” itulah kalimat yang selalu keluar dari mulut ibuku setiap hari. “huh! Mama bawel, terserah Ryan, Ryan yang ngejalanin hidup” bantah ku lalu menjelang pergi dari sana.

                 Aku mengendarai mobil dengan kecepatan sedang meskipun aku tau ini membuang-buang waktu aku tidak memedulikan nya. Perjalanan ke sekolah membutuhkan waktu 15 menit, cukup jauh dari jarak rumahku.

                  Kini aku tiba di sekolahku, gerbang sudah ditutup, halaman sekolah tampak sepi, saat melihat satpam penjaga tertidur aku pun diam2 mengambil kunci yang ada di tangannya lalu membuka gerbang dan memarkirkan mobilku ke area parkiran. Aku berlari menuju kelasku di lantai 2 VIII E Ketika sudah sampai aku memasuki kelas itu, seperti biasa saat aku memasuki kelasku diriku menjadi sorotan karena selalu terlambat, namun hari ini beda, tak hanya murid yang menatapku, tapi juga pak syakir yang sudah memasang wajah siap menerkam “Ryan Adivantara, kenapa terlambat?” pak syakir bertanya. “saya gak terlambat pak Cuma ke toilet tadi sebentar “ ucapku dengan nada santai dan tentu saja berbohong. “bohong, hampir 1 jam kamu bilang sebentar? Lagipun mana ada ke kamar mandi sambil bawa tas, kamu mau membodoh-bodohi saya?” pak syakir memasang ekspresi mengejek, pak guru ini memang menyebalkan. “yaudah saya ngaku, saya terlambat” ucap ku, “nah gitu dong, sana keluar bersihin WC sekalian juga absen kamu bapak catat A” ucap pak syakir, aku refleks dengan penuturannya. “loh ya gak bisa gitu dong pak saya kan jarang telatnya” ucap ku tidak terima. “apanya jarang banyak yang bilang kamu setiap hari terlambat dasar murid nakal!” jawab pak syakir dengan nada cukup keras. “huh dah lah aku mau keluar!” ucap ku sembari membanting pintu kelas. “RYAN!” bentak pak syakir. “oh!” ucap diriku dengan perasaan jengkel aku langsung menuju toilet untuk membersihkan WC. Meskipun aku murid yang nakal aku tidak pernah menjalani hukuman sekalipun, dan ini kali pertamanya aku di hukum.

                   Setelah selesai membersihkan WC bel istirahat pun berbunyi karena merasa lelah aku memutuskan untuk pergi ke kelas, saat tiba di kelas aku bertemu dengan 2 sahabatku si kembar Leo dan Deo. “Ryan? Habis dari mana?” Leo si kakak kembar  bertanya. “kakak gak denger kabar? Ryan dihukum karena terlambat” Deo si adik kembar menjawab. “iyakah? Haha mana aku tau, aku tadi tidur”ucap leo. “berisik kalian dah aku mau tidur!”ucap diriku karena kesal mendengar suara mereka . “yakin yan gak mau ikut kami?”Deo bertanya kepadaku. “memang mau kemana?”aku yang penasaran bertanya balik. “minta es ke adek kelas”Leo menjawab. “ah, tak kirain apa, enggak!”karena malas aku pun menolak mentah-mentah ajakan mereka . “yaudah kami pergi dulu ya”ucap Deo.”iya, oh ya jam ke dua nanti bangunin aku”ucap diriku. “siap!” kedua kembar itu kompak menjawab bersama lalu menjelang pergi dari kelas, dirasa kelas sudah sepi aku menuju ke tempat duduk ku lalu merebahkan tubuhku di atas kursi Panjang dan menjadikan tas sebagai bantal.

            “Ryan, bangun yan udah bel” aku membuka mataku saat mendengar suara yang tak asing itu, pandangan yang pertama kali ku lihat ialah kembar Leo, dia mengulurkan tangannya untuk membantu ku duduk. “aku mau bolos, sekarang apa pelajarannya?” tanya diriku sambil mengumpulan nyawa. “ipa” jawab Leo, “ ah, bu lusi gak bakal hadir dia kan ada rapat” ujarku, lalu pergi keluar kelas. “bareng yan!” Leo menyusulku dari belakang. “ayo” ucap ku.

              Semilir angin membelai diriku dan Leo. Saat ini kami sedang berada di rooftop sekolah lantai 3 karena aku yakin bu Lusi tidak akan hadir di jam kedua mapel ipa. “biasanya kalo kamu bolos Deo pasti ikut-ikutan bolos” kerena bosan dengan kesunyian aku pun mulai berbicara.”dia sibuk sama geng barunya” Leo menjawab sambil meminum es marimasnya. “hah siapa?” aku Kembali bertanya. “golongannya deki VIII D” Leo Kembali menjawab, “ohhh” ujar diriku, “Ryan,Leo!” suara yang terdengar tegas itu mengejutkan ku dan Leo, aku refleks menoleh ke belakang dan mendapati pak Syakir dengan wajah nya yang merah padam, “Ryan,Leo ikut bapak ke ruang BK” titahnya lalu menjelang pergi dari rooftop, aku dan Leo pun membuntuti pak syakir dari belakang.

               “sudah berapa kali bapak bilang tapi kalian masih tidak mau mendengarkan?” tanya pak syakir, aku dan leo hanya bisa menggeleng, tak berani menatap pak syakir aku dan Leo hanya bisa menunduk. “jangan mencoba keluar dari kelas di waktu KBM, itu kan yang saya bilang?” nada pak syakir smakin keras.” Kami jenuh pak di kelas” ucap diriku memberanikan diri menatao pak syakir.”jenuh? semua murid pasti akan merasakan jenuh ketika berada di kelas!” jawab pak syakir. Aku salah memilih kata, Leo yang berada di sampingku menyenggol ku memberi isyarat untuk tidak menjawab. “kalian tidak akan saya SP tapi absen kalian saya kasih alpha selama seminggu”. Deg! Ucapan pak syakir tentu saja membuat jantung ku berdetak kencang. “ tak hanya itu saya akan memberitahu orang tua kalian mengenai perilaku kalian di sekolah” ucap pak syakir, habis sudah riwayatku, masalahnya meskipun mama dan papa tau kenakalanku, ketidak disiplinanku saat berangkat ke sekolah, merak tidak tau prihal kelakuan ku di sekolah, aku sengaja merahasiakannya karena takut pukulan dari papa. “saya tidak akan menyuruh orang tua kalian kesini hanya melaporkan prihal ini saja, dah sana kembali ke kelas” printahnya, aku dan Leo pun beranjak pergi ke kelas. Saat menuju ke kelas perasaan takut menguasai hatiku. “Leo, aku takut” ucap diriku, “kenapa?” Leo menatap ku, “ ta-takut dipukul papa” aku mengucapkannya dengan ragu, “hah? Apa aku tidak salah dengar? Haha ternyata seorang Ryan yang dikenal murid nakal ternyata takut akan pukulan papanya ya” Leo menertawakanku, “ish! Yang bener” ucap diriku sambil memukul lengan Leo. “gausah takut kamukan anak laki-laki” Leo meyakinkan ku. “oh ya sekarang hari jum’at ya?cepet dong pulangnya” ujar ku, “iya, aku juga baru nyadar. “ucap Leo. Saat tiba di kelas aku langsung duduk di tempat dudukku, Loe duduk di depan bersama Deo. Aku melihat arloji di tangan ku bel pulang kurang 20 menit. Aku menghabiskan waktu 20 menit untuk mengobrol dengan teman sebangku ku, Niken.

                   Tak terasa bel pualng sudah berbunyi, mungkin karena aku terlalu asik bercerita, aku pun meraih task u dan keluar dari kelas, biasanya kalau pulang sekolah aku memutuskan untuk nongkrong bersama teman teman ku, tapi hari ini aku lelah dan ingin segera cepat sampai ke rumah.

                      Kini aku tiba di rumah ku, aku memasukkan mobil ku kedalam garasi dan keluar sana. Saat aku menuju rumah dan tiba di teras tanganku ragu untuk membuka pintu utama yang tertutup itu. “apapun resikonya akan ku terima” aku bermonolog dalam hati, dengan setengah keberanian aku membuka pintu tersebut, saat pintu itu terbuka tampak papa sedang membaca koran dengan ekspresi datarnya. “ assalamualaikum Ryan pulang” aku mengucapkan nya dengan tenang “waalaikumsalam” papa menatapku dengan tatapan yang tak bisa di artikan. ‘papa tadi dapat telefon dari sekolah , apa yang kamu lakukan ?” ucap papa, “gak ada pa”ujar ku, “apanya yang gak ada? Pak gurumu tadi bilang kalo kamu selalu bikin onar di sekolah. Kurang apa papa sama kamu nak, keinginan kamu selalu papa turuti tapi ini balasan sama papa!”plak! satu tamparan mendarat mulus di pipiku, aku berusaha untuk tidak melawan, karena aku sadar papa melakukan ini demi kebaikanku sendiri. “sadar nak, papa ingin kamu menjadi pribadi yang lebih baik .apakah kamu tidak ingin seperti itu? Kalo kamu kayak gini papa jadi merasa salah didik.” Padahal sudah berkali-kali papa mengucapkan kalimat itu kepada ku ,tapi aku baru menyadari nya sekarang.”maaf pa” hanya kalimat itu yang bisa ku ucapkan.”pergi ke kamarmu, papa malas melihat wajah mu” ucap papa aku langsung bergegas menuju ke kamarku , saat sampai dikamar aku menutup pintu rapat-rapat dan merebahkan tubuhku di atas Kasur. Ku tatap langit-langit kamarku yang bernuansa hitam itu tanpa ku sadari sebutir air mata jatu di pelipis ku, entah kenapa hatiku marasa tidak nyaman setelah dimarahi papa tadi karena merasa lelah aku memutuskan untuk tidur

                       Aku terbangun dari tidur ku, aku melihat ke arah jendela, hari sudah gelap, buset! selama itukah aku tidur?. “tok,tok,tok” suara pintu yang di ketuk 3 kali itu memancing perhatian ku. “iya sebentar” ujar ku, ku buka pintu itu dan ku dapati adik kecilku berdiri di balik nya. “abang ayo makan mama,papa udah nunggu di bawah” ucap nya. “iya kebawah dulu dah nanti abang nyusul” jawabku lalu mendapatkan anggukan dari adikku. Setelah itu aku bergegas mengganti baju, menutup pintu kamar, dan pergi menuju ruang makan. Saat tiba di ruang makan mama dan papa menatapku, aku segera duduk di tempat duduk. “kamu belum mandi nak?” mama bertanya, “lupa ma, keenakan tidur tadi” ucap ku. Aku langsung menyantap makananku, jujur saja ada sesuatu yang ingin ku ungkap kan kepada mama dan papa. harus tidak harus, harus ku ungkapkan ke mereka. “mama,papa maafin Ryan karena tidak patuh kepada kalian, Ryan selalu membantah, tidak mau mendengarkan kalian, maafin juga sudah bikin kalian kecewa” ungkap ku. “baguslah kalo kamu sudah sadar, papa senang kamu mau menyadari kasalahanmu” ucap papa, “Ryan janji pa,Ryan mau jadi anak yang berbakti, dan Ryan mau berubah” ucap ku lalu mendapat senyuman dari mama dan papa.”jangan lupa minta maaf sama orang yang pernah jadi korban kenakalan kamu ya nak”ujar mama, “iya ma besok Ryan janji mau minta maaf sama pak syakir, karena Ryan selalu membantah sama beliau” jawab ku, “ryan juga akan berusaha menjadi pribadi yang lebih baik seperti yang papa ucapkan”ujarku Kembali lalu mendapat senyuman dari papa.tamat.

Itulah kisahku pesan moralnya ialah jangan pernah membantah sama orang tua,dan selalu mematuhi aturan sekolah.dah itu saja terima kasih!.

*) Siswi Kelas VIII MTs. Miftahul Ulum 2

Share the Post:

Join Our Newsletter