Antara Puasa dan Mancing | Dirosah Virtual Ramadhan 1444 H

Oleh : Aris Purnomo, S.Pd *)

Beragam cara untuk menyalurkan hobi, salah satunya memancing, meskipun memancing dinulai banyak orang adalah sebuah kegiatan yang tidak penting dan buang-buang waktu, uang, dan tenaga.

Bagi penghobi mancing sendiri, banyak hikmah dan pelajaran yang bisa diambil dari kegiatan memancing Terutama di bulan Ramadhan ini, umat muslim diwajibkan menjalankan ibadah puasa yang merupakan rukun islam yang ke 4.

Memancing ikan adalah gambaran atau analogi sederhana dari orang yang berpuasa. Adapun beberapa analogi tersebut antara lain:

  • Bersabar

Untuk mencapai apa yang kita inginkan selalu ada prosesnya, perlu kesabaran. Orang yang berpuasa dituntut untuk bersabar dalam menahan lapar dan dahaga, bersabar dalam menjalankan amalan2 yg dapat menambah pahala puasa. Hingga akhirnya digembirakan dengan datangnya waktu berbuka. Sejalan dengan dawuh Imam Syafi’i “Kesabaran merupakan akhlak mulia, yang dengannya setiap orang dapat menghalau segala rintangan.”

Mendapatkan sesuatu dari jerih payah kita sendiri itu lebih memuaskan. Seperti saat kumandang adzan maghrib, akan sangat menggembirakan dan memuaskan bagi orang yang berpuasa. Lain hal dg orang yang tidak berpuasa dengan alasan apapun selain udzur yang ditoleril oleh syari’at, adzan maghrib terasa biasa saja.

Rezeki tiap manusia itu sudah diatur. Begitu pula dengan para pemancing, pun dengan orang yang menjalankan puasa.

  • Muhasabah dan Gigih

Seringkali apa yang didapatkan pemancing tidak sesuai dengan ekspektasi, Namun mereka tidak pernah menyerah, mereka akan kembali memancing tentunya dengan perbaikan dan persiapan yang lebih matang lagi dan berusaha tidak mengulangi kesalahan yang sama di hari2 berikutnya. Orang yang berpuasa juga demikian, berusaha memperbaiki kualitas ibadah puasa dan ibadah2 yang lain dengan harapan mengharap rahmat, ridho, dan ampunan Allah SWT.

  • Bahagia itu sederhana

Bahagia itu mudah, tidak perlu repot mencarinya asal pandai bersyukur. Kebahagiaan seorang pemancing adalah sederhana, asal bisa melemparkan kail ke air, meskipun belum tentu dapat ikan atau tidak, atau tidak afa jaminan ikan apa yang akan didapatkannya, mereka sudah bahagia. Seperti dawuhnya Gus baha’ “Maka orang yang kebutuhannya banyak itu termasuk orang yang banyak kebodohannya, karena menggantungkan kebahagiaan dengan sesuatu yang banyak.

Imam Syafi’i menjelaskan bahwa istighna’ (kaya-berkecukupan) adalah berusaha sebanyak mungkin tetapi kamu tidak begitu membutuhkan banyak hal, bukan malah memenuhi semua kebutuhanmu. Karena  nafsu itu tidak batasnya, kalau kamu penuhi semua ya nggak akan selesai.” Maka orang yang berpuasa, perlu kiranya untuk menyederhanakan menu berbuka, jangan berlebihan dan terlalu banyak varian, karena kapasitas perut kita terbatas.

Filosofi memancing menurut Ulama’ thoriqoh. Dilansir dari jatman.or.id, menurut KH. Hamim, filosofi memancing ada pada kailnya, yang dalam bahasa Jawa adalah Walesan, yang bisa juga diartikan balasan. Maksudnya, kegiatan memancing bisa dijadikan ibrah, bahwa apapun yang kita berikan, jangan mengharap balasan. Sebagaimana tidak semua orang yang melemparkan kailnya ke kolam ikan dapat diterima oleh ikan tersebut.

Maka perbanyaklah bersedekah terutama di bulan yang penuh berkah ini dengan penuh keihklasan, dan jangan pernah mengharap walesan.

  • Latihan Fokus

Memancing adalah melatih fokus dan meluruskan pandangan ke depan. Jangan sampai tali pancing itu bergerak. Sebagaimana ketika berpuasa dan beribadah kepada Allah, jangan sampai apa yang di sekitar kita menyebabkan kelalaian. Cukuplah hati itu hanya tertuju pada Allah dan jangan sampai goyah.

*) Waka. Sarpras MTs. Miftahul Ulum 2 Bakid

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *