logo_mts192
0%
Loading ...

Ramadhan : Bulan Daurah dan Riyadlah | Dirosah Virtual Ramadhan 1444 H

Oleh : M. Hasyim As’ari, S.H *)

Umat Islam kembali memasuki bulan suci Ramadhan, yakni Ramadhan 1444 H. Berarti telah bertambah satu tahun umur kita, karena masih segar dalam ingatan, Waktu terasa begitu singkat, dari satu Ramadhan ke Ramadhan berikutnya berlalu dari kehidupan manusia.

Dengan ini mari kita jangan sia-siakan kesempatan bulan yang penuh dengan keistimewaan ini kita isi dengan kegiatan douroh juga riyadhoh. Jika manusia tidak mengambil makna dari Ramadhan yang ia lalui, maka sesungguhnya ia menyia-nyiakan kesempatan yang Allah SWT berikan kepadanya.

Ramadhan merupakan bulan yang paling mulia dan istimewa kedudukannya dalam Islam. Kemuliaan bulan ramadhan adalah karena Allah SWT sendiri yang mengistimewakannya dari bulan-bulan lainnya, di bulan Ramadhan Allah SWT akan menurunkan banyak sekali rahmat-Nya diantaranya

  1. (tho’ah Maqbulah), ketaatan manusia akan diterima oleh Allah SWT
  2. (al-Hasanat mudho’afah) Allah SWT melipatkan gandakan pahala kebaikan
  3. (al-Dzunub al-Maqhfurah), Allah SWT membuka ampunan-Nya seluas-luasnya
  4. (al-Du’a Mustajabah) Allah SWT meng-ijabah do’a hamba-hamba-Nya
  5. (al-Jannah Musyaqah Lahum). Allah SWT membukakan pintu surga-Nya, yakni syurga akan sangat merindukan hamba-hamba Allah SAW yang merindukan Ramadhan

Hal ini merupakan bagian dari dauroh/pelatihan dan pembelajaran bagi kita semua

Bulan Ramadhan adalah bulan yang disebut sebagai Syahrun Mubarak (bulan yang diberkati oleh Allah SWT), Syahr al-Rahmah (bulan yang penuh rahmat Allah SWT), Syahr al-Quran (bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Quran), Syahr al-Maghfirah (bulan yang penuh ampunan Allah SWT), Ramadhan bulan yang suci, sehingga semua orang beriman dapat menyucikan diri mereka dari lumpur dosa dan maksiat, dan Syahr al-Shiyam (bulan yang di dalamnya terdapat kewajiban bagi umat Islam untuk berpuasa), Allah SWT mewajibkan kepada orang-orang beriman untuk melaksanakan Ibadah khusus yaitu berpuasa selama 1 bulan penuh dengan tujuan agung pula, yaitu agar menjadi hamba Allah yang bertaqwa.

Setiap umat Islam hendaknya Menyediakan waktu untuk muhasabah diri. Hendaklah setiap muslim yang menyambut dan memasuki bulan Ramadhan menghitung-hitung (muhasabah) amal dan dosa yang telah ia lakukan selama setahun. Apakah Ramadhannya tahun lalu telah memberikan kepadanya energi yang cukup untuk melalui sebelas bulan yang kini sudah berlalu?. Menghitung-hitung diri saat datangnya bulan Ramadhan menjadi sangat penting, sehingga setiap muslim akan mempunyai ‘azam yang lebih kuat lagi untuk berupaya menggunakan bulan Ramadhan kali ini hanyalah untuk kebaikan dan menggapai segala rahmat dan ampunan Allah yang ada di dalamnya.

Ada 3 hal yang menghalangi seseorang untuk segera bertaubat.

  1. Kata-kata “akan” (Attaswiif). Ungkapan keinginan tanpa melakukan hanya akan menjadikan seorang selalu menunda-nunda taubatnya, ia menyangka kalau ia masih muda, masih 30 tahun, masih 40 tahun, masih 50 tahun, bahkan ketika sampai 60 tahun ia masih sempat mengatakan nanti di bulan bulan Ramadhan aku akan bertaubat dengan sebenar-benarnya. Namun Allah SWT memanggilnya sebelum sempat ia bertaubat.
  2. Meremehkan maksiat, mengecilkan dosa,  ia mengira bahwa apa yang ia lakukan hanyalah dosa kecil, padahal tidak ada dosa kecil ketika dilakukan secara terus menerus.” Seorang Salaf al-Sholih pernah mengatakan: “Janganlah engkau melihat kecilnya dosa, namun lihatlah kebesaran Zat yang engkau bermaksiat kepada-Nya”.
  3. Mudah bersandar dengan maaf dan ampunan dari Allah SWT. Dari sana setan masuk ke dalam hati manusia, sambil mengatakan bahwa “Allah Maha Pengampun” ia hanya melihat pada sisi keampunan dan kasih sayang Allah, namun melupakan bahwa Allah mempunyai sifat  Maha keras siksa dan azab-Nya. Allah berfirman:

غَافِرِ الذَّنۡۢبِ وَقَابِلِ التَّوۡبِ شَدِيۡدِ الۡعِقَابِ ذِى الطَّوۡلِؕ لَاۤ اِلٰهَ اِلَّا هُوَؕ اِلَيۡهِ الۡمَصِيۡرُ

 Allah Yang Mengampuni dosa dan Menerima taubat lagi keras hukuman-Nya. Yang mempunyai karunia. Tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Hanya kepada-Nyalah kembali (semua makhluk)”. (QS. Ghofir 1-3).

 Jika seseorang selalu mencari-cari alasan dengan kemurahan ampunan dari Allah SWT saja maka akan membuat seseorang  menunda-nunda  taubatnya.

Kemudian, ketika berada di dalam bulan suci Ramadhan, setiap Muslim hendaknya melatih diri, anak-anak dan keluarganya dengan memperbanyak ibadah Ramadhan. Selain berpuasa, ibadah-ibadah yang disenangi oleh Rasulullah SAW yakni Qiyam al-Lail (sholat sunnah Tarawih, Tahajjud, Witir dan lain-lain), Qiroah al-Quran (membaca Al-Quran), bersedekah, i’tikaf fi al-Masjid (beriktikaf di masjid) dan lain sebagainya. Menghiasi rumah dengan bacaan ayat-ayat Al-Quran sehingga ada nuansa yang berbeda di rumah kita di saat bulan Ramadhan.

Dauroh adalah salah satu cara bagi umat Muslim untuk meningkatkan wawasan tentang agama Islam lewat program pelatihan.

Banyak sekali pelajaran/pelatihan bagi kita di bulan Ramadhan ini

  • Pelajaran Pertama, Nilai-nilai Ramadhan yang harus dijaga adalah: Menjauhi harta yang haram. Selama Ramadhan kita telah berpuasa dari yang halal. Maka tidak ada alasan bagi kita untuk mengambil yang haram. Firman Allah SWT:
قُلْ لَّا يَسْتَوِى الْخَبِيْثُ وَالطَّيِّبُ وَلَوْ اَعْجَبَكَ كَثْرَةُ الْخَبِيْثِۚ فَاتَّقُوا اللّٰهَ يٰٓاُولِى الْاَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْن

Katakanlah: “tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, Maka bertakwalah kepada Allah Hai orang-orang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan.” (QS. Al-Maidah: 100).

Dalam ayat ini Allah SWT menjelaskan bahwa harta haram itu sebagai al-khobits atau kotoran yang menjijikkan. Artinya seandainya harta haram itu Allah SWT perlihatkan berupa kotoran niscaya manusia yang berakal tidak akan mengambilnya. Karena yang khobits itu tidak akan pernah sama dengan ath-thayyib atau yang halal dan baik sekalipun jumlahnya jauh lebih sedikit. Karena yang khobits merusak tatanan kehidupan, sementara yang thayyib menumbuhkan dan menyebarkan kebaikan. Oleh sebab itu Allah SWT lalu perintahkan agar bertaqwa: fattaqullah yaa ulil albaab.

  • Pelajaran Kedua,  Mengendalikan nafsu dari maksiat. Selama Ramadhan kita dilatih mengendalikan nafsu dari maksiat. Itu menunjukkan bahwa nafsu sebenarnya sangat lemah. Bahwa manusia bukan makhluk yang dikendalikan oleh nafsu, melainkan dialah yang mengendalikan nafsunya. Ia tidak boleh makan apa saja tanpa membedakan mana yang halal dan mana yang haram. Ia juga tidak boleh berbuat apa saja tanpa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Kita dapat menyaksikan di tengah masyarakat yang dikendalikan oleh nafsunya belaka, mereka menyebar makanan dan minuman haram, bahkan hal itu dianggap biasa. Bukan hanya itu, perzinaan dihalalkan tanpa merasa berdosa sedikitpun. Inilah masyarakat yang rapuh.  Dalam surat An-Nazi’at ayat 40-41, Allah SWT menegaskan bahwa hanya dengan takut kepada Allah SWT secara jujur seseorang bisa mengendalikan nafsunya,
وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَىٰ

“Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal (nya).” (QS. An-Nazi’at: 40-41).

Ini menunjukkan bahwa dalam diri manusia ada dua kekuatan yang saling tarik menarik. Kekuatan nafsu dan kekuatan takut kepada Allah berupa iman. Bila takutnya kepada Allah lebih kuat, maka terkendalikanlah nafsu. Sebaliknya bila takutnya kepada Allah lebih lemah, maka nafsu akan lebih dominan. Bila nafsu yang dominan, maka ia utamakan dunia di atas akhirat. Bahkan ia berani mengorbankan akhiratnya demi dunia.

  • Pelajaran Ketiga, Menundukkan Syetan. Kita telah membuktikan selama Ramadhan bahwa syetan dijadikan lemah dan tidak berdaya. Kita menjumpai masjid-masjid menjadi ramai selama Ramadhan. Di berbagai tempat, rumah-rumah, kantor-kantor dan di pusat-pusat ibadah, terdengar suara lantunan orang-orang sedang membaca dan tadarus Al-Qur’an. Itu semua adalah bukti nyata bahwa syaithan sebenarnya sangat lemah. Dalam al wuran Allah menegaskan:
اَلَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا يُقَاتِلُوۡنَ فِىۡ سَبِيۡلِ اللّٰهِ‌ ۚ وَالَّذِيۡنَ كَفَرُوۡا يُقَاتِلُوۡنَ فِىۡ سَبِيۡلِ الطَّاغُوۡتِ فَقَاتِلُوۡۤا اَوۡلِيَآءَ الشَّيۡطٰنِ‌ۚ اِنَّ كَيۡدَ الشَّيۡطٰنِ كَانَ ضَعِيۡفًا

“Sesungguhnya tipu daya setan itu sungguh lemah”. Maka tidak pantas orang-orang yang mengaku beriman kepada Allah SAW dan hari akhirat tetapi ia masih mengikuti ajakan dan bisikan-bisikan syaithan. Setan adalah musuh yang nyata. Dan ia selalu mempengaruhi seseorang agar keluar dari jalan yang lurus, dan meniti jalan yang sesat bersamanya menuju neraka

  • Pelajaran terakhir, yang dapat kita ambil selama belajar di bulan Ramadhan adalah: Meninggalkan dosa-dosa dan kemaksiatan. Ramadhan adalah bulan perjuangan menjauhi dosa-dosa. Dan setidaknya kita telah berhasil membuktikan selama Ramadhan untuk meninggalkan segala bentuk dosa dan kemaksiatan. Bahkan kita berusaha menjauhi sekecil apapun perbuatan yang sia-sia. Kita berusaha secara maksimal untuk menjadikan setiap detik yang kita lewati memberikan makna dan menjadi ibadah kepada Allah SWT. Setiap saat lidah kita basah dengan dzikir, jauh dari pembicaraan dusta dan kebohongan. Pandangan kita selalu tertuju kepada ayat-ayat Al Qur’an dan terjaga dari segala yang diharamkan. Langkah kaki kita senantiasa terhantar menuju masjid. Tangan kita banyak memberikan sedekah dan seterusnya.

Semua itu tentu saja harus kita rasakan dan kita dapatkan melalui Ramadhan dan nilai-nilainya akan terus kita implementasikan pasca Ramadhan dalam setiap gerak dan aktivitas sehari-hari, hatta selama kehidupan kita sampai akhir hayat kita. Mari kita jadikan bulan Ramadhan 1444 H ini sebagai bulan spiritual, bulan sosial, bulan ilmu dan bulan amal. Bulan yang menjanjikan beribu berkah, penuh ampunan, kasih sayang dan ridha Allah SWT. Amin…

*) Guru MTs. Miftahul Ulum 2 Bakid

Share the Post:

Join Our Newsletter