Oleh: Muhammad Hafidzi, SH. *)
Allah SWT menganugerahkan Islam kepada umat penutup zaman, dengan Rasulullah SAW sebagai role model manusia yang ideal. Beliau diutus di tengah masyarakat yang lemah persatuan sosialnya dan rendah budi pekertinya, di daerah pegunungan tandus dengan luas sekitar 850 kilometer, umumnya penduduk mengandalkan perdagangan yang kegiatan ini diawali di Era Romawi dan Era Bizantium (Kota Mekkah menjadi pusat perdagangan) sebab berada di jalur perdagangan yang menghubungkan Mediterania, Arab Selatan, Afrika Timur, dan Asia Selatan.
Kultur masyarakat pedagang ini kemudian menghantarkan Sang Uswatun Hasanah Rasulullah SAW, juga menjadikan beliau seorang pedagang yang berbakat. Latarbelakang keluarga pedagang membuatnya terlibat dalam perniagaan sejak usia dua belas tahun, selepas beliau menggembalakan domba. Shafiyyurrahman Al-Mubarakfurry dalam Sirah Nabawiyyah menyebutkan, saat itu usia nabi baru berkisar dua belas tahun. Beliau turut serta dalam perjalanan dagang pamannya, Abu Thalib. Inilah perdagangan pertama Muhammad. Pada perjalanan inilah pertemuan dengan Rahib Buhaira di Damaskus yang mengenalinya sebagai bakal Nabi utusan Allah SWT yang terakhir.
Al Mubarakfurry menyebutkan, dalam berdagang, Rasulullah SAW dikenal oleh kalangan pedagang sebagai representasi nilai amanah, nilai kejujuran, dan sikap menjaga kehormatan diri. Hingga gelar Al-Amin melekat padanya di usia remaja. Rasulullah SAW kemudian diberikan kepercayaan oleh pamannya untuk berdagang secara mandiri pada usia remaja, bersama As-Saib bin Abus-Saib yang merupakan rekanan terbaik, mereka tidak pernah saling mencurangi dan saling berselisih. Partnership yang saling kooperatif demi suksesi ekonomi.
Reputasi Rasulullah SAW dalam berdagang di Yaman, Syiria, Yordania, Irak, Basrah, dan kota-kota perdagangan lainnya di Jazirah Arab mengangkat pamornya. Hingga Ummul Mukminin Khadijah yang kala itu berpredikat wanita paling kaya tertarik berkongsi dengan beliau. Di dalam buku berjudul Khadijah: The True Love Story of Muhammad mengisahkan, suatu hari Sayyidah Khadijah mendengar kabar tentang pemuda yang sangat terpercaya dari kalangan Arab, dialah Rasulullah Muhammad. Tertarik menjadikan pemuda itu karyawannya, Sayyidah Khadijah pun memanggilnya. Muhammad SAW pun menerima tawaran Sayyidah Khadijah dengan senang hati.
Pekerjaan pertama Rasulullah SAW yang kini telah berkongsi yaitu memimpin kafilah dagang milik Sayyidah Khadijah ke pusat perdagangan Habshah di Negeri Syam. Dibantu Maysarah yang seorang pembantu kepercayaan turut serta dalam rombongan. Menurut Maysarah, sepanjang bersama pemuda bernama Muhammad ini, ia melihat keluhuran akhlak, kecerdasan, dan kemampuan komunikasi yang tidak ia dapati dari pedagang manapun. Muhammad selalu bersikap jujur dan tidak menutupi cacat pada barang dagangannya. Apabila kondisinya bagus, maka ia akan mengatakan bagus. Begitu pula sebaliknya. Selain itu, Muhammad juga menggunakan standar harga yang berlaku di masyarakat dalam menentukan harga jual barang dagangannya, tidak mengambil banyak keuntungan yang tak wajar. Prosesi tawar-menawar harga pun tak jarang dilakukan Muhammad dengan teknik komunikasi yang santun kepada calon pembeli.
Sifat Rasulullah SAW yang teramat tampak, yaitu: Shiddiq, Amanah, Fathanah, dan Tabligh. Selain itu, Maysarah menuturkan keanehan selama perjalanan (setelah memperhatikan dengan seksama), yaitu kumpulan awan senantiasa menaungi di atas kepala Muhammad untuk melindungi mereka dari sengatan panas matahari. Disamping itu, wajah Rasulullah SAW senantiasa meneduhkan siapapun yang memandangnya.
Kafilah dagang Sayyidah Khadijah di Negeri Syam mengalami laba yang cukup besar, bahkan di luar ekspektasinya. Keputusan Sayyidah Khadijah memilih Muhammad sebagai pemimpin kafilah dagang menjadi keputusan tepat. Ia pun terus bermitra dengan Rasulullah SAW dalam menjalankan perniagaan dan menunjuknya sebagai tangan kanannya. Selanjutnya setelah keduanya menikah, Nabi Muhammad SAW mengambil alih kepemimpinan usaha hingga beliau diangkat menjadi Nabi penutup zaman.
Kiranya dengan mengetahui Sirah Rasulullah SAW di masa ketika beliau berdagang, mampu mengajarkan kita bahwa usia muda bukanlah alasan untuk tidak bekerja. Terlebih dijaman ini populer dengan istilah rebahan yang konotasinya bermalas-malasan. Selagi muda maka tuntutlah ilmu dan pengalaman sebanyak yang bisa dilakukan, karena kelak akan menunjang pekerjaan dan jangan malu ketika bekerja tapi malulah saat tidak bekerja.
*) Guru MTs. Miftahul Ulum 2 Bakid