Oleh : M. Hasyim Asy’ari, S.H. *)
Kata Isra’ Mi’raj sudah tidak asing lagi ditelinga kita, Isra’ Mi’raj merupakan salah satu peristiwa penting dalam sejarah Islam yang menunjukkan keajaiban dan kekuasaan Allah SWT. Peristiwa ini mencerminkan nilai spiritual yang mendalam sekaligus memberikan inspirasi dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk di era Revolusi Industri 4.0. Era ini ditandai dengan kemajuan teknologi digital seperti kecerdasan buatan (AI), Internet of Things (IoT), dan big data yang memberikan tantangan dan peluang baru bagi umat Islam untuk memperkuat iman dan amal.
Isra’ Mi’raj dalam Perspektif Al-Qur’an dan Hadits
Isra’ Mi’raj terjadi pada tahun kesedihan (amul huzn), ketika Nabi Muhammad SAW mengalami tekanan berat akibat wafatnya Khadijah binti Khuwailid dan Abu Thalib. Allah SWT memberikan perjalanan luar biasa ini sebagai bentuk penghiburan dan penguatan.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ
“Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Al-Isra: 1)
Hadits juga menguatkan peristiwa ini, seperti yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari:
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ قَالَ:
“بَيْنَا أَنَا فِي الْحَطِيمِ – أَوْ قَالَ: فِي الْحِجْرِ – مُضْطَجِعًا، إِذْ أَتَانِي آتٍ فَقَدَّ مَا بَيْنَ هَذِهِ إِلَى هَذِهِ – قَالَ: فَقُلْتُ لِلْجَارُودِ وَهُوَ إِلَى جَنْبِي: مَا يَعْنِي بِهِ؟ قَالَ: مِنْ ثُغْرَةِ نَحْرِهِ إِلَى شَعَرَتِهِ – فَاسْتَخْرَجَ قَلْبِي، ثُمَّ أُتِيتُ بِطَسْتٍ مِنْ ذَهَبٍ مَمْلُوءٍ إِيمَانًا، فَغُسِلَ قَلْبِي، ثُمَّ حُشِيَ، ثُمَّ أُعِيدَ، ثُمَّ أُتِيتُ بِدَابَّةٍ دُونَ الْبَغْلِ وَفَوْقَ الْحِمَارِ أَبْيَضَ، يُقَالُ لَهُ: الْبُرَاقُ، فَحُمِلْتُ عَلَيْهِ…”
Terjemahan Hadits
Dari Anas bin Malik RA, Rasulullah ﷺ bersabda:
“Ketika aku sedang berada di Al-Hathim atau di Hijr dalam keadaan berbaring, tiba-tiba datang seseorang kepadaku. Lalu ia membelah (bagian tubuh) antara ini dan ini (Nabi menunjukkan dari tenggorokan hingga ke bawah perutnya). Kemudian dikeluarkanlah hatiku, lalu aku didatangkan dengan sebuah bejana dari emas yang dipenuhi dengan iman. Hatiku dicuci, kemudian diisi (dengan iman) dan dikembalikan seperti semula. Lalu aku didatangkan seekor hewan tunggangan berwarna putih, lebih kecil dari bagal dan lebih besar dari keledai, yang disebut dengan Buraq. Aku dinaikkan ke atasnya…” (HR. Bukhari, No. 3207)
Penjelasan Hadits
- Konteks Perjalanan Isra’ Mi’raj
Hadits ini menjelaskan persiapan Nabi Muhammad ﷺ sebelum memulai perjalanan Isra’ Mi’raj. Proses pembersihan hati Nabi menunjukkan bahwa peristiwa ini membutuhkan persiapan spiritual yang luar biasa, karena beliau akan melihat langsung tanda-tanda kebesaran Allah SWT. - Buraq Sebagai Kendaraan
Buraq adalah makhluk istimewa yang diciptakan Allah untuk mengantar Nabi Muhammad ﷺ dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha. Kecepatan Buraq digambarkan sangat luar biasa, yaitu sejauh mata memandang dalam satu langkah. - Pelajaran dari Hadits
Kesucian Hati dan Iman: Sebelum mengemban tugas besar, Nabi ﷺ diberikan persiapan spiritual berupa pencucian hati, mengajarkan kepada umat pentingnya kesucian hati dalam menjalankan amanah.
Perjalanan Isra’ Mi’raj dengan Buraq memberikan inspirasi bahwa dengan izin Allah, hal yang dianggap mustahil oleh manusia bisa terjadi. Ini menjadi motivasi untuk terus berinovasi dengan teknologi yang membawa manfaat. Perjalanan ini menunjukkan bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Umat Islam diingatkan untuk selalu bertawakal kepada-Nya.
Hadits ini memperkuat keimanan umat terhadap mukjizat Nabi Muhammad ﷺ sekaligus menjadi bukti nyata akan keistimewaan beliau sebagai Rasul terakhir.
Refleksi Isra’ Mi’raj dalam Era 4.0
Isra’ Mi’raj memberikan pelajaran yang relevan di era 4.0, antara lain:
- Koneksi Spiritual dalam Kehidupan Modern
Di tengah kemajuan teknologi yang sering membuat manusia terjebak dalam rutinitas materialistik, Isra’ Mi’raj mengajarkan pentingnya menjaga hubungan dengan Allah melalui shalat. Perintah shalat lima waktu yang diterima Nabi SAW dalam peristiwa ini menjadi simbol disiplin spiritual yang tetap relevan, bahkan di era digital yang serba cepat. - Inspirasi untuk Inovasi Teknologi
Isra’ Mi’raj menunjukkan bahwa perjalanan jarak jauh dalam waktu singkat mungkin terjadi atas izin Allah. Hal ini dapat menginspirasi manusia untuk memanfaatkan teknologi dengan cara yang positif, seperti dalam bidang transportasi modern, komunikasi jarak jauh, hingga eksplorasi luar angkasa. - Pemanfaatan Teknologi untuk Dakwah
Era 4.0 memberikan peluang besar bagi umat Islam untuk menyebarkan nilai-nilai Islam melalui media digital. Dengan teknologi, ajaran Isra’ Mi’raj dapat disampaikan secara kreatif melalui video, podcast, aplikasi pendidikan, dan platform lainnya untuk menjangkau generasi muda atau seringkali disebut dengan Gen Z yang lebih akrab dengan teknologi. - Etika dalam Penggunaan Teknologi
Isra’ Mi’raj mengajarkan nilai-nilai moral dan etika. Di era 4.0, umat Islam diingatkan untuk menggunakan teknologi secara bertanggung jawab, menghindari penyebaran berita-berita hoaks, dan memanfaatkan kecanggihan teknologi untuk kebaikan antar umat manusia.
Isra’ Mi’raj bukan hanya peristiwa spiritual, tetapi juga inspirasi untuk menghadapi tantangan era Revolusi Industri 4.0. Melalui perjalanan ini, umat Islam diajarkan pentingnya koneksi dengan Allah SWT, inovasi yang beretika, dan memanfaatkan teknologi untuk kebermanfaatan bersama. Dengan memahami nilai-nilai Isra’ Mi’raj, umat Islam dapat menjalani era 4.0 dengan lebih bijaksana dan berlandaskan iman.
Semoga kita semua dapat mengambil hikmah dari Isra’ Mi’raj dan menerapkannya dalam kehidupan modern ini. Wallahu a’lam bish-shawab.
*) Guru dan Staf TU MTs. Miftahul Ulum 2 Bakid