Bimbingan dan Konseling Islam : Upaya Mengoptimalkan Kecerdasan Spiritual dan Emosional Siswa

Oleh : Abdul Rozaq, S.Sos *)

Bimbingan dan konseling dalam dunia pendidikan merupakan salah satu wadah untuk menampung segala sesuatu yang dianggap sebagai masalah kemudian mengurainya untuk mendapat solusi dalam baik itu pada siswa, guru, staf kependidikan, maupun keberlangsungan proses belajar-mengajar. Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling itu sendiri ada berbagai macam, pada umumnya untuk melaksanakan programnya terlebih dahulu menyiapkan materi (terutama isinya terdiri dari uraian problematika di saat itu, menjelaskan dampak negatif dan positifnya, cara-cara untuk mengatasi masalah tersebut, dan terakhir pembekalan motivasi).

Disini akan diringkas dalam melaksanakan program bimbingan dan konseling hanya dua model, yaitu Bimbingan dan Konseling Secara Umum dan Bimbingan dan Konseling Secara Islam. Pertama, Bimbingan dan Konseling Secara Umum, yaitu pelaksanakannya sering kali berangkat dari teori-teori tokoh psikologi dunia barat. Kedua, Bimbingan dan Konseling Secara Islam, yaitu memasukkan unsur-unsur keislaman  dengan tujuan meningkatkan sikap spiritual dan emosional (ESQ).

MTs. Miftahul Ulum 2 Banyuputih Kidul menerapkan kedua metode Bimbingan dan Konseling tersebut, namun lebih mengutamakan secara Islami karena latarbelakang pesantren yang menaungi terlebih ditambah lagi guru BK yang latar belakangnya BKI (Bimbingan Konseling Islam). Seringkali dalam pelaksanaan prakteknya guru BK menyisipkan kisah para nabi dan sahabat, kisah para auliya, dan ulama yang tidak lain bertujuan sebagai tambahan wawasan bagi peserta didik juga sebagai upaya peningkatan sikap spiritual dan emosional (ESQ).

Pelajaran seperti IPA, Matematika, IPS, Fikih, Al-Quran Hadis, dan sebagainya bertujuan sebagai tambahan materi atau wawasan pengetahuan cenderung berhubungan dengan kecerdasan intelektual (IQ). Sedangkan Bimbingan dan Konseling bertujuan untuk mengetahui potensi diri dan pemecahan masalah pada siswa yang dibantu oleh guru BK. Tugas utama guru BK mengarahkan kognitif, afektif, dan psikomotorik peserta didik agar maksimal. Sebagai contoh, ketika ada anak mencuri, padahal dalam pelajaran PAI sudah dijelaskan konsekuensi dan dampak dari mencuri itu sendiri, tetapi anak tersebut tetap saja mencuri, disini bukti bahwa pelajaran yang diterangkan oleh guru hanya sebagai pengetahuan semata. Inilah yang dimaksud dengan antara kognitif, afektif, dan psikomotorik tidak sejalan. Maka dari itu, ketika sebuah materi terus-terusan diberikan kepada siswa maka bimbingan juga harus sering diberikan kepada siswa, supaya kecerdasan spiritual dan emosional (ESQ) tidak tertinggal jauh dengan kecerdasan intelektual (IQ) pada pribadi siswa tersebut. Tingkat Kecerdasan spiritual dan emosional (ESQ) akan berdampak pada baik-buruknya seseorang dalam berperilaku sehari-hari.

Secara perspektif ilmu psikologi perilaku seseorang dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor secara genetika 50% dan faktor lingkungan 50%. Dalam sebuah kasus pernah dimintai keterangan kenapa siswa tidak pernah sholat dan mengaji ternyata jawaban anak ini, “ayah dan ibu saya tidak pernah terlihat sholat maupun mengaji, kenapa saya harus sholat!”. Hal ini menunjukan bahwa faktor lingkungan keluarga dan faktor genetik sama-sama kuat berpengaruh terhadap perilaku siswa, pengetahuan yang didapatkan di sekolah mengenai dampak negatif dan positif bahkan konsekuensinya secara norma agama sama sekali tidak berpengaruh terhadap realita dalam berperilaku sehari-hari terhadap anak tersebut.

Bimbingan dan Konseling Islam bertujuan mencetak anak berkahlakul karimah sebagaimana suri tauladan umat Islam Nabi Muhammad SAW, tidak peduli dari keturunan seperti apa dan berada di lingkungan seperti apa, dan jika tepat dalam membimbing dan mengarahkan semua siswa akan mampu mengejawantahkan segala potensi yang dimiliki.

*) Guru BK MTs. Miftahul Ulum 2 Banyuputih Kidul

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *