Kamis (19/01/2023), supervisi akademik menjadwalkan Wiwin Sugianto, S.Pd selaku Guru Akidah Akhlak dengan supervisor Zainal, M.Pd. Secara penguasaan kelas, Ustadz Wiwin mampu mengakomodir proses pembelajaran mulai awal hingga sesi diskusi yang dilanjutkan dengan kerja kelompok meskipun tanpa menggunakan slide presentasi yang didukung dengan penggunaan media semacam proyektor.
Setengah jam pelajaran pada Kelas VIII-D tersebut diisi ceramah-ceramah berkaitan dengan materi pokok pembahasan menurut pandangan supervisor yang juga seorang dosen tersebut kurang efektif, terlebih saat materi menjelaskan perihal contoh keteladanan nabi. Akan lebih baik dan menarik bagi intelektual siswa jika disertai visualisasi contoh yang dimaksud.

Merujuk pada anggapan supervisi akademik yang umumnya diistilahkan dengan pengawasan dan jika kata pengawasan ini dikaitkan dengan proses manajemen pembelajaran, maka mengandung arti kepentingan instruktif (inspeksi, kontrol, dan evaluasi). Jadi, proses pembelajaran dewasa ini yang hanya mengandalkan metode ceramah atau sekedar mencatat materi pelajaran perlu mendapatkan perhatian konstruktif dalam rangka peningkatan mutu pendidikan.
Lalu pada sesi kedua, giliran Muhammad Rouf, S.Pd yang disupervisi langsung oleh Waka. Kurikulum, Husen, S.Pd.I. Secara pengalaman, Ustadz Rouf merupakan salah satu guru MTs. Miftahul Ulum 2 Bakid yang berkesempatan mendapatkan masukan-masukan konstruktif dari Asesor Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah Jawa Timur saat proses Akreditasi MTs. Miftahul Ulum 2 Bakid berlangsung.

Guru yang aktif dalam MGMP Bahasa Inggris Madrasah Kab. Lumajang ini dengan lincah menyampaikan materi “Describing Animals”, pun juga disertai dengan tayangan slide menarik layaknya konten YouTube profesional. Namun, keterangan Waka. Kurikulum di akhir supervisi yang menyebut bahwa sajian materi dianggap terlalu cepat untuk siswa yang duduk di bangku Kelas VII-E dan kebuntuan saat diskusi peserta didiknya dapat digunakan sebagai bahan evaluasi perbaikan maupun peningkatan Ustadz Rouf agar semakin familiar Bahasa Inggris di telinga siswa-siswi berlatar belakang pesantren ini.





