Ojek Payung

Karya; Siti Khodijah Syarifah Wulan *)

Jum’at sore tanah Pondok Pesantren Miftahul Ulum Banyuputih Kidul Jatiroto Lumajang basah karena hujan yang cukup deras. Namun, tak ada guntur, juga tak ada angin yang membuat dedaunan gugur. Hanya ada suara riuh para santri yang sedang menikmati rintikan hujan itu. Sedangkan aku? Memilih merebahkan diri lalu menuju alam mimpi. Tak lama kemudian…

“Aylin… ayo mandi” suara itu membuat mataku kembali terbuka, suaranya sangatlah familiar, ah rupanya Liey, sahabatku.

“Lima menit lagi..” jawabku malas lalu membalikkan badan memunggunginya

“No no no. Big no Lin! Kamu mau kita diduluin mandinya?” merasa tak ada jawaban Liey murka lalu meninggalkanku dengan hentakkan kaki yang cukup keras, aku terkikik lalu mulai bangkit dan merapikan tempat tidurku, aku meyusulnya, dan ternyata liey masih ada di latar gedung asrama kita

“Eh kok diem aja? Ayo Lii main hujan” sapaku menarik tangannya bersemangat

“Iih tunggu dulu, ini bajunya gimana? Masa mau terobos hujan?” tanya Liey sambil melirik ke arah timba yang berisi baju.

Betul juga kata Liey, aku berfikir sejenak, memandang ke arah gemircik hujan, lalu mataku berbinar.

“Liey kamu tunggu di sini sebentar” ucapku lalu pergi menerobos hujan

“kak Rani…” teriakku tersamarkan rintikan hujan

Kak Rani menoleh mencari sumber suara

“Kak aku boleh engga, minjem payungnya?”

“Emm,tapi anterin aku dulu ya?” ujarnya setelah berfikir sejenak. Aku menagngguk.

Tak butuh waktu lama kita sudah sampai di pinggir musholla

“Makasih ya lin”

“Sama-sama kak,aku pinjem dulu payungnya ya..”

“Iya, tapi kalau sudah selesai taruh di sini lagi oke” aku mengangguk mantap

Aku berjalan menuju Liey. Di seberang sana aku sudah bisa melihat Liey sedang memasang wajah cemberutnya.

“maaf ya aku lama” sapaku

“Lama banget!”

“Udah minta maaf juga! Masih marah-marah”

Sesampainya di depan kamar mandi Liey menyuruhku menuggu di depan saja,sementara liey menaruh baju, aku melihat kerumunan orang yang baru saja selesai dengan rutinitas mandi dengan muka melasnya,kasian sekali jika harus berdiri lama, menunggu hujan reda

“Hey!” Liey membuyarkan lamunanku

“Ayo main hujan! Tutup payungnya kali,kamu aja udah basah kuyup gitu” ujar Liey

“Jadi ojek payung, yuk!!” seruku semangat

“Hah?!” Liey kebingungan jawabanku yang keluar dari topik pembicaraan.

“Iya, ojek payung. Ayok!!” kemudian aku berjalan menuju orang orang tadi. Sesampainya di sana, ada salah satu wajah seseorang yang agak familiar bagiku.

“Aylin, ya ampunn.. untung ada kamu. Anterin aku yaa..ya..ya..?!!” mohonnya.

Yeay pelanggan pertama!

“Ayo!” aku memberikan payung kepada temanku itu. Dan aku memilih membuntutinya dari belakang sampai ke tujuan.

 “Thanks banget ya lin, kamu penolong banget, aaa sayang dehh” ucapnya yang membuatku bergidik ngeri

“Bayar gak nih lin?”

“Enggak usah” singkatku lau pergi meninggalkannya

“Jadi cewek jangan dingin-dingin, nanti jadi kulkas baru tau rasa!” aku masih mendengar teriakannya meskipun jarakku cukup jauh. Dasar Naswa, ada ada saja.

Saatnya menjemput pelanggan kedua!

Aku bingung siapa yang akan aku antar lagi, semuanya terlihat asing, namun kali kedua aku kembali ke depan kamar mandi, ada satu orang yang masih  stay memandangi hujan. Sepertinya dia santri baru yang masih lugu dan masih malu-malu untuk meminta tolong kepada orang lain.

Aku menghampirinya yang tengah merenung, belum sempat menyapa, temanku langsung datang dengan teriakan histerisnya.

“Omaygodd, Aylin yang cantiknya nggak ada lawan, baik dan rajin menabung, minjem payungnya dong!!” teriaknya yang membuatku menutup telinga dengan kedua tanganku

“Yaa Tuhan! Di ponpes ini nggak ada yang kalem apa” seruku dalam hati

“Ayo!” jawabku

“Kak, emm boleh nebeng juga nggak?” cicit orang di sampingku yang ternyata santri baru yang ku maksud tadi

“Boleh-boleh, kalian sepayung berdua ya? Kan payungnya gede” pintaku, mereka mengangguk mantap

Seperti biasa aku membuntuti mereka dari belakang, sesampainya di Gedung asrama mereka berterima kasih, dan aku kembali mencari pelanggan. Seru sekali melihat senyum yang mereka buat karna bantuan ku, sederhana namun bahagia.

Sebelum aku mencari pelanggan selanjutnya, aku menyapa teman-teman seasramaku. Wajah mereka seperti orang susah mencari sesuatu.

“Nyari apasih?” tanyaku pada mereka

“Sandal aku kayaknya hanyut deh, hujannya gede banget, aku yang mau turun takut basah kuyup” benar kata mereka, hujan masih belum reda air dari selokan meluap hingga menjadi genagan yang tingginya mencapai mata kaki.

“Ciri-ciri sandalnya?” tanyaku mereka memicing

“Itu! Itu linn! Ada di sebelah sana, warna hitam, kamu kelihatan kan?” serunya heboh

Aku mengambil sandal yang mereka maksud

“Ini?” teriakku tersamarkan rintikan hujan

Mereka mengangguk antusias, aku meminggirkan sandal mereka ke tempat yang tak terkena genangan. Tak berapa lama, teman temanku yang lainnya datang, ternyata mereka kehilangan sandal juga, alhasil akulah yang harus mencarinya. Agak susah siih karena sandal-sandal yang berhanyutan warnanya hampir senada, bahkan ada yang sama persis membuatku kebingungan mencarinya. Setelah selesai menyelamatkan titanic yang berlayar eh, maksudku sandal-sandal yang berhanyutan, aku kembali mengarungi samudera berwarna keruh yang semakin lama semakin naik.

Lagi-lagi aku menemukan salah satu temanku yang terlihat butuh bantuan

“Butuh bantuan?” tanyaku

“Nde!  Aku mau naik ke musholla tapi kakiku kotor karna genagan ini, kran air jauh kalau mau basuh kaki, ottoke?” tutur Nala k-popers dan k-drama garis keras

“Bentar, aku mau nyari gayung dulu”

“Aww gomawoyoo, nanti aku mau deh bagi bagi oppa jaehyun sama kamu.” Aku hanya bisa geleng- geleng kepala dengan khayalan tingginya itu

Aku mencari gayung terdekat lalu meminjamnya, mengisinya dengan air lalu kembali ke Nala dengan satu gayung berisi air di tangan kanan.

Selesai sudah tugasku. Aku menutup paying lalu mengembalikannya ke tempat semula, pinggir musholla.

Tapi tunggu, kemana perginya Liey?. mataku mengamati setiap inci tempat di ponpes ini, lebih tepatnya yang ada dihadapanku sekarang. Aku yakin Liey tidak jauh dari tempat terakhir kita bertemu.

Nahh itu dia! Ternyata sedang beermain lompat tali Bersama teman-temannya.

“Liey” Teriakku, Liey menyudahi  permainannya lalu berlari ke arahku

“Aku kira kamu mandi duluan” ujarku

“Aku tadi sempet dipanggil sama mbak ketua, terus nyari kamu, kamunya hilang. Eh ternyata lagi jadi ojek pauing, dapet berapa uang buk?” tawanya menggelegar mengalahkan suara hujan

“Sok sibuk” ketusku

“Yeuu, aku kan emang orang sibuk,calon pengurus”

“Aamiin, udah ah ayo mandi”

Seusai mandi….

“Hacchuu” untuk kesekian kalinya aku bersin, hidungku memerah,suhu tubuhku memanas. Akuu demam!

“Kebahagiaan sesungguhnya adalah ketika melihat senyum seseorang terukir karena bantuan kita. Sederhana namun Bahagia”

-Aylinsea Megarunika-

*) Siswi Kelas 9 MTs. Miftahul Ulum 2 Bakid dan Pimred Weibsite OSIM

One Reply to “Ojek Payung”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *