Oleh : Amang Phillip Dayeng Pasewang, S.Sos *)
Indonesia di masa kolonialisme Belanda terpenjara oleh kebodohan, kemiskinan, dan ketidak-adilan. Namun, kaum pribumi yang memiliki jiwa patriotisme tidak patah arang untuk memperjuangkan hak-hak hidup yang semestinya didapat oleh setiap manusia baik itu melalui jalan pertempuran maupun jalan pemikiran visioner. Raden Ajeng (RA) Kartini salahsatu tokoh yang memilih perjuangan melalui sebuah pemikiran.
RA. Kartini yang lahir pada 21 April 1879 di Jepara dari pasangan Raden Mas Sosriningrat dan M.A. Ngasirah. Keluarga besar RA. Kartini bisa disebut sebagai keluarga priyayi (kaum bangsawan Jawa yang terhormat dan terpandang) baik itu dari jalur bapak maupun ibunya. Kakek (Pangeran Ario Tjondronegoro IV) dan bapak RA. Kartini dikenal sebagai Bupati Jepara yang piawai dan cerdas kala itu, sedangkan kakek dari jalur ibunya merupakan guru di bidang keagamaan.
Beruntungnya RA. Kartini yang berasal dari keluarga bangsawan sehingga dapat mengenyam pendidikan bersama anak-anak dari keturunan Eropa, timur asing, atau pribumi dari tokoh terkemuka lainnya. Namun menginjak usia remaja RA. Kartini harus pasrah dinikahkan dengan putra bangsawan asal Rembang KRM Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat atas pilihan orangtuanya. Tak lama setelah pernikahan tersebut keduanya berpisah lantaran suami harus melanjutkan sekolah ke daerah lain bahkan di beberapa sumber sejarah menyebut KRM Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat melanjutkan sekolah ke negeri Belanda bersama saudara laki-laki RA. Kartini.
Walaupun RA. Kartini tidak melanjutkan pendidikan sekolah formalnya karena telah menikah bukan berarti ia berhenti untuk belajar. Dengan dukungan beberapa saudara laki-laki lainnya yang bersedia meminjami buku, RA. Kartini kemudian merangkai visi perjuangannya melalui tulisan-tulisan yang kemudian dikirimkan berupa surat-surat kepada suami, saudara, maupun teman semasa ia mengenyam bangku sekolah dulu yang kini mereka semuanya itu berada di negeri Belanda. Selain melalui surat, RA. Kartini juga diketahui beberapa kali membuat tulisan atasnamanya di sebuah majalah perempuan di Belanda. Korespondensi asal Belanda salahsatunya bernama Rosa Abendanon mengumpulkan surat-surat RA. Kartini yang tersebar di banyak orang, dan memungut serta merangkai tulisan-tulisannya yang berisi semangat perubahan akan tatanan sosial Indonesia untuk disimpulkan menjadi sebuah buku. Atas usaha besar dari Rosa Abendanon dkk itulah maka terbitlah karya “Door Duisternis tot Licht” (Dari Kegelapan menuju Cahaya). Buku tersebut hanya menyebar di Belanda dan beberapa negara di Eropa awalnya, sampai pada tahun 1922, rumah cetak Balai Pustaka menerbitkannya dengan judul “Habis Gelap Terbitlah Terang: Boeh Pikiran”.
Buku tersebut menceritakan situasi yang dialami pribumi di bawah pemerintahan kolonialisme Belanda, dan lebih banyak membahas bagaimana seharusnya perempuan dapat lebih berperan dalam keluarga dan memiliki peran serta hak yang sama dengan pria. RA. Kartini dianggap sebagai pendobrak kultur masyarakat Jawa kala itu yang menempatkan peran perempuan hanya untuk masak, macak, dan manak (konco wingking/teman di belakang).
Melalui Keputusan Presiden RI No. 108 Tahun 1964 pada 2 Mei 1964 maka ditetapkanlah RA. Kartini sebagai pahlawan nasional dan tanggal lahir beliau dikenal sampai hari ini sebagi Hari Kartini yang merupakan bentuk simbolis atas hak perempuan terutama dalam hal pendidikan serta peranan dalam pembangunan bangsa dan negara.
RA. Kartini yang wafat di usia 25 tahun tak berselang lama setelah melahirkan kemudian menggugah kesadaran para kaum ningrat lainnya untuk membentuk Yayasan Kartini. Yayasan tersebut bergerak di bidang pendidikan, menyediakan sekolah-sekolah khusus perempuan pribumi dari semua strata sosial. Dengan cepat yayasan beserta sekolah tersebut menyebar di banyak kota di Jawa sebagai cikal bakal sekolah umum negeri yang kita kenal sampai hari ini.
Segenap civitas akademika MTs. Miftahul Ulum 2 Bakid mengucapkan selamat memperingati Hari Kartini, marilah kita pupuk bersama semangat Kartini muda demi Indonesia yang terhormat dan berkeadilan.
*) Guru IPS MTs. Miftahul Ulum 2 Banyuputih Kidul
One Reply to “Kartini, Ibu Pendidikan Indonesia (Memperingati Hari Kartini 2021)”