Oleh : M. Bakiruddin, SH. *)
Identitas yang paling melekat dalam diri iblis ialah kesukaannya untuk membangkang, sedangkan esensi terdasar dalam diri malaikat ialah ber-taat, ciri khas binatang buas adalah mencabik-cabik lawan. Manusia memiliki opsi untuk menempati status diantara ketiga makhluk di atas, norma agama tidak diperuntukkan kepada malaikat karena memang ketaatan nya merupakan natural.
Tingkat keimanan dan ketaatan Manusia (selain para nabi) masih pasang surut, terkadang sifat tanahnya yang muncul, di waktu yang lain sikap udaranya yang tampak.
Manusia yang memiliki potensi untuk bermaksiat ini tidak serta merta tertulis mendapatkan siksa jika potensinya di realisasikan, melainkan perbuatan maksiat memiliki dua opsi terapan berkelanjutan
Yang pertama; diampuni dosanya oleh Allah SWT, sebagaimana firman Allah dalam surah An-Nisa’ ayang 116 :
إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِۦ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَآءُ ۚ وَمَن يُشْرِكْ بِٱللَّهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَٰلًۢا بَعِيدًا
Artinya : sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik, dan Allah mengampuni selain dosa syirik bagi siapa pun yang di kehendaki oleh Allah. Barang siapa menyekutukan Allah, maka sungguh dia telah tersesat jauh dari kebenaran.
Yang kedua; mendapatkan konsekuensi di dunia ini sebagai penebus dari perbuatan dosanya tersebut, seperti sakit, sandal putus, pelajaran Al-Quran menjadi terlupakan, dan selainnya; yang berupa musibah yang terjadi. Sebagai mana firman Allah dalam surah As-syura, ayat 30:
وَمَا أَصَابَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَن كَثِيرٍ
Artinya: segala sesuatu yang menimpa dirimu ialah disebabkan oleh perbuatan tanganmu (dosa), dan Allah banyak mengampuni dosa -dosa
Ayat Al-Quran ini senada dengan hadis yang di riwayatkan oleh Sayyidah Aisyah:
وعن عائشة رضي الله عنها ما من مسلم يصيبه وصب ولا نصب حتى الشوكة يشاكها، وحتى انقطاع شسع نعله إلا بذنب وما يعفو الله عنه أكثر
Artinya: Artinya: “Dari Sayidatina Aisyah radliyallâhu ‘anhâ: tidaklah seorang muslim terkena sakit dan kepayahan, hingga terkena duri dan terputusnya tali sandal jepitnya, kecuali disebabkan suatu dosa, dan dosa yang dimaafkan Allah lebih banyak.”
Apakah setelah tuhan memberikan konsekuensi dosa kita di dunia, lantas memberikan siksa kembali di akhirat?
Sayyidini Ali bin Abi Thalib berkata :
ما عاقب الله به في الدنيا فالله أحلم من أن يثني عليه العقوبة يوم القيامة ، وما عفا الله عنه في الدنيا فالله أكرم من أن يعود في عفوه يوم القيامة
Artinya : Seluruh dosa yang sudah dibalas di dunia, maka Allah dzat yang penyantun sehingga Allah tidak akan membalasnya kembali di akhirat. Sedangkan dosa yang diampuni didunia dengan artian tidak ada konsekuensi di dunia, maka Allah sangat dermawan sehingga Allah mengampuni pula di akhirat.
Kita sebagai orang yang beriman harus optimis dan semangat terhadap rahmat Allah. setelah melihat beberapa teks tersebut kita bisa memahami bahwa Sebesar apapun dosa kita maka tetap harus ber-prasangka baik kepada Allah. Musibah apapun yang terjadi maka harus husnudzan kepada Allah, karena sudah jelas bahwa ketika kita berdosa maka konskuensinya adalah musibah (sebagai penebus), jika tidak, maka otomatis dimaafkan oleh Allah SWT.
Apakah tertimpa musibah hanya manifestasi dari dosa-dosa kita?, bagaimana dengan orang yang sedang tidak berdosa, atau anak kecil yang masih tidak memiliki dosa?
Musibah atau petaka bukan hanya konskuensi dari dosa, melainkan jika hamba yang terkena musibah tersebut orang saleh maka musibah menjadi wasilah (sebab) tingginya derajat, sebagaimana perkataan Ikrimah :
ما من نكبة أصابت عبدا فما فوقها إلا بذنب لم يكن الله ليغفره له إلا بها أو لينال درجة لم يكن يوصله إليها إلا بها .
Artinya: petaka atau yang lebih dahsyat dari petaka jika menimpa hamba Allah maka itu konsekuensi dari dosanya yang tidak diampuni oleh Allah kecuali dengan wasilah musibah tersebut. Atau musibah itu merupakan penunjang terangkatnya derajat seorang hamba karena hamba tidak bisa naik ke derajat itu dengan amalnya, melainkan melalui musibah yang ditimpakan oleh Allah.
Diriwayatkan bahwa terdapat seorang pria berkata kepada nabi musa “pintakan hajat saya kepada Allah, dan Allah sudah tau tentang hajatku ini”, kemudian Nabi Musa betul-betul berdoa kepada Allah, kemudian ketika nabi musa turun dari tempat berdoa, tiba-tiba bertemu dengan orang tadi telah di cabik-cabik binatang buas sehingga mati. Lalu nabi Musa berkata “Ya Allah, kok bisa ini”. lalu Allah berfirman “wahai Musa, dia memohon derajat tinggi, dan saya tau bahwa dia tidak akan mencapai derajat tersebut dengan Amal nya, sehingga saya memberikannya musibah agar supaya menjadi sebab dia mendapatkan derajat tersebut”
*) Pembina Eskul Baca Kitab Kuning MTs. Miftahul Ulum 2