Karya : Siswi Kelas VII F
Bagian 1
Malam itu, di salah satu Pondok Pesantren, suasana hening hanya terdengar gemerisik lembaran kitab yang dibalik oleh Alya dan Zahira. Kedua santri itu sedang mempersiapkan diri untuk ujian baca kitab yang akan digelar minggu depan. Cahaya lampu belajar mereka menyinari wajah-wajah lelah, namun penuh tekad.
“Al, aku udah ngantuk,” ucap Zahira sambil menutup kitabnya dengan berat.
“Aku juga. Yaudah, besok lanjut lagi,” sahut Alya, mengikuti langkah Zahira.
“Wallahu a’lamu bissawab,” keduanya mengucap serempak, menutup malam dengan doa.
“Yaudah, ketemu lagi besok,” pamit Zahira sambil beranjak dari tempat duduknya.
“Iya, dadah,” balas Alya dengan senyuman.
Sesampainya di asrama, Alya langsung menaruh kitabnya di dalam loker. Tanpa banyak berpikir, ia merebahkan tubuhnya di kasur dan terlelap.
Keesokan Harinya
Alya terbangun dengan terburu-buru. Matanya masih berat, tapi ia sadar sudah terlambat bangun. Tanpa sempat shalat Subuh, ia hanya mencuci muka dan bergegas ke sekolah. Dalam kepanikannya, ia lupa membawa kitab yang seharusnya dipelajari hari itu.
Sesampainya di kelas, Alya baru menyadari kitabnya tidak ada. Ia pun kebingungan.
“Eh, Key, kamu nggak liat kitabku?” tanyanya pada Keyla, teman sebangkunya.
“Nggak,” jawab Keyla singkat. Ia sudah tak heran dengan kebiasaan Alya yang sering lupa.
“Kamu yakin nggak lupa bawa?” tanya Keyla lagi, tanpa menoleh ke arah Alya.
“Ee… iya sih, kayaknya,” gumam Alya, menepuk dahinya.
“Kebiasaan!” sentak Keyla. “Makanya diinget-inget dulu!”
“Hehe… maaf, Key,” ucap Alya, tapi Keyla sudah tak menghiraukannya.
Tanpa pilihan lain, Alya memutuskan untuk bermain bersama teman-temannya, melupakan sejenak kekhawatirannya tentang ujian.
Hari Ujian Tiba
Tanggal 15 Oktober 2023, ujian baca kitab kuartal kedua akhirnya digelar di aula putri. Alya datang dengan penuh percaya diri. Ia yakin akan berhasil karena sudah belajar semaksimal mungkin. Namun, di tengah persiapannya, Keyla menghampiri.
“Keyla,” sapa Alya.
“Eh, Alya. Kamu siap?” tanya Keyla.
“Siap dong! Aku udah belajar mateng-mateng,” jawab Alya dengan semangat.
Sepulang sekolah, Alya dan Zahira tak langsung pulang ke asrama. Mereka memilih untuk berbincang sebentar di halaman sekolah.
“Eh, Ra, ngomong-ngomong, kamu kapan ujian baca kitabnya?” tanya Alya.
“Besok sih, kayaknya,” jawab Zahira. “Aku takut, Al.”
“Udah, nggak papa! Spirit!” ucap Alya, mencoba menyemangati Zahira.
Tiba-tiba, suara memanggil nama Alya dari kejauhan.
“Aliyaa!!! Alya, pulang! Kamu dijenguk!”
Alya langsung bergegas ke asrama. Di sana, ia menemui kedua orang tuanya yang sudah menunggu.
“Assalamualaikum,” sapa Alya sambil menyalami tangan ibunya.
“Waalaikumsalam,” jawab sang ibu.
“Gimana, Nak, ujian baca kitabnya?” tanya ibunya penuh harap.
“Alhamdulillah lancar, Bu,” jawab Alya dengan senyuman.
“Oh, iya, Nak. Ini barang-barangnya sama jajan-jajannya. Maaf ya, cuma sedikit. Ibu lagi nggak punya uang banyak. Akhir-akhir ini pekerjaan ayah kamu nggak lancar,” ujar ibunya dengan suara lembut.
“Iya, Bu, nggak papa,” ucap Alya, meski hatinya sedikit sedih.
Tak lama setelah mengobrol, waktu pun habis.
“Yaudah, ya, Bu. Aku masuk dulu,” pamit Alya sambil menyalami tangan ibunya.
“Oh, iya, Bu. Ayah kemana?” tanyanya sebelum pergi.
“Ayahnya di luar,” jawab ibunya.
“Yaudah, Bu. Assalamualaikum,” ucap Alya sebelum kembali ke asrama.
17 Desember 2023
Hari Senin itu, Alya bangun dengan semangat membara. Ia sudah tak sabar melihat hasil ujian baca kitabnya. Dengan keyakinan tinggi, ia yakin akan meraih peringkat tertinggi.
Sesampainya di kelas, Alya langsung menyapa teman-temannya.
“Assalamualaikum,” ucapnya dengan riang.
Sepulang sekolah, Alya dan Zahira kembali berbincang di halaman sekolah.
“Eh, Ra, ngomong-ngomong, kamu kapan ujian baca kitabnya?” tanya Alya lagi.
“Besok sih, kayaknya,” jawab Zahira. “Aku takut, Al.”
“Udah, nggak papa! Spirit!” ucap Alya, memberi semangat seperti biasa.
Namun, di balik semangatnya, Alya mulai merenung. Apakah usahanya selama ini sudah cukup? Ataukah ia lupa melibatkan doa dalam setiap langkahnya?