Oleh : Aris Purnomo, S.Pd *
Puasa Ramadan adalah salah satu ibadah utama dalam Islam, yang diwajibkan bagi setiap Muslim yang memenuhi syarat. Namun, menariknya, ketika Allah menetapkan kewajiban ini dalam Al-Qur’an, Dia tidak langsung menyebutnya sebagai sesuatu yang berat atau panjang.
Ketika Allah mewajibkan puasa dalam Al-Qur’an, Dia tidak langsung mengatakan, “Kalian harus berpuasa sebulan penuh!” Sebaliknya, Allah menggunakan frasa yang terasa ringan dan menenangkan:
أَیَّامࣰا مَّعۡدُودَ ٰتࣲۚ
(Beberapa hari yang dapat dihitung)
Sekilas, ini hanya ungkapan biasa. Tapi kalau kita perhatikan lebih dalam, ada keindahan bahasa yang luar biasa di dalamnya. Mari kita bahas dan perhatikan kata yang digunakan Allah dalam perintah puasa Ramadhan
یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَیۡكُمُ ٱلصِّیَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِینَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah, Ayat 183)
أَیَّامࣰا مَّعۡدُودَ ٰتࣲۚ فَمَن كَانَ مِنكُم مَّرِیضًا أَوۡ عَلَىٰ سَفَرࣲ فَعِدَّةࣱ مِّنۡ أَیَّامٍ أُخَرَۚ
“(Yaitu) beberapa hari yang ditentukan. Maka barangsiapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. (QS. Al-Baqarah : 184)
Dalam terjemahan bahasa Indonesia, frasa ini sering diterjemahkan sebagai “beberapa hari yang tertentu” atau “hari-hari yang sudah ditentukan”. Namun, jika diterjemahkan secara lebih harfiah, maknanya adalah “hari-hari yang dapat dihitung”, yang memberikan kesan bahwa jumlahnya sedikit dan mudah untuk dijalani.
Dari sudut pandang bahasa Indonesia, struktur frasa ini mirip dengan frasa “hari-hari tertentu” atau “hari-hari terbatas”, yang dalam gaya bahasa Indonesia bisa memberikan makna Batasan waktu yang jelas – menunjukkan bahwa ibadah ini tidak berlangsung selamanya.
Kenapa Allah Pakai Kata “Beberapa Hari” dan Bukan “Sebulan Penuh”?
Secara faktual, kita tahu bahwa Ramadan berlangsung sekitar 29–30 hari. Tapi jika langsung disebut “sebulan penuh”, kesannya bisa berat bagi sebagian orang.
Coba bayangkan dua kalimat ini:
- “Kamu harus berpuasa sebulan penuh!” → Kedengarannya panjang dan melelahkan.
- “Kamu hanya perlu berpuasa beberapa hari saja!” → Lebih ringan, bukan?
Itulah efek dari frasa أَيَّامًا مَّعْدُودَاتٍ dalam bahasa Arab. Kata معدودات (ma’dūdāt) berarti “yang bisa dihitung”. Artinya, hari-hari puasa itu tidak banyak, cepat berlalu, dan tidak perlu dikhawatirkan.
Ini seperti saat kita punya pekerjaan yang terasa berat. Tapi kalau ada yang berkata, “Santai, ini cuma sebentar kok!”, pasti kita merasa lebih ringan menjalaninya.
Bahasa yang Memotivasi, Bukan Membebani
Dalam bahasa Indonesia, cara penyampaian sangat mempengaruhi perasaan. Bandingkan dua ungkapan ini:
- “Kamu harus menabung Rp10 juta dalam setahun!” → Wah, terasa besar dan berat.
- “Cukup menabung Rp27 ribu sehari!” → Kedengarannya lebih mudah, kan?
Begitu juga dengan puasa. Allah ingin kita melihatnya sebagai sesuatu yang mudah dijalani. Ramadan itu bukan beban, tapi kesempatan emas yang hanya datang sebentar.
Bahkan, kalau dipikir-pikir, sebulan itu terasa cepat berlalu. Sering kali kita merasa, “Eh, kok Ramadan sudah mau selesai?” Itu karena sebenarnya puasa itu ringan kalau dijalani dengan hati yang ikhlas.
Ramadan Itu Kesempatan, Bukan Beban
Selain memberi kesan ringan, frasa أَيَّامًا مَّعْدُودَاتٍ juga mengingatkan kita bahwa Ramadan itu sementara. Artinya, kesempatan untuk mendapat pahala besar ini tidak datang setiap hari.
Coba bayangkan:
- Dalam 12 bulan, Allah hanya meminta kita berpuasa satu bulan saja.
- Dari 365 hari dalam setahun, kita hanya diminta menahan lapar sekitar 30 hari.
Sungguh sayang kalau dilewatkan begitu saja, bukan?
Jadi, saat Ramadan tiba, jangan merasa berat. Ingatlah pesan lembut dari Allah:
“Ini hanya beberapa hari saja, berlalu dengan cepat, dan pahalanya luar biasa!”
Maka, jalani dengan senyum dan hati yang ringan. Ramadan itu bukan kewajiban yang membebani, tapi hadiah spesial yang harus kita syukuri.
Dengan memahami keindahan bahasa dalam ayat ini, kita dapat lebih menghargai bagaimana Al-Qur’an menyampaikan pesan dengan pilihan kata yang penuh hikmah dan keindahan.
Allah tidak ingin kita merasa terbebani dengan kewajiban ini, tetapi ingin kita melihatnya sebagai perjalanan spiritual yang bermakna dan penuh berkah. Jadi, ketika Ramadan datang, jangan melihatnya sebagai tantangan yang berat, tetapi sebagai “hanya beberapa hari saja” untuk mendekatkan diri kepada-Nya.
Bukankah waktu 30 hari itu akan berlalu begitu saja tanpa terasa? Mari kita jalani Ramadan dengan penuh semangat dan syukur, karena ini adalah kesempatan yang tak ternilai.
*) Waka Sarpras dan Guru Bahasa Indonesia MTs Miftahul Ulum 2 Bakid