Civitas madrasah umumnya menyukai seni, salah satunya seni lukis. Di hari pertama ini “art painting” dilombakan selain untuk mengembangkan bakat-minat siswa juga untuk menilai efektivitas ekstrakurikuler kaligrafi.
Seperti yang kita ketahui, kaligrafi adalah rangkaian huruf-huruf hijaiyah yang memuat ayat-ayat Al-Quran maupun hadits ataupun kalimat hikmah di mana rangkaian huruf-huruf tersebut dibuat dengan proporsi dan pewarnaan yang indah, entah itu penempatannya maupun ketepatan sapuan huruf.
Salah satu pelopor dari perkembangan kaligrafi Arab adalah Al-Raih yang mengembangkan kaligrafi di masa Kekhalifahan Al-Ma’mun dari Dinasti Abbasiyah. Seiring berjalannya waktu, cabang seni lukis ini pun mulai dikenal secara luas, bahkan menjadi karya seni Islam yang memberikan corak pengaruh di dunia seni lukis.
Baca Juga
OPENING CLASS MEETING SEMESTER GANJIL 2022-2023 PUTRA
Pun dalam perlombaan art painting, siswa-siswa yang tergabung dalam ekstrakurikuler kaligrafi menunjukkan kebolehannya menyapu tinta membentuk untaian kaligrafi. Bagi siswa Kelas VII, menurut Muhammad Ruski, S.H tidak ada satupun yang membuat kaligrafi. Karena memang mereka belum masuk kelas ekstrakurikuler, tetapi mereka yang di Kelas VIII dan Kelas IX semuanya membuat kaligrafi dengan beragam aliran.
Masih menurut pembina ekskul kaligrafi Ustadz Ruski, selain mereka bersaing membawa kemenangan bagi kelasnya, mereka pun membawa berbagai aliran kaligrafi, seperti khat naskhi, khat tsuluts, khat farisi, khat diwani, khat riq’ah, khat diwani jail, dan khat ijazah.
Amang Philips Dayeng P, S.Sos mengomentari perlombaan ini bahwa nantinya hasil karya anak didiknya itu akan dipajang di kelas sebagai bagian dari lomba dekorasi kelas. Selain untuk menghemat pernak-pernik dekorasi, hal itu untuk mengapresiasi mereka yang telah berani berkarya dan semoga saja dengan itu menginspirasi siswa lainnya mengembangkan potensi diri.
Sedangkan Fathurahman, S.Pd selaku pengampu Mapel Bahasa Arab yang menjadi bagian dari tim juri berharap mereka yang berkompetisi ini nantinya diarahkan dan dibimbing lebih baik lagi untuk juga dikenalkan dengan media digital (seni gambar/lukis berbasis digital), kemudian karya yang dihasilkan dapat dibuatkan smart contract yang berupa NFT agar melindungi hak cipta karya.
Mahrus Ali, S.H menanggapi apa yang disampaikan Ustadz Fathur menuturkan kepada tim redaksi diakhir lomba bahwa art painting ini direncanakan awalnya menggunakan perangkat komputer, itulah kenapa perlombaan diselenggarakan di ruang multimedia. Namun, rencana itu urung terlaksana karena ternyata tidak semua komputer terinstall software untuk menggambar. Jadi pihak panitia nantinya akan melakukan scanning satu per satu karya agar dapat dimanfaatkan lebih lanjut.