Oleh : Husen, S.Pd.I *)
Dalam kitab Lisanul Arab, kata Sya’ban (شَعْبَان) berasal dari akar kataشَعب yang artinya jelas, terang, dan mengumpulkan disebut demikian karena bulan Sya’ban adalah bulan yang terletak antara bulan Rajab dan Bulan Ramadhan sehingga orang Arab mengumpulkan perbekalan untuk persiapan menyambut bulan Ramadhan. Kata Sya’ban juga diambil dari kata تَشَعَّبَ yang berarti “berpisah” atau “menyebar”. Menurut para ulama, bulan ini disebut dengan Sya’ban karena pada zaman pra Islam, suku-suku Arab biasanya menyebar ke berbagai penjuru dan daerah untuk mencari air, Sebagian juga menyebar bersembunyi di dalam goa-goa untuk berlindung dari peperangan.
Hari ini 31 Januari 2025 kita sudah memasuki bulan Sya’ban. Bulan ini merupakan salah satu bulan istimewa dalam kalender Islam walaupun tidak termasuk bagian bulan-bulan haram. Sebagai bulan yang letaknya berasa pas sebelum bulan Ramadhan, bulan Sya’ban menjadi waktu yang pas dan tepat bagi umat Islam untuk mempersiapkan diri menyambut pelaksanaan puasa Ramadhan baik secara dzahir maupun batin.
Baca Juga
Rasulullah SAW sendiri telah memberikan teladan bagaimana beliau bersiap-siap menyambut Ramadhan sejak bulan Rajab dengan memperbanyak berbagai ibadah dan kebaikan serta doa yang masyhur di kalangan masyarakat:
اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ
Ya Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab dan bulan Sya’ban dan pertemukanlah kami dengan bulan Ramadlan.
Secara khusus Rasulullah saw memberikan perhatian khusus di bulan Sya’ban dengan meningkatkan berbagai amalan ibadah. Rasulullah ﷺ memperbanyak amalan sunnah, khususnya berpuasa di bulan ini, sebagai bentuk persiapan menyambut Ramadhan.
عَنْ أَبِي سَلَمَةَ أَنَّ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا حَدَّثَتْهُ قَالَتْ لَمْ يَكُنْ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ شَهْرًا أَكْثَرَ مِنْ شَعْبَانَ فَإِنَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ وَكَانَ يَقُولُ خُذُوا مِنْ الْعَمَلِ مَا تُطِيقُونَ فَإِنَّ اللَّهَ لَا يَمَلُّ حَتَّى تَمَلُّوا وَأَحَبُّ الصَّلَاةِ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا دُووِمَ عَلَيْهِ وَإِنْ قَلَّتْ وَكَانَ إِذَا صَلَّى صَلَاةً دَاوَمَ عَلَيْهَ (رواه البخاري)
Dari [Abu Salamah] bahwa ‘Aisyah ra menceritakan kepadanya, katanya: Rasulullah saw tidak pernah melaksanakan puasa dalam sebulan yang lebih banyak dibandingkan bulan Sya’ban. Sesungguhnya Rasulullah saw berpuasa penuh di bulan Sya’ban. Beliau bersabda: “Lakukan amalan sesuai dengan segala kemampuan kalian, karena Allah tidak akan bosan (memberi pahala), hingga kalian sendiri yang merasa bosan (mengerjakannya)”.Dan shalat yang paling dicintai Nabi adalah shalat yang dikerjakan secara istiqamah meskipun sedikit. Dan bila Beliau sudah biasa melaksanakan shalat (sunnah), maka beliau akan menjaga kesinambungannya. (HR. Bukhari)
Kebiasaan Puasa Rasulullah ﷺ di Bulan Sya’ban
Dalam hadits tersebut di atas, Sayyidah Aisyah radhiyallahu ‘anha menjelaskan bahwa Rasulullah ﷺ tidak berpuasa pada bulan lain sebanyak yang beliau lakukan di bulan Sya’ban. Bahkan, beliau berpuasa hampir seluruh bulan Sya’ban. Hal ini menunjukkan keutamaan bulan Sya’ban sebagai waktu untuk meningkatkan ibadah puasa sebelum memasuki bulan Ramadan.
Dalam Riwayat hadits di atas, Rasulullah ﷺ mengingatkan agar kita menjaga prinsip konsistensi (istiaqamah) dalam beribadah dan kebaikan. Sebagaimana tercermin dalam sabdanya
خُذُوا مِنْ الْعَمَلِ مَا تُطِيقُونَ فَإِنَّ اللَّهَ لَا يَمَلُّ حَتَّى تَمَلُّوا
Lakukan amalan sesuai dengan segala kemampuan kalian, karena Allah tidak akan bosan (memberi pahala), hingga kalian sendiri yang merasa bosan (mengerjakannya).
Ini menunjukkan pentingnya memilih amalan ibadah yang dapat dilakukan secara konsisten dan berkesinambungan, meskipun sedikit. Rasulullah ﷺ menekankan bahwa Allah mencintai amal yang dilakukan secara terus-menerus, bahkan meskipun amalan itu kecil atau sederhana.
Dengan demikian, ibadah tidak hanya dilihat dari kuantitasnya, tetapi juga dari kualitas dan konsistensinya. Di samping itu kita jangan memaksakan diri dengan ibadah yang berat hingga akhirnya ditinggalkan sama sekali.
Bulan Sya’ban Sering Diabaikan oleh Banyak Orang
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Usamah bin Zaid, Rasulullah ﷺ bersabda:
يَا رَسُولَ اللَّهِ لَمْ أَرَكَ تَصُومُ شَهْرًا مِنْ الشُّهُورِ مَا تَصُومُ مِنْ شَعْبَانَ قَالَ ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ
Dari Usamah bin Zaid radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata: Aku berkata, “Wahai Rasulullah, aku tidak pernah melihatmu banyak berpuasa di bulan-bulan lain sebagaimana engkau berpuasa di bulan Sya’ban.” Rasulullah ﷺ bersabda: “Itu adalah bulan yang dilalaikan oleh banyak orang, berada di antara Rajab dan Ramadan. Bulan tersebut adalah bulan diangkatnya amal-amal kepada Tuhan semesta alam, dan aku ingin amalanku diangkat dalam keadaan aku sedang berpuasa.” (HR. An-Nasa’i)
Rasulullah ﷺ menyebutkan bahwa bulan Sya’ban adalah bulan yang sering dilupakan oleh manusia karena letaknya di antara dua bulan yang istimewa: bulan Rajab (bulan haram) dan bulan Ramadhan (bulan puasa wajib). Hadits ini menunjukkan keutamaan berpuasa di bulan Sya’ban agar amalan yang diangkat kepada Allah berada dalam kondisi yang terbaik.
Bulan Diangkatnya Amal kepada Allah
Rasulullah ﷺ juga menyebutkan bahwa bulan Sya’ban adalah waktu di mana amal-amal manusia selama satu tahun diangkat dan dipersembahkan kepada Allah. Beliau menyatakan, “Aku ingin amalanku diangkat dalam keadaan aku sedang berpuasa.
Amal manusia diangkat dan dilaporkan kepada Allah dalam beberapa waktu, di antaranya: Pertama : Setiap hari, saat waktu subuh dan asar. (HR. Bukhari dan Muslim). Kedua Setiap pekan, pada hari Senin dan Kamis. (HR. Tirmidzi) dan Setiap tahun, pada bulan Sya’ban, seperti dijelaskan dalam hadis ini.
Puasa adalah salah satu amal yang sangat utama karena sifatnya yang penuh keikhlasan. Rasulullah ﷺ ingin amalnya diangkat kepada Allah dalam keadaan beliau sedang beribadah dengan ikhlas melalui puasa.
Ikhtishar
Bulan Sya’ban memiliki nilai spiritual yang tinggi dalam Islam. Berpuasa di bulan ini merupakan sunnah yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah ﷺ sebagai bentuk persiapan menghadapi Ramadhan sekaligus sebagai momen untuk meningkatkan amal kebaikan. Memperbanyak ibadah seperti puasa, dzikir, dan doa di bulan ini menjadi sarana untuk mendapatkan ridha Allah.
Sebagai umat Islam, kita dianjurkan untuk mengikuti teladan Rasulullah ﷺ dalam menghidupkan bulan Sya’ban dengan memperbanyak ibadah, doa, dan kebaikan. Semoga kita dapat memanfaatkan bulan Sya’ban untuk memperbaiki diri dan mempersiapkan diri secara maksimal menuju Ramadhan yang penuh berkah. Wallahu a’lam bis-shawab.
*) Waka Kurikulum MTs. Miftahul Ulum 2 Bakid