Oleh : Abdul Halim *)
Dalam literatur Islam klasik disebutkan “Bapak (الاب) itu ada dua. Ada bapak sebab hubungan nasab dan ada bapak sebab hubungan ilmu, yakni orang yang mengajari kita ilmu. Bapak sebab ilmu (guru) lebih utama daripada bapak kandung. Karena bapak sebab nasab adalah wasilah kita keluar dari dunia dan bapak ilmu adalah yang mengeluarkan kita dari gelapnya alamkebodohan”.
Ada pula Sebuah mahfuzhat yang berbunyi:
الطريقة أهم من المادة، والأستاذ أهم من الطريقة، وروح الأستاذ أهم من الأستاذ.
“Metode pembelajaran lebih penting dari materi pelajaran, guru lebih penting dari metode pembelajaran, dan berjiwa guru lebih penting dari guru itu sendiri”.
Hal semacam ini memang benar, namun seharusnya tidak malah menjadi kepongahan ataupun keangkuhan bagi seorang guru. Melainkan sebuah refleksi dan sebuah penyadaran diri bahwa guru memiliki amanah dan tanggung jawab yang amat berat.
Maka sudah semestinya Hari Guru Nasional yang selalu diperingati tiap tahun pada tanggal 25 November ini menjadi sebuah refleksi dan peringatan tahunan atas amanah dan tanggung jawab yang amat berat tersebut.
Baca juga :
BERFILOSOFI DALAM PENDIDIKAN (MEMPERINGATI HARI FILSAFAT SEDUNIA 2021)
Selalu penulis ingat dawuh Ust. H. Ali Husnan, seorang guru sepuh yang dijadikan panutan oleh santri di tempat penulis menimba ilmu. Beliau dawuh: “Menjadi seorang guru itu harus memiliki kesadaran tanggung jawab atas amanah yang agung. Sebab bila kita melupakan tanggung jawab, kita akan merasa bangga.”.
Dawuh beliau sangatlah besar faedahnya jika kita mau sedikit saja merenungi. Bahwa seorang guru, sehebat apapun mereka di mata muridnya, tetap tidak boleh merasa bangga supaya bisa menjadi guru yang bertanggung jawab. Sebab guru yang bangga akan lupa tanggung jawab dan guru yang tanggung jawab akan lupa untuk merasa bangga.
Dari sebuah tanggung jawab atas amanah yang agung ini, seorang guru – terlebih guru pesantren – memikul dua amanah penting. Yakni, menyampaikan ilmu dan mendidik etika serta moral. Perihal menyampaikan ilmu, penulis teringat dawuh guru penulis yang sekarang sedang mengabdikan diri sebagai kepala MTs Miftahul Ulum 2 Banyuputih Kidul
“Seorang guru yang baik adalah guru yang tidak pernah berhenti belajar. Jika guru berhenti belajar, maka berhentilah mengajar“.
Guru yang senantiasa belajar akan lebih mudah untuk menyampaikan materi yang diajarkannya, sehingga murid-muridnya bisa menangkap materi secara jelas, gamblang dan mudah. Guru pembelajar tidak akan hanya mengajar dan tranfer ilmu ansich, tetapi senantiasan berdoa semoga murid-muridnya akan menjadi pribadi yang bermanfaat saat sudah terjun berbaur dengan masyarakat kelak.
Apabila dalam sebuah literatur klasik pesantren disebutkan bapak ilmu lebih mulia dari bapak nasab, maka seharusnya bapak ilmu memiliki sebuah dorongan untuk memberikan perhatian atas muridnya dalam menyampaikan ilmu dan mendidik moral etikanya.
Dengan demikian maka akan benar-benar tercipta sebuah lingkungan sekolah yang menjadi sebuah lingkungan keluarga kedua. Hal seperti ini akan menciptakan sebuah mindset yang jernih untuk guru, sehingga guru tidak lagi menganggap bahwa sekolah adalah sebuah ladang penghasilan, melainkan sebuah tempat yang benar-benar menjadi sebuah lembaga pendidikan.
Mengatur mindset semacam ini menjadi penting karena hal itu akan berdampak pada kejadian lapangan. Tentang bagaimana pengayoman yang diberikan walaupun gaji sama sekali tidak membuat kebutuhan rumah tangga menjadi ringan.
Sehingga betul-betul terciptalah seorang guru yang layak dibangga-banggakan dan dielu-elukan sebagai Pahlawan Tanpa Tanda Jasa. Sebagai seorang yang diperjuangkan oleh guru-guru masa perjuangan yang semangatnya terhimpun dalam organisasi Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). Organisasi tersebut terbentuk pada tanggal 25 November 1945 M. paska proklamasi yang kemudian oleh pemerintah dijadikan sebagai peringatan Hari Guru Nasional berdasarkan keputusan presiden no. 78 pada tahun 1994.
Akhiran, penulis hanya bisa mengucap jazakumullah khaira teruntuk seluruh guru-guru yang telah membimbing penulis yang bodoh dan nakal ini dengan amat sabar dan tulus. Kalianlah pahlawan bagi hati kami.
*) Pembina Eskul Literasi MTs. Miftahul Ulum 2 Bakid