Oleh : Abdul Rozaq, S.Sos *)
Setiap orang memiliki harapan yang positif baik untuk dirinya sendiri, keluarga atau orang terdekatnya. Saat ini pondok pesantren merupakan tempat yang dianggap paling aman oleh banyak orang, baik itu untuk mendapat ilmu, belajar kemandirian, melatih sosial yang baik dan lain sebagainya. Tidak heran jika banyak orang tua yang menempatkan anaknya di pondok pesantren karena di pesantren tidak akan terkontaminasi hal negatif dari luar. Berbagai hal positif yang dijalani santri mulai dari mengaji, membiasakan tirakat, maupun belajar mandiri, tujuannya tidak lain agar menjadi anak yang sholeh, berpendidikan, serta berbudaya.
Umumnya santri mengalami titik jenuh, hal ini manusiawi terjadi yang pasti muncul seiring dengan kondisi lingkungan. Begitu banyak tugas dan materi yang harus dipelajari dan status sebagai seorang santri yang harus menetap di asrama seringkali menjenuhkan. Stagnasi psikis dalam hal ini kejenuhan akan mengakibatkan stress pada seseorang yang berdampak proses belajar. Gejala yang timbul, diantaranya: mudah marah dan sering melamun; lebih mudah sakit (pusing, maag dll); sulit berkonsetrasi; dan cenderung melanggar aturan.
Ada beberapa solusi untuk masalah yang demikian itu, salahsatunya adalah dengan berdzikir. Relaksasi merupakan bagian dari teori behavior (perilaku) yang menggunakan pernapasan sebagai medianya. Sedangkan dzikir merupakan kegiatan spiritual dalam agama dengan mengucapkan kalimat yang baik seperti tahmid, tasbih, toyyibah dll. Maka jika digabungkan relaksasi dzikir merupakan terapi dengan menggunakan pernapasan yang setiap keluar masuknya nafas tidak lain adalah mengucapkan kalimat dzikir – bernilai spiritual – merupakan salahsatu amalan yang baik. Teknik ini memaksakan individual untuk berkonsetrasi kepada ketegangan emosional yang dirasakan dan kemudian melatihnya untuk dapat berada di kondisi tenang.

Pemilihan kalimat haruslah yang baik karena seiring dengan jalannya terapi perasaan khidmat akan muncul dan tanpa disadari kalimat yang diucapkan mulai tertanam di alam bawah sadar. Teknik ini juga disebut self hypnosis, yaitu menanamkan hal-hal baik yang dibutuhkan diri sendiri.
Relaksasi dzikir juga bisa menumbuhkan sikap sosial yang baik terhadap sesama manusia. Seperti yang jamak kita ketahui bahwa sikap manusia tidaklah menentu, terkadang bisa bersikap baik dan buruk, semua hal ini tergantung dengan kondisi emosional dan lingkungan di mana mereka berada. Kegiatan santri yang berasa seperti relaksasi dzikir adalah ketika malam jumatan atau pembacaan sholawat bersama-sama. Lantunan sholawat dengam irama yang merdu dan dapat dipandu dengan musikalisasi, seolah-olah hanyut dalam perasaan hilanganya semua beban. Kegiatan semacam ini menunjukkan bahwa relaksasi dzikir sangat berpengaruh terhadap emosional seseorang.
Jadi dapat disimpulkan kegiatan relasasi dzikir sangat dibutuhkan oleh santri sebagai bagain dari manajemen emosi. Amaliyah dzikir ini juga sudah menjadi nafas dari kehidupan Nahdliyyin seperti yang diajarkan oleh para kyai di pesantren-pesantren Nahdlatul Ulama. Selain untuk kebaikan diri kita sendiri, relasasi dzikir mampu untuk meredam setiap emosi yang di era keterbukaan informasi ini seolah sulit untuk dilakukan. Semoga kita semua mampu istiqomah menjalani relaksasi dzikir ini sesuai tuntunan para kyai.
*) Guru BK MTs. Miftahul Ulum 2 Banyuputih Kidul