Oleh : Abdul Halim *)
Sebagaimana maklum, umat islam dianugerahi dua hari raya. Hari raya Idul Adha yang sekarang kita rayakan ini, bertanggal 10 bulan Dzulhijjah. Dan hari Idul Fitri yang jatuh pada tanggal 1 bulan Syawal. Kedua hari raya itu, pertama kali Nabi laksanakan pada tahun kedua setelah hijrahnya Nabi Muhammad saw dari Makkah ke Madinah.
Dua tahun terakhir, kita merayakan hari raya dalam keadaan masih pandemi. Suasana yang sama-sekali berbeda dari biasanya. Tidak ada jumpa keluarga. Dan bagi santri, tidak ada pulang ke rumah untuk sekadar melepas dahaga rindu kebersamaan dengan keluarga.
Meskipun begitu, hari raya tetaplah hari raya yang seyogyanya diisi dengan perasaan penuh bahagia. Tidak semestinya bersedih hati di hari raya toh walaupun pandemi masih melanda. Bukankah akan tidak etis jika sedang merayakan kemerdekaan Indonesia semisal, tapi hati kita malah sedih meratapi duka.
Adapun ekspresi bahagia untuk hari raya itu caranya bisa berbeda-beda. Ada yang lebih condong mengekspresikan kebahagiaan dengan ibadah. Ada pula yang mengekspresikannya dengan menyenangkan hati fakir miskin. Dan ada pula yang mengekspresikannya dengan silaturrahmi kepada keluarga. Dan lain-lainnya.
Namun yang terpenting, menurut hemat penulis, hari raya di masa pandemi itu tidak boleh lepas dari dua hal. Yaitu اظهار السرور (menampakkan perasaan bahagia) dan ادخال السرور (memberikan perasaan bahagia kepada orang lain).
Kedua hal tersebut penulis simpulkan dari kisah kelompok seniman Habasyah yang diberi toleransi oleh Nabi untuk menampilkan seni tari-musik pada hari Raya ‘Id di masjid Nabawi. Selain itu Nabi juga memanggil Aisyah ra. untuk menyaksikan pertunjukan itu, kepala Aisyah diletakkan di pundak Nabi sehingga Aisyah dapat menyaksikan pertunjukan tersebut.
Sikap toleransi Nabi atas sebuah pertunjukan seni-musik yang dilakukan seniman Habasyah adalah sebuah bentuk implementasi perasaan bahagia Nabi (اظهار السرور) terhadap hari raya. Sedangkan wujud memberikan perasaan bahagia kepada orang lain (ادخال السرور) dapat kita tangkap dari redaksi bahwa Nabi juga memanggil Aisyah untuk turut menyaksikan pertunjukan seniman Habasyah.
Dari kisah tersebut kita juga bisa melihat sebuah teladan mulia, yaitu mengekspreikan kebahagiaan dengan memberi kebahagiaan kepada orang lain. Sebagaimana dalam kisah tersebut Nabi mengekspresikan kebahagiaannya dengan menoleransi kaum Habasyah melaksakan pertunjukan di Masjid Nabawi sehingga mereka semua dipenuhi rasa bahagia.
Maka sangatlah baik bila hari raya di masa pandemi ini kita isi dengan perasaan penuh syukur dan bahagia bahagia serta menebarkannya di hati orang lain. Nabi bersabda:
إِنَّ اَحَبَّ الْاَعْمَالِ اِلَى اللهِ بَعْدَ الْفَرَائِضِ إِدْخَالُ السُّرُوْرِ عَلَى المسلم.
Sesungguhnya amal yang paling disukai Allah swt setelah melaksanakan perkara wajib adalah memberikan kebahagiaan untuk orang Islam lain.
Hal itu bisa kita lakukan dalam berbagai cara, baik dengan kurban lalu membagi-bagikan dagingnya ke suluruh fakir miskin, ataupun hanya dengan menebar senyuman kepada sesama. Supaya semakin nyata bahwa islam memang benar-benar rahmat untuk semesta.
*) Staf TU dan Pembina Eskul Literasi MTs. Miftahul Ulum 2 Bakid