Buku Sebagai Jendela Dunia (Memperingati Hari Buku dan Hari Hak Cipta Se-Dunia 2021)

Oleh: Aris Purnomo, S.Pd *)

Ungkapan lama menyebutkan bahwa buku adalah jendela dunia. Buku dapat menjadi jembatan antara masa lampau dan masa depan, serta media untuk memahami budaya maupun peradaban bangsa lain juga generasi sebelumnya. Kegiatan membaca buku sendiri memang sudah dikenal sebagai salah satu kegiatan yang positif karena selain dapat memperkuat kemampuan otak juga dapat meningkatkan empati, mengurangi depresi dan melepas stress, karena dengan membaca seseorang dapat menciptakan dunianya sendiri atau bahkan seorang penulis dapat hidup abadi melalui karya penerbitan bukunya tersebut.

Masyarakat kini lebih menghargai dunia literasi terutama buku, hal itu kemudian diungkapkan dalam bentuk perayaan yang disebut Hari Buku Sedunia (World Book Day). Usulan diadakannya Hari Buku Sedunia pertama kali terjadi di tahun 1995 saat kongres United Nations Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO) di Paris oleh seorang panelis bernama Valencia Vicente Clavel Andres. Dia menyebut dalam rangka mengenang hari kematian Miguel de Cervantes yang wafat di tanggal 23 April, Cervantes merupakan seorang novelis dan penyair asal Spanyol yang terkenal dengan karyanya Don Quixote. Juga panelis lainnya menambahkan penghormatan atas kematian William Shakespeare dan David Halberstam yang wafat di tanggal yang sama, keduanya adalah penulis legendaris yang kala itu Eropa masih mengalami jaman kegelapan (yaitu akal pikiran ditanggalkan karena dogma keagamaan yang semu). Lalu para panelis yang berasal dari Timur Tengah dan Asia pun turut mengusulkan diadakannya Hari Buku Sedunia karena Asia dan Timur Tengah lebih kaya dalam hal literatur buku dan penulis hebat yang turut andil menciptakan peradaban gemilang di masa lampau dibandingkan dengan Eropa, maka panelis yang berasal dari Timur Tengah dan Asia pun menyetujui tanggal 23 April semata-mata untuk penghargaan kepada setiap penulis buku yang kemudian disahkan oleh UNESCO di kongres tersebut sebagai Hari Buku Sedunia dan Hari Hak Cipta Dunia.

UNESCO mengharapkan dengan adanya Hari Buku Sedunia dan Hari Hak Cipta Sedunia dapat menjadi kesempatan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya budaya literasi, yaitu membaca sekaligus menulis, mengajarkan anak-anak untuk gemar membaca, dan mencintai sastra serta memiliki kecakapan dalam berempati untuk hidup dengan damai bersama masyarakat dunia yang santun dan berbudaya.

Hal unik di setiap perayaan Hari Buku Sedunia dan Hari Hak Cipta Sedunia ini yaitu sejak tahun 2011 UNESCO bersama beberapa organisasi internasional yang mewakili tiga sektor industri perbukuan, penerbit, penjual buku dan perpustakaan secara khusus akan memilih sebuah kota yang ditunjuk sebagai Ibu Kota Buku Dunia (World Book Capital). Tahun ini, Audrey Azoulay, Direktur Jenderal UNESCO telah menunjuk Tbilisi di negara Georgia sebagai World Book Capital atas rekomendasi World Book Capital Advisor Committee. Selama setahun kedepan sampai 23 April 2022, Tbilisi akan bertugas untuk mempromosikan buku serta minat membaca dan menjadwalkan perayaan buku ataupun yang berkaitan dengan budaya literasi.

Di MTs. Miftahul Ulum 2 Bakid pun sudah menggalakkan budaya literasi melalui membaca untuk siswa-siswi, kepala madrasah berinisiatif meluncurkan program 1MB (satu minggu; satu buku) pada Bulan November 2020 lalu. Kepala madrasah meyakini bahwa membaca adalah salah satu upaya cerdas untuk mengakses dan memahami suatu ilmu pengetahuan yang merupakan bagian dari kegiatan literasi.

Selamat merayakan Hari Buku Sedunia dan Hari Hak Cipta Sedunia, marilah membudayakan gemar membaca agar menjadi masyarakat santun dan beradab serta berbudaya secara intelektual.

*) Guru Bahasa Indonesia MTs. Miftahul Ulum 2 Bakid

Leave a Reply