logo_mts192
0%
Loading ...

Belajar Menjadi Guru Kepada Rasulullah saw – Refleksi Hari Guru Nasional 2025

Share the Post:
Belajar Menjadi Guru Kepada Rasulullah saw - Refleksi Hari Guru Nasional 2025

Oleh : Husen, S.Pd.I *)

Guru memegang peran sentral dalam menentukan kualitas pendidikan. Sebagai ujung tombak pembelajaran, guru tidak hanya bertugas mentransfer ilmu pengetahuan, tetapi juga membentuk karakter, nilai, dan keterampilan peserta didik. Dalam konteks ini, kompetensi guru menjadi faktor kunci yang memengaruhi keberhasilan proses belajar-mengajar.

Rasulullah SAW merupakan figur paripurna yang layak dijadikan teladan oleh setiap pendidik. Sebagai seorang guru, pemimpin, dan pembimbing umat, beliau mencontohkan metode pendidikan yang holistik, penuh kasih sayang, dan relevan sepanjang zaman.

Di antara banyak teladan Rasulullah ﷺ dalam mendidik manusia, terdapat sebuah kisah yang lembut namun sarat makna, yaitu peristiwa bersama seorang sahabat dari pedalaman bernama Zāhir bin Ḥarām. Kisah ini menggambarkan bagaimana Rasulullah ﷺ membangun hubungan, menguatkan harga diri, dan mendidik dengan cinta. Nilai-nilai tersebut sejatinya menjadi kompas bagi setiap pendidik, terutama guru yang mengemban tugas besar membentuk karakter generasi masa depan.

أنَّ رجُلًا مِن أهلِ الباديةِ يُقالُ له: زاهرُ بنُ حرامٍ كان يُهدي إلى النَّبيِّ صلّى اللهُ عليه وسلَّم الهديَّةَ فيُجهِّزُه رسولُ اللهِ صلّى اللهُ عليه وسلَّم إذا أراد أنْ يخرُجَ فقال رسولُ اللهِ صلّى اللهُ عليه وسلَّم: (إنَّ زاهرًا بادِينا ونحنُ حاضِروه) قال: فأتاه النَّبيُّ صلّى اللهُ عليه وسلَّم وهو يبيعُ متاعَه فاحتضَنه مِن خلْفِه والرَّجُلُ لا يُبصِرُه فقال: أرسِلْني، مَن هذا؟ فالتفَت إليه فلمّا عرَف أنَّه النَّبيُّ صلّى اللهُ عليه وسلَّم جعَل يُلزِقُ ظهرَه بصدرِه فقال رسولُ اللهِ صلّى اللهُ عليه وسلَّم: (مَن يشتري هذا العبدَ)؟ فقال زاهرٌ: تجِدُني يا رسولَ اللهِ كاسدًا قال: (لكنَّك عندَ اللهِ لَسْتَ بكاسدٍ) أو قال صلّى اللهُ عليه وسلَّم: (بل أنتَ عندَ اللهِ غالٍ) – (رواه اين حيان)

Bahwa ada seorang laki-laki dari penduduk pedalaman (Arab Badui) yang bernama Zahir bin Haram. Ia biasa menghadiahkan sesuatu kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan Nabi pun menyiapkan keperluannya jika ia hendak bepergian. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Zahir adalah orang kampung kita, dan kita adalah penduduk kota baginya.”

Suatu ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam datang kepadanya saat ia sedang menjual barang dagangannya, lalu Nabi memeluknya dari belakang sementara Zahir tidak mengetahui siapa yang memeluknya. Maka ia berkata, “Lepaskan aku, siapa ini?” Lalu ia menoleh, dan ketika mengetahui bahwa yang memeluknya adalah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia pun menempelkan punggungnya ke dada Nabi (karena rasa cinta dan hormatnya).

Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang mau membeli budak ini?” Zahir berkata, “Wahai Rasulullah, engkau akan mendapati aku sebagai barang yang tidak laku.” Rasulullah menjawab, “Akan tetapi di sisi Allah, engkau tidaklah hina,” atau beliau bersabda, “Bahkan engkau di sisi Allah sangat berharga.

Hadis tentang Zāhir bin Ḥarām bukan hanya kisah tentang kasih sayang Rasulullah kepada sahabatnya. Lebih dari itu, ia adalah cermin bagi setiap pendidik untuk menyadari bahwa pendidikan sejati lahir dari cinta, perhatian, dan penghargaan.

Dari hadits tentang Zahir bin Haram ini, kita dapat mengambil pelajaran bahwa guru tidak hanya memberikan informasi kepada siswa. Lebih dari itum seorang guru harus memiliki sejumlah kompetensi yang penting dalam mendidik dan membimbing siswa, sehingga dapat melahirkan siswa-siswi yang memiliki karakter yang baik dan memiliki kepribadian yang mulia.

Dari kisah di atas, guru yang baik dan professional adalah guru yang memiliki beberapa kompetensi sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah saw :

  1. Kompetensi Sosial
    Seorang guru dituntut agar bisa membangun hubungan yang hangat dan inklusif dengan peserta didiknya. Dalam kisah di atas tampat sangat jelas, Rasulullah memperlakukan Zahir dengan penuh kasih dan keakraban, meskipun Zahir berasal dari wilayah pedalaman. Seorang guru harus mampu menjalin dan membangun relasi sosial yang baik dengan semua peserta didik tanpa membedakan latar belakang mereka baik dari aspek sosial, ekonomi, budaya dan suku. Guru harus memperlakukan semua peserta didiknya dengan adil dan egaliter.
  2. Kompetensi Kepribadian
    Guru harus memiliki sifat rendah hati dan tidak membeda-bedakan. Rasulullah menunjukkan keteladanan dengan sikap rendah hati dan penuh kasih sayang. .Rasulullah tidak membedakan antara sahabat yang berasal dari kota atau desa. Semua diperlakukan dengan penuh kasih sayang dan penghargaan. Oleh karena itu, guru juga harus menjadi teladan akhlak dan karakter baik bagi peserta didik.
  3. Kompetensi Pedagogik
    Memahami karakter dan potensi peserta didik. Rasulullah memahami kondisi Zahir yang merasa tidak berharga, lalu memotivasi dan mengangkat martabatnya dengan kata-kata penuh makna. Guru harus mampu mengenali keunikan setiap siswa dan membangun rasa percaya diri mereka.
  4. Kompetensi Emosional
    Mampu mengelola dan mengekspresikan kasih sayang secara positif. Pelukan Nabi dan candaannya menunjukkan kecerdasan emosional. Guru perlu menunjukkan empati dan kasih sayang agar tercipta iklim pembelajaran yang nyaman dan aman secara psikologis.
  5. Kompetensi Komunikasi
    Menggunakan komunikasi yang menguatkan dan membangun semangat. Rasulullah memotivasi Zahir dengan mengatakan bahwa ia sangat berharga di sisi Allah. Guru harus mahir menggunakan bahasa yang positif dan membangun semangat siswa, terutama saat mereka merasa rendah diri.

Dengan meneladani Rasulullah dalam hadits ini, guru dapat menjadi pendidik yang tidak hanya menyampaikan ilmu, tapi juga membentuk karakter dan jiwa peserta didik secara menyeluruh.

Dengan cinta, guru menanamkan pengetahuan tanpa paksaan, membimbing tanpa menghakimi, serta menguatkan tanpa melemahkan. Seperti bumi yang subur menyambut benih, guru menyambut murid apa adanya dan membantu mereka tumbuh menjadi pribadi yang membawa kebaikan.

Di Hari Guru Nasional ini, kita belajar bahwa cinta adalah energi yang menjadikan pendidikan kehidupan—dan guru adalah penjaga cintanya. Semoga setiap guru terus merawat semesta melalui hati yang tulus dan sentuhan kasih yang tidak pernah padam.

*) Plt Kepala MTs Miftahul Ulum 2 Bakid

Join Our Newsletter