Oleh : Fathur Rahman, S.Pd.I., M.Pd *)
Cinta kepada Allah dan Rasul-Nya merupakan suatu kewajiban bagi setiap individu (fardlu ‘ain) atas setiap orang. Dalam surat Al Baqarah ayat 165 Allah SWT berfirman:
والذين امنوا اشد حبا لله
Artinya: Dan orang-orang yang beriman itu sangat besar cintanya kepada Allah
Dan surat Ali Imran ayat 31:
قل ان كنتم تحبون الله فاتبعوني يحببكم الله ويغفر لكم ذنوبكم
Artinya: Katakanlah: Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.
Dan Rasulullah SAW bersabda:
لا يؤمن أحدكم حتى يكون الله ورسوله أحب إليه من أهله وماله والناس أجمعين
Artinya: Tidaklah (sempurna) iman seseorang di antara kalian hingga Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada keluarganya, hartanya dan seluruh manusia. (Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam Shahihnya).
Cinta adalah kecenderungan tabiat kepada sesuatu yang lezat (menyenangkan) di sisi orang yang mencintai. Jika kecenderungan itu menguat dan menjadi kuat, ia disebut Shababah, karena hati tidak akan tertimpa olehnya secara keseluruhan. Jika ia lebih kuat dari itu, ia disebut Gharam (cinta yang mengikat), karena ia senantiasa menyertai hati seperti halnya orang yang berhutang senantiasa menyertai orang yang dihutanginya. Jika ia bertambah kuat, ia disebut ‘isyq (cinta yang meluap-luap), dan itu adalah cinta yang berlebihan.
Jika ia lebih kuat lagi, ia disebut Syaghaaf, karena ia sampai ke syaghaaf (selaput) hati dari dalam. Jika ia lebih kuat lagi, ia disebut Tatayyuman atau Ta’abbudan, yang artinya adalah penghambaan. karena orang yang mencintai menjadi hamba bagi yang dicintainya, sehingga ia menjadi seorang Mutayyam (yang diperbudak cinta), yang diperintah dan dihinakan, tidak memiliki keputusan untuk dirinya sendiri, dan tidak dapat membedakan mana yang bermanfaat dan mana yang mudharat.
Tidak akan tercapai hakikat cinta kepada Tuhannya kecuali setelah hati selamat dari kekeruhan hawa nafsu. Jika cinta kepada Allah telah menetap di dalam hati, maka keluarlah dari dalamnya cinta kepada selain-Nya, Karena Cinta adalah sifat yang membakar segala sesuatu yang bukan dari jenisnya.
Dan tanda cinta adalah terputusnya dari segala kesenangan dunia dan akhirat. Yahya bin Mu’adz berkata: “Sabarnya para pecinta itu lebih berat atau lebih kuat daripada sabarnya para zahid (ahli zuhud).” Aku heran, bagaimana bisa seseorang mengaku cinta kepada Allah namun tidak menjauhi syahwat? Barangsiapa yang mengaku cinta kepada Allah tanpa menjauhi syahwat, maka ia adalah seorang pendusta.”
Sebagai catatan akhir, kita sebagai ummat islam sudah pada level manakah cinta yang kita miliki saat ini! semoga kita senantiasa mencintai dan dicintai Allah dan Rasul-Nya, Amin.
*) Guru MTs Miftahul Ulum 2 Bakid