logo_mts192
0%
Loading ...

Tangis Kerinduan di Bulan Maulid

Tangis Kerinduan di Bulan Maulid

Oleh : Muhammad Faisol Ali, SH *)

Pembacaan Maulid Nabi adalah salah satu tradisi yang kaya makna bagi umat Islam. Setiap tahun, tradisi ini dirayakan di berbagai belahan dunia untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Lebih dari sekadar perayaan, Maulid Nabi adalah momen yang mendalam, terutama bagi mereka yang benar-benar memahami dan meresapi esensi di baliknya. Salah satu pemandangan yang sering terlihat saat perayaan ini adalah air mata kerinduan yang mengalir, sebuah manifestasi dari cinta yang tak terhingga kepada Rasulullah SAW.

Suasana majelis maulid selalu menghadirkan getaran batin yang sulit digambarkan dengan kata-kata. Lantunan syair-syair indah yang memuji kemuliaan Rasulullah ﷺ, disertai irama pembacaan shalawat, seakan membawa hati setiap pendengar terbang menuju masa ketika beliau hidup bersama para sahabat. Di saat itu, hati seorang mukmin diliputi kerinduan yang dalam, kerinduan untuk bertemu, menatap wajah penuh cahaya, dan merasakan kelembutan kasih sayang Nabi Muhammad ﷺ.

Tidak jarang, tangis haru pecah dari para jamaah ketika nama beliau disebut. Air mata itu bukan sekadar luapan emosi, melainkan tanda cinta yang tulus dan kerinduan yang sejati. Seolah-olah hati berkata, “Wahai Rasulullah, betapa kami merindukanmu. Andai kami dapat hidup bersamamu, mendengar nasihatmu secara langsung, dan berjuang di jalanmu.”

Tangisan itu memiliki makna spiritual yang mendalam. Ia adalah bentuk kelembutan hati, sebagaimana Rasulullah ﷺ bersabda bahwa orang yang paling dekat dengan beliau di hari kiamat adalah mereka yang paling banyak bershalawat kepadanya.

-إنَّ أقرَبَكم منِّي محَلًّا يومَ القِيامةِ أكثَرُكم عليَّ صلاةً
الفتوحات الربانية لابن حجر العسقلاني

Dalam tangisan itulah seorang mukmin menemukan kekuatan batin, bahwa meski jasad Rasulullah ﷺ telah tiada, cintanya tetap hidup dalam setiap jiwa yang beriman.

Maulid Nabi bukan hanya sekadar peringatan sejarah kelahiran, tetapi juga momentum untuk menghidupkan cinta. Tangisan yang hadir saat pembacaan maulid menjadi bukti bahwa cinta kepada Nabi ﷺ tidak pernah lekang oleh zaman. Ia menembus batas waktu, menghubungkan hati kita dengan sosok agung yang menjadi rahmat bagi seluruh alam.

Pada akhirnya, kerinduan itu menuntun kita untuk tidak hanya berhenti pada tangisan, tetapi diwujudkan dalam ketaatan. Mengikuti sunnah beliau, meneladani akhlaknya, dan menebar kasih sayang sebagaimana beliau menebarkannya. Sebab, tangisan kerinduan hanya akan bermakna jika diiringi dengan usaha nyata untuk menjadi umat yang benar-benar mencintai Rasulullah ﷺ.

*) Bendahara MTs Miftahul Ulum 2 Bakid

Share the Post:

Join Our Newsletter