Karya: Madina Isma *)
Malam sudah semakin larut, tapi aku tetap asyik bermain game di ponsel genggamku. Semua orang di rumah sudah tertidur. Hanya aku yang masih terjaga, ditemani suara jangkrik yang terdengar nyaring di telingaku. Tapi aku sudah terbiasa.
Saat sedang asyik bermain, tiba-tiba aku mendapat pesan WhatsApp dari temanku, Abbas.
Abbas: “Halo, Nuu.”
Aku: “Iya, kenapa, Bass?”
Abbas: “Ikut aku poskamling ke dusun sebelah, yuk!”
Aku: “Ada jaminan nggak nih?” (aku menggoda)
Abbas: “Yaelah, lu Nu… iya, ntar gue kasih jaminan!”
Aku: “Bagus, jemput gue ya, Bass.”
Abbas: “Oke, gue jemput.”
Setelah obrolan selesai, aku bangkit dari ranjang, mengambil jaket di lemari, dan menuju ruang tamu untuk menunggu Abbas.
Ruang tamu gelap, dan aku sendirian di sana. Aku menunggu sambil main handphone. Tapi tiba-tiba, tanpa ada angin atau hujan, pintu rumah terbuka sendiri. Aku langsung merinding. Soalnya, tadi Ayah sudah mengunci pintu.
Spontan aku menoleh, dan kulihat Abbas masuk begitu saja tanpa mengetuk.
“Ngagetin aja lu, Bass!” ucapku sambil mengelus dada.
Tapi Abbas tidak berkata apa-apa. Dia langsung duduk di kursi seberang dengan wajah tenang.
“Gue ambil sandal dulu ya, lu tunggu sini,” kataku.
Aku pun pergi ke belakang rumah untuk mengambil sandal. Tapi waktu aku kembali ke ruang tamu…
Abbas sudah tidak ada.
“Lah, ke mana Abbas?” pikirku.
Aku segera membuka pintu rumah untuk melihat keluar. Tapi anehnya… pintu masih terkunci rapat.
“Tadi Abbas masuk gimana dong kalau pintu masih kekunci?” aku mulai panik.
Di luar juga tidak ada siapa-siapa. Aku pun kembali ke dalam rumah dan langsung menelepon Abbas.
Telepon tersambung.
“Halo? Kenapa gue ditinggal, Bass?” tanyaku.
“Apanya yang ditinggal, Nuu?” jawab Abbas bingung.
“Ya kamu! Padahal tadi udah duduk di sini, aku cuma ambil sandal sebentar.”
“Lah… gue masih di jalan ini,” kata Abbas.
“Hah?! Lu nge-prank gue ya?”
“Mana ada. Nih, gue lagi bareng Rudi. Ya, Rud?”
“Halo, iya Nu. Abbas emang masih bareng gue, kita masih di jalan.” jawab Rudi.
Aku langsung terdiam dan merinding.
Aku menatap sekitar. Hanya ada aku seorang diri di ruang tamu yang gelap.
“Tadi tuh ada orang masuk rumah… mukanya nggak jelas, tapi dari suaranya, aku kira kamu, Bass.”
“Ihh… serem banget, Nu.”
“Kalau gitu… siapa tadi yang masuk rumah?” tanyaku ketakutan.
“Ya mana gue tahu, Nu!”
Aku langsung mengakhiri panggilan. Celingak-celinguk… tetap sepi dan gelap.
Tanpa pikir panjang, aku lari ke kamar dan bersembunyi di balik selimut.
Aku membaca doa sebelum tidur, berharap ‘makhluk’ tadi tidak muncul di dalam mimpiku juga.
SELESAI
*) Siswi Kelas 8 MTs Miftahul Ulum 2 Banyuputih Kidul