Oleh : Muhammad Rouf, S.Pd *)
Sejak awal berdiri, organisasi Nahdlatul Ulama (NU) telah memiliki landasan gerakan ekonomi, gerakan keilmuan dan kebudayaan, gerakan politik, serta gerakan pendidikan. Hal tersebut menjadi pilar penting bagi NU, yaitu: Wawasan Ekonomi Kerakyatan; Wawasan keilmuan dan sosial budaya; Wawasan Kebangsaan. Sesuai dengan salah satu cita-cita Bangsa Indonesia, yakni mencerdaskan kehidupan bangsa.
Nahdlatul Ulama (NU) sebagai organisasi keagamaan dan kemasyarkatan, sangat memperhatikan pendidikan. Bahkan sejak awal NU berdiri pada 31 Januari 1926, terbukti dari banyaknya pondok pesantren yang berada dalam naungannya. Hal ini dalam rangka untuk mencerdaskan sumber daya manusia sebagai bentuk pembangunan pondok pesantren secara umum dan khususnya untuk Indonesia. Organisasi NU yang bersinergi langsung dengan pemerintah dalam hal menyelenggarakan pendidikan nasional memiliki kesempatan yang sangat luas untuk mengembangkan menejemen kependidikan dengan membagi tingkatan setiap elemen peserta didik sampai ke jenjang perguruan tinggi. Berkaitan dengan hal tersebut, NU mendirikan divisi yang khusus bergerak di bidang pendidikan, yaitu Lembaga Pendidikan Ma’ariF NU (LP MA’ARIF NU). Imam Suprayogo mengemukakan, “Lembaga Pendidikan di kalangan NU sangat banyak, baik dari segi jenis maupun jumlahnya. NU memiliki ribuan pondok pesantren, madrasah atau sekolah. Lembaga pendidikan tersebut mulai dari tingkatan taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi. Termasuk pendidikan pondok pesantren.”
Banyaknya lembaga pendidikan NU seperti pondok pesantren dan madrasah yang berdiri merupakan partisipasi masyarakat Nahdliyin untuk membantu menyediakan fasilitas pendidikan bagi peserta didik terutama dari kalangan kelas menengah ke bawah. Dari segi sosial, dengan banyaknya madrasah-madrasah yang berdiri di lingkungan pedesaan dapat membantu masyarakat mengakses pendidikan tanpa harus jauh-jauh ke kota. Salah satu usaha NU dalam menciptakan konsistensi sistematis bidang pendidikannya adalah menegaskan arah dan mengembangkan program pendidikan di lingkungan NU. Watak kemandirian dalam darah NU dapat diaplikasikan dalam salah satu sistem pendidikannya guna menghasilkan output yang mandiri dan iklas dalam perannya di masyarakat, tidak selalu bergantung pada individu lain atau keadaan – bahkan diharapkan mampu menjadi motor penggerak.

NU juga mengenalkan faham Ahlusunnah Wal Jama’ah, dengan mempelajari warisan ajaran aswaja, kebudayaan dan kesenian. Kontribusi NU juga tak berhenti di LP MA’ARIF NU saja dengan lembaga PADU, TK, madrasah, dan ondok pesantren saja, pengaruh pendidikan di llingkungan NU semakin terasa dengan berdirinya sekolah kejuruan (SMK MA’ARIF NU) pada tahun 1991 yang dapat menghasilkan output siap kerja di masyarakat. Langkah NU dalam hal penyaluran/pemindahan ilmu di lingkungan pesantren memiliki kekuatan tersendiri yang tidak dimiliki lembaga lain. Dengan kebiasaan, kekhasan dan kepribadian pesantren itu sendiri, pesantren dapat terus bertahan dalam keadaan masyarakat yang dinamis & plural.
Dengan bukti banyaknya lembaga pendidikan yang telah didirikan dan dibina oleh NU melalui LP MA’ARIF-nya, NU telah membina sekitar 12.092 mulai tingkat pondok pesantren, madrasah dan sekolah serta perguruan tinggi yang tersebar di seluruh wilayah nusantara. NU berkomitmen untuk lebih meningkatkan kualitas manajemen pengelolaan lembaga pendidikan dan sumber daya manusia tenaga pendidik dan kependidikan di LP MA’ARIF NU.
Usia ke-95 tahun Nahdlatul Ulama perlu lebih mengedepankan pendidikan untuk penguatan karakter kebangsaan. Diharapkan masyarakat turut pula mendukung NU dan ikut berperan aktif dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Nahdliyyin dengan segala pengetahuan dan kekuatan silaturahmi hari ini sangat dibutuhkan perannya sebagai garda terdepan kerukunan berbangsa, terlebih lagi untuk mengatasi Pandemi Covid-19 dengan memberikan sosialisasi pencegahan maupun hal lainnya.
*) Guru Bahasa Inggris MTs. Miftahul Ulum 2 Banyuputih Kidul