logo_mts192
0%
Loading ...

Kehilangan Sang Pembela

MTs Miftahul Ulum 2

Karya : Rahmadaini Firjatullah *)

JAKARTA, 05-12-2020 | 19:00

Seorang gadis yang baru pulang dari tempat les-nya itu langsung berlari menghampiri sang kakek yang tengah duduk dan menonton televisi.

“Assalamualaikum, Kakek… Reva udah pulang nih, hehe,” ucap gadis itu sambil memeluk kakeknya dari belakang.

REVALICA ZAHRA MAHESADIBTA, gadis berumur 11 tahun, masih duduk di kelas 5 SD Mawar 01 Jakarta. Ia berasal dari keluarga sederhana dan sangat harmonis.

“Wah, cucu kesayangan Kakek sudah pulang, ya?” ucap sang Kakek sambil tersenyum senang.

“Iya, Kakek sudah makan belum?” tanya Reva.

“Sudah kok. Kenapa memangnya, Reva?” jawab sang Kakek, namun Reva menyipitkan matanya, menatap kakeknya tidak percaya.

“Bohong. Ayo, Kakek, makan bareng Reva!” Gadis kecil itu langsung berlari ke dapur, mengambil dua piring, lalu menyiapkan nasi dan lauk sederhana. Ia kembali dengan langkah cepat dan hati yang senang.

“Nih, Kakek… ayo dimakan,” ajaknya sambil menyerahkan sepiring nasi.

Keduanya pun makan bersama, sambil tertawa dan berbincang ringan. Malam itu terasa hangat di tengah rumah sederhana mereka.

MINGGU, 06-12-2020 | 06:45

Pagi itu, Reva bangun lebih awal dari biasanya. Ia ingin membuatkan teh hangat untuk kakeknya yang selalu bangun lebih dulu. Namun, pagi itu terasa berbeda… terlalu sunyi.

“Kakek?” panggil Reva pelan sambil berjalan ke ruang tengah. Tak ada jawaban. Ia melongok ke kamar kakeknya.

Kakek terbaring di tempat tidur… dengan posisi yang tenang. Terlalu tenang.

“Kakek…? Bangun yuk… Reva buatin teh nih…”

Masih tak ada respons. Reva melangkah mendekat dan menyentuh tangan kakeknya yang mulai dingin. Matanya membelalak. Bibirnya mulai gemetar.

“Kakek…? Kakekkk!!!”

Tangisnya pecah.

SEPEKAN KEMUDIAN

Rumah itu kini terasa hampa. Tidak ada lagi suara batuk kecil sang kakek. Tidak ada lagi sahutan pelan dari kamar tengah. Reva masih sering berdiri di depan kamar itu… menunggu sesuatu yang ia tahu tak akan kembali.

“Kakek… Reva rindu… Reva kangen makan bareng Kakek… Reva belum sempat bilang terima kasih…”

Air mata mengalir lagi, tapi kini tak terbendung.

Sang pembela kecilnya… telah pergi selamanya.

Namun Reva tahu, kakeknya akan tetap hidup — dalam setiap kenangan dan doa.

*) Siswi MTs Miftahul Ulum 2 Bakid

Share the Post:

Join Our Newsletter