logo_mts192
0%
Loading ...

Impian yang Hampir Terkubur

Share the Post:
MTs Miftahul Ulum 2

Karya: Siti Khodijah Syarifah Wulan *)

“Aku dulu punya impian besar banget… Aku pengen jadi arsitek,”
suara Naya pelan, matanya berkaca-kaca.
“Tapi… aku kubur aja impian itu. Aku nyerah, Qis.”

Aqis terdiam sejenak, menatap sahabatnya yang terlihat begitu rapuh.

“Nay! Jangan ngomong gitu dong. Nggak ada yang nggak mungkin. Kamu pinter, tau! Siapa tahu nanti kamu bisa wujudin cita-cita itu, meski kuliahnya bukan jurusan arsitektur.”

“Aku… aku nggak yakin,” jawab Naya lirih.
Aqis menarik napas dalam. Ia tahu, kalimat motivasi saja tak cukup saat hati sedang terluka. Maka ia memilih diam.

Keheningan menyelimuti mereka sejenak, hingga akhirnya Aqis kembali membuka suara.

“Tapi Nay, tulisan kamu itu bagus banget. Puisi dan cerpen yang kamu buat selalu inspiratif. Kenapa nggak kamu kembangin aja dari situ?”

Naya terdiam, lalu menyeka air matanya. Ia mengangkat wajahnya, menatap Aqis dengan senyum yang perlahan mulai merekah.

“Aku mau coba!” katanya mantap.

“Nah! Gitu dong. Ini baru Naya yang aku kenal.”
Naya terkekeh. Ia sadar, akhir-akhir ini sifat periangnya menghilang, tergantikan dengan kemurungan dan rasa minder.

“Eh, by the way,” lanjut Aqis. “Kamu udah lihat belum? Di mading depan ruang pengurus?”

Naya menggeleng pelan.

“Itu loh Nay! Tentang pengumpulan karya puisi, cerpen, sama artikel. Nanti karya terbaik bakal dibukukan jadi antologi karya pesantren. Aku yakin kamu bisa! Mulai dari hal kecil dulu, siapa tahu nanti kamu jadi writer best seller!” seru Aqis bersemangat.

“Hahaha… bisa aja kamu, Qis. Tapi aminin aja dulu ya.”
“Amiinnn…!” sahut Aqis sambil tertawa.


Kini hari pengumuman itu tiba. Naya tidak berharap banyak. Ia terlalu minder—merasa dirinya belum layak disebut penulis, apalagi menang lomba.

“Naya! Huh… huh…” seseorang berlari menghampirinya.
“Kamu dipanggil Ustadzah Erna ke ruang pengurus. Cepetan ya!”

“Santai dulu, jangan lari gitu. Nanti jatuh, nangis lagi…” balas Naya sambil tersenyum geli.

“Kayaknya kamu deh yang menang. Karya puisimu keren banget, Nay!”

“Jangan langsung bilang gitu ah… nanti aku malah berharap lebih.”

Tapi entah kenapa… hari itu, Naya merasakan sesuatu yang berbeda dalam hatinya. Mungkin, inilah langkah awal untuk mewujudkan impian yang dulu hampir terkubur.

__________________

*) Alumni MTs Miftahul Ulum 2 Bakid

Join Our Newsletter