Oleh: M. Bakiruddin, S.H *)
Mungkin setiap manusia memiliki tata-cara bahagia tersendiri, bahagia dengan aset yang berjuta-juta merupakan fitrah manusia, bahagia dengan setiap pencapaian, bahagia dengan makanan yang serba lezat dan hidup nyaman, serta bahagai dengan pengetahuan yang menjadi ciri khas kemanusiaan.
Seluruh benda yang berada di muka bumi ini memiliki identitas tersendiri agar mudah untuk dikenal. Spesifik pembahasan kali ini adalah ciri khas manusia yang bertumpu pada pengetahuan.
Para pakar logikawan telah sepakat bahwasanya manusia memiliki dua esensi yang berupa kepekaan (Genus) dan berpikir menuju keingintahuan (Deferensia). Dari dua unsur tersebut manusia bisa berdiri menjadi manusia yang sebenarnya.
Oleh sebabnya di negeri ini ditemukan Hari Pendidikan Nasional, dengan hal tersebut rakyat diupayakan menjadi manusia terdidik, yang diajari oleh pendidik dan menjadi didikan. Prinsip belajar yang diajarkan Islam bukan hanya terbatas pada berakhirnya masa classical, tapi belajar dimulai sejak lahir hingga mati. Kenapa sedemikian, karena memang manusia memiliki dua hal yang harus dijaga dan dirawat. Tubuh dirawat dengan makanan pokok pangan, dan ruh disirami dan diberi kekuatan dengan keilmuan.
Seseorang pelopor sistem pendidikan Indonesia, yaitu Ki Hajar dewantara. Tiga prinsip beliau dalam mengembangkan pendidikan di negeri ini yaitu:
Ing Ngarsa Sung Tuladha (yang di depan memberikan contoh, menetapkan visi-misi, dan bertanggungjawab terhadap yang dinaunginya)
Ing Madya Mangun Karsa ( yang ditengah memberikan ide atau masukan berupa tenaga dan pikiran serta mampu berkolaborasi)
Tut wuri handayani (yang berada di belakang mendorong sekaligus menjalankan visi-misi yang telah ditetapkan)
Cara mendidik jika disederhanakan sangat sederhana yaitu, memberikan contoh yang baik, mengajak generasi penerus untuk berpikir-berusaha, dan orang tua selalu men-support anaknya untuk menjadi terdidik, sehingga tercapailah asa dan harapan memanusiakan manusia.
Kemustahilan jika menusia berkembang tanpa dasar ilmu pengetahuan, pula mustahil jika manusia bisa maju dengan pemahaman sempit dan sikap dungu. Yang perlu diingat adalah prinsip bahwa perbuatan yang berkesan pasti terlahir dari pengetahuan, mustahil perbuatan yang baik bersumber dari kebodohan.
Allah berfirman dalam Surah Ar-Rum ayat : 59:
كَذَٰلِكَ يَطْبَعُ ٱللَّهُ عَلَىٰ قُلُوبِ ٱلَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ Artinya : "Begitulah Allah mangunci mati hati orang-orang yang dungu".
Ayat ini diawali oleh kisah penolakan orang kafir yang selalu mengatakan bahwa Utusan Allah hanyalah orang-orang yang bisa berkata-kata tanpa adanya implementasi adanya keotentikan kebenaran Tuhan. Kemudian Allah menegaskan bahwa mereka adalah orang yang hatinya dikunci mati karena kedunguan.
Kesimpulan dalam artikel ini adalah “kejarlah pengetahuan untuk menemukan identitas kemanusian, dan bertindaklah sesuai dengan pengetahuan, jangan bertindak dengan cara menebak-nebak tanpa landasan ilmu”. Terakhir, jangan menjadi manusia hanya sebatas rupanya saja, tapi jadilah manusia yang benar benar manusia.
Selamat Hari Pendidikan Nasional 2022
*) Pembina Eskul MTs. Miftahul Ulum 2 Bakid