Oleh : Muhammad Hadi Hidayah Purnomo, S.Pd *)
Setiap tanggal 1 Oktober, bangsa Indonesia memperingati Hari Kesaktian Pancasila. Bagi sebagian orang, peringatan ini mungkin hanya dianggap ritual tahunan belaka. Namun sesungguhnya, momen ini menjadi refleksi penting: bagaimana kita memaknai Pancasila di tengah dinamika geopolitik global yang semakin kompleks.
Hari ini, dunia sedang berada dalam pusaran persaingan besar antarnegara. Perang dagang antara kekuatan ekonomi, perebutan sumber energi, hingga dominasi teknologi digital menjadi wajah baru konflik global. Tak jarang, politik identitas dan ideologi transnasional pun ikut merasuki negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
Dalam kondisi seperti ini, Pancasila hadir bukan sekadar simbol, melainkan kompas moral yang meneguhkan arah bangsa. Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa menjaga kita agar tidak larut dalam arus materialisme global. Prinsip Kemanusiaan mengingatkan bahwa politik luar negeri harus berpijak pada keadilan universal, bukan kepentingan sempit. Persatuan Indonesia menjadi benteng menghadapi ancaman disintegrasi yang kerap dimanfaatkan pihak luar. Sementara Kerakyatan dan Keadilan Sosial menuntun kita membangun demokrasi yang berkeadaban dan pembangunan yang merata.
Kesaktian Pancasila bukanlah sesuatu yang mistis, melainkan bukti nyata bahwa ideologi ini mampu bertahan dari berbagai ujian sejarah: kolonialisme, komunisme, hingga liberalisme yang berlebihan. Relevansinya tetap terjaga karena nilai-nilainya bersumber dari akar budaya bangsa sekaligus terbuka terhadap perkembangan zaman.
Namun, Pancasila hanya akan sakti jika diamalkan, bukan sekadar dihafalkan. Tantangan kita adalah bagaimana menghadirkan Pancasila dalam praktik nyata: dalam pendidikan yang menanamkan karakter, dalam politik yang bersih, dalam ekonomi yang berkeadilan, dan dalam kehidupan sehari-hari yang menjunjung toleransi.
Di era geopolitik global, Pancasila adalah jangkar yang menjaga agar kapal besar bernama Indonesia tidak karam dihantam gelombang kepentingan dunia. Jika bangsa ini setia pada Pancasila, maka tak ada kekuatan global mana pun yang mampu menggoyahkan kedaulatan kita.
*) Guru PKn MTs Miftahul Ulum 2