Oleh: Abdul Rozaq, S.Sos *)
Seringkali, ketika seorang murid menunjukkan perilaku yang dianggap “nakal” atau bermasalah, reaksi pertama kita mungkin adalah memberikan hukuman. Namun, pendekatan psikologis menawarkan cara yang lebih efektif dan membangun untuk membantu mereka. Pendekatan ini berfokus pada pemahaman akar masalah dan pengembangan diri anak.
Berikut adalah beberapa solusi psikologis yang bisa diterapkan di sekolah dan rumah untuk menyikapi murid yang berperilaku sulit, seperti yang disajikan dalam infografis:
1. Konseling Psikologis
Tujuan utama dari konseling adalah membantu anak memahami dirinya dan memberikan ruang aman.
Bantu Anak Pahami Emosi & Perilakunya: Anak perlu dibantu untuk mengenali dan memahami apa yang mereka rasakan (emosi) dan mengapa mereka bertindak seperti itu (perilaku). Ketika mereka bisa mengidentifikasi emosinya, mereka akan lebih mampu mengelolanya.
Beri Ruang Aman untuk Bercerita: Ciptakan lingkungan di mana anak merasa nyaman dan tidak takut dihakimi saat ingin berbagi masalah atau perasaannya. Ini penting agar mereka mau terbuka.
2. Keterlibatan Orang Tua & Sekolah
Pendidikan dan perbaikan perilaku anak adalah tanggung jawab bersama antara rumah dan sekolah.
Komunikasi Terbuka: Penting ada komunikasi yang jujur dan terus-menerus antara anak, orang tua, dan guru. Semua pihak harus tahu apa yang sedang terjadi dan langkah apa yang diambil.
Latih Parenting Positif: Orang tua dilatih cara mendidik yang fokus pada penguatan perilaku baik dan memberikan batasan yang jelas tanpa kekerasan atau hukuman yang merusak mental.
3. Program Pengembangan Emosional & Sosial
Program ini bertujuan untuk membekali anak dengan keterampilan hidup yang penting.
Latih Empati, Manajemen Konflik, dan Kerja Tim: Anak diajarkan bagaimana merasakan apa yang orang lain rasakan (empati), bagaimana menyelesaikan pertengkaran dengan damai (manajemen konflik), dan bagaimana bekerja sama dengan orang lain (kerja tim).
Kegiatan Ekstrakurikuler yang Membangun Karakter: Ikut serta dalam kegiatan seperti olahraga, seni, atau klub dapat mengajarkan disiplin, tanggung jawab, dan rasa memiliki, yang semuanya membantu membentuk karakter positif.
4. Pendekatan Individual dan Non-Stigmatisasi
Setiap anak adalah pribadi yang unik dan tidak boleh dicap buruk selamanya.
Setiap Anak Unik dan Tidak Bisa Disamaratakan: Kita harus melihat setiap anak secara individu. Apa yang memicu perilaku sulit pada satu anak mungkin berbeda untuk anak lain. Perlakuan yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan spesifik mereka.
Fokus pada Potensi, Bukan Kesalahan: Alihkan fokus dari kesalahan yang sudah diperbuat ke potensi dan kekuatan yang dimiliki anak. Dengan begitu, anak akan merasa dihargai dan termotivasi untuk bertindak lebih baik.
5. Restorative Justice (Keadilan Restoratif) di Sekolah
Ini adalah cara untuk menangani perilaku salah yang fokus pada perbaikan hubungan dan tanggung jawab, bukan sekadar hukuman.
Anak Diajak Bertanggung Jawab Tanpa Hukuman Keras: Anak mengakui kesalahan dan bertanggung jawab atas dampak dari tindakannya, tetapi ini dilakukan tanpa hukuman fisik atau mental yang keras. Tujuannya adalah memperbaiki kerusakan yang ditimbulkan.
Proses Dialogis yang Memperbaiki Relasi, Bukan Menghukum: Alih-alih langsung memberi hukuman, digunakanlah dialog (diskusi) antara pelaku, korban (jika ada), dan pihak terkait. Dialog ini bertujuan untuk memperbaiki hubungan yang rusak dan memastikan perilaku tersebut tidak terulang.
Intinya, pendekatan psikologis melihat perilaku “nakal” sebagai sinyal bahwa ada kebutuhan anak yang belum terpenuhi, bukan sekadar kenakalan yang harus dihukum. Dengan pemahaman, komunikasi terbuka, dan pengembangan keterampilan hidup, kita bisa membantu murid bertumbuh menjadi pribadi yang lebih baik.
*) Guru BK MTs Miftahul Ulum 2 Bakid