logo_mts192
0%
Loading ...

Membangun Akhlak dan Kepercayaan Diri Peserta Didik ‘Ala Rasulullah saw

Membangun Akhlak dan Kepercayaan Diri Peserta Didik 'Ala Rasulullah saw

Oleh : Abdul Rozaq, S.Sos *)

Dalam dunia pendidikan, proses belajar tidak hanya berfokus pada aspek kognitif semata, tetapi juga sangat menekankan pembentukan karakter, adab, dan kepercayaan diri peserta didik. Salah satu contoh luar biasa tentang pembelajaran nilai-nilai luhur ini tercermin dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Sahl bin Sa’d as-Sa’idi radhiyallahu ‘anhu.

عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ السَّاعِدِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أنَّ رَسولَ اللَّهِ ﷺ أُتِيَ بشَرابٍ فَشَرِبَ منه، وعَنْ يَمِينِهِ غُلامٌ، وعَنْ يَسارِهِ الأشْياخُ، فَقالَ لِلْغُلامِ: أتَأْذَنُ لي أنْ أُعْطِيَ هَؤُلاءِ؟ فَقالَ الغُلامُ: واللَّهِ يا رَسولَ اللَّهِ، لا أُوثِرُ بنَصِيبِي مِنْكَ أحَدًا، قالَ: فَتَلَّهُ رَسولُ اللَّهِ ﷺ في يَدِهِ. (رواه البخاري)

Dari Sahl bin Sa’d As-Sa’idi radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah ﷺ menerima minuman, lalu meminumnya. Di sebelah kanan beliau ada seorang anak muda, dan di sebelah kiri beliau para orang tua. Beliau pun meminta izin kepada anak muda itu untuk memberikan sisanya kepada para orang tua. Anak muda itu menjawab: “Demi Allah, wahai Rasulullah, aku tidak akan mengutamakan bagianku darimu kepada siapa pun.” Maka Rasulullah ﷺ pun meletakkan (sisa minuman) itu di tangan anak muda tersebut. (HR. Bukhari)

Menurut adab Islam, orang yang di sebelah kanan mendapat giliran terlebih dahulu, meski yang di kiri lebih tua atau lebih terpandang. Namun, di sebelah kanan Nabi saat itu bukan orang tua, melainkan seorang anak muda – dalam sebagian riwayat disebutkan Abdullah bin Abbas.

Sementara di sisi kiri beliau ada para tokoh Quraisy, para sahabat senior dan orang-orang yang lebih tua. Rasulullah ﷺ, dengan kelembutannya, tidak langsung memberikan kepada yang di kiri, tapi meminta izin terlebih dahulu kepada si anak muda itu – apakah ia rela memberikan gilirannya kepada para orang tua?

Namun anak muda itu berkata dengan penuh kepercayaan diri dan cinta kepada Nabi:
“Demi Allah, wahai Rasulullah, aku tidak akan memberikan bagianku darimu kepada siapa pun!”. Rasulullah ﷺ pun menghargai pendiriannya, dan memberikan sisa minuman itu kepadanya terlebih dahulu.

Dalam hadis ini, Rasulullah ﷺ menunjukkan beberapa nilai akhlak yang luhur yang dapat dijadikan pedoman dalam pendidikan:

  1. Menghormati Hak Peserta Didik

Rasulullah ﷺ sebagai guru terbaik memberikan contoh adab yang sangat tinggi. Meskipun dalam budaya umum yang lebih tua biasanya didahulukan, beliau tetap menghargai posisi anak muda yang berada di sebelah kanan. Beliau tidak langsung memberikan kepada orang yang lebih tua, tetapi terlebih dahulu meminta izin kepada sang anak.

Ini mengajarkan kepada pendidik bahwa dalam proses belajar-mengajar, menghargai hak individu sangat penting, bahkan kepada anak yang masih muda. Hal ini menciptakan lingkungan yang adil dan penuh penghormatan terhadap peserta didik.

  1. Menumbuhkan Kepercayaan Diri Peserta Didik

Respons anak muda dalam hadits ini menunjukkan keberanian dan kepercayaan diri yang tinggi. Ia tidak segan menyampaikan keinginannya kepada Rasulullah ﷺ dengan jujur dan tanpa rasa takut, bahkan di hadapan para tokoh yang lebih tua. Ini menandakan adanya pembinaan kepercayaan diri yang kuat sejak dini.

Dalam konteks pendidikan, guru perlu menciptakan ruang aman bagi peserta didik untuk menyuarakan pendapatnya. Kepercayaan diri adalah fondasi penting untuk membentuk generasi yang kritis, berani, dan bertanggung jawab.

  1. Keseimbangan antara Adab dan Hak

Hadits ini juga memperlihatkan pentingnya menyeimbangkan antara menghormati orang lain dan memperjuangkan hak diri. Sang anak tidak berlaku kasar, tetapi menyampaikan penolakannya dengan cara yang halus dan penuh hormat. Ini adalah pelajaran berharga dalam menyampaikan pendapat dengan adab dan etika.

Pendidik dapat menanamkan kepada siswa bagaimana cara menyampaikan pendapat dengan santun, tanpa harus mengorbankan prinsip atau haknya.

  1. Keteladanan dalam Pembelajaran

Rasulullah ﷺ tidak hanya menyampaikan ajaran, tetapi menunjukkan langsung melalui tindakan. Ini adalah metode pembelajaran paling efektif: pembelajaran melalui keteladanan (learning by example). Guru dan pendidik idealnya menjadi teladan dalam sikap, perkataan, dan perlakuan kepada peserta didik.

Hadits ini bukan hanya narasi historis, tetapi juga sumber inspirasi pedagogis. Dari sikap Rasulullah ﷺ dan jawaban anak muda tersebut, kita belajar pentingnya menghargai hak individu, membangun kepercayaan diri, serta membentuk karakter mulia dalam proses pendidikan. Inilah esensi pembelajaran yang holistik: menggabungkan ilmu, adab, dan kepribadian dalam satu kesatuan utuh.

Semoga kita semua mampu meneladani akhlak Nabi ﷺ dan mengajarkannya kepada generasi muda, agar tumbuh menjadi pribadi yang adil, santun, dan beradab.

*) Guru BK MTs Miftahul Ulum 2 Bakid

Share the Post:

Join Our Newsletter