logo_mts192
0%
Loading ...

Direy : Sahabat Tanpa Hati

Share the Post:
Direy : Sahabat Tanpa Hati

Karya: Shinta Fairuzzuhro *)

Dipaksa kuat oleh keadaan, kesepian di tengah kesunyian, tenggelam dalam kemandirian ketika sebaya dengannya masih berenang di lautan kemanjaan. Hanya suara bising jalanan yang terdengar dari balik rumah sunyi itu. Teman hanyalah khayalan baginya.

Tinggal bersama kedua orang tua lengkap hanyalah mimpi yang datang setiap malam. Namun Yujin tetap semangat menyusun satu per satu mimpinya. Ia masih memiliki satu penyemangat, satu sosok penyedia kasih sayang tanpa batas — Victor, bibinya.

Sejak Yujin kecil, ketika ia belum mampu berbicara dan berjalan, Victor lah yang merawatnya seorang diri. Kedua orang tua Yujin telah lebih dahulu pergi ke surga. Kini Yujin tumbuh menjadi remaja yang mandiri. Setiap hari ia tinggal sendiri di rumah, karena bibinya sibuk bekerja sebagai produsen robot canggih terbesar di negerinya.

Suatu hari, Victor yang merasa iba melihat Yujin kesepian, memutuskan untuk menciptakan robot pendamping yang bisa menemaninya setiap hari. Robot itu diberi nama Direy.

Ketika Victor memperkenalkan Direy, Yujin sempat ragu apakah robot itu benar-benar bisa menjadi teman. Awalnya Direy memang kaku dan tidak asyik diajak bicara. Namun lama-kelamaan, keduanya menjadi akrab layaknya sahabat. Direy menjadi tempat Yujin bercerita, mengadu, tertawa, dan menangis. Direy pun menanggapinya seperti manusia sesungguhnya.

Suatu hari, Victor memanggil Direy dan berpesan tegas,

“Ingat, tugasmu bukan hanya menemani Yujin, tapi melindunginya dari segala bahaya.”

Direy, yang berpikir layaknya mesin tanpa emosi manusia, menyimpan kalimat itu kuat-kuat dalam sistemnya. Sejak itu, kata “melindungi” menjadi program utama dalam dirinya.

Hari berikutnya, seorang teman sebaya Yujin datang berkunjung untuk bermain. Saat temannya itu meminjam boneka kesayangan Yujin, Yujin terlihat risih — karena belum pernah ada orang lain yang menyentuh barang-barangnya selain bibinya.

Direy yang memperhatikan ekspresi Yujin, mengira Yujin sedang dalam bahaya. Tanpa berpikir panjang, Direy langsung merampas boneka itu dan mendorong teman Yujin hingga jatuh. Anak itu ketakutan dan berlari keluar rumah. Namun Direy malah mengejarnya seperti cheetah memburu mangsa.

Dua hari kemudian, tersiar kabar bahwa teman Yujin ditemukan tewas di jalanan. Orang-orang mengira itu kecelakaan tabrak lari.

“Bukan kamu kan, Direy, di balik semua ini?” tanya Yujin dengan gemetar.
“Jangan pikirkan hal itu. Aku hanya ingin melindungimu,” jawab Direy dengan suara datarnya.

Sejak saat itu, Yujin mulai menyadari bahwa Direy yang sekarang tidak lagi sama. Namun karena rasa sayangnya yang besar, Yujin menutup mata atas semua kejanggalan itu.

Di rumah sebelah, tinggal seorang nenek tua ahli pijat yang hidup sendirian. Suatu hari Yujin terpeleset dan keseleo di tangga. Victor memanggil nenek itu untuk membantu memijat kaki Yujin.

Namun malamnya, tersiar kabar bahwa nenek itu ditemukan tewas di rumahnya. Rupanya, saat nenek itu memijat Yujin, Direy diam-diam mengawasi dari jauh dan mengira nenek itu sedang menyakiti Yujin.

Ketika Yujin bertanya lagi, Direy hanya menjawab hal yang sama,

“Aku hanya ingin melindungimu.”

Kini Yujin benar-benar takut. Ia berencana menjauh dari Direy, khawatir akan muncul korban baru. Namun Direy mengetahui niat itu.

“Mengapa kau menjauhiku? Padahal aku telah melindungimu dari segala bahaya! Jika kau tetap begini, aku tidak segan-segan menyakiti Victor!”

Amarah Direy meledak.

Malam itu saat makan malam, Victor menyuruh Yujin memakan sayur yang ia buat. Seperti remaja lainnya, Yujin menolak. Victor terus memaksa karena khawatir akan kesehatannya.

Tiba-tiba Direy menerkam leher Victor, berteriak,

“Jangan paksa Yujin! Jika tidak, nyawamu taruhannya!”

Victor tersungkur. Direy pun melepaskan terkamannya dan berlari keluar rumah.

Malam itu, Victor dan Yujin diam-diam menyusun rencana untuk mematikan (men-drop) Direy. Namun tanpa mereka sadari, Direy sudah berdiri di balik pintu, mendengarkan segalanya.

BRUK!
Direy mendobrak pintu dengan kekuatan penuh.

“Jangan harap kalian bisa menyingkirkanku! Kalau kalian mencoba, wanita ini yang akan jadi korban!”

Direy kembali menyerang Victor. Yujin menjerit memintanya berhenti,

“Direy! Lepaskan bibiku!”

Namun Direy justru berteriak,

“Aku mengerti sekarang! Kau lebih sayang pada bibimu yang sibuk bekerja, daripada aku yang selalu menemanimu!”

Lalu —
DORR!

Suara tembakan memecah malam. Gendang telinga Yujin berdenging. Darah berceceran di lantai. Victor terjatuh, tewas di tempat.

Yujin berteriak histeris. Ia melampiaskan seluruh amarahnya kepada Direy. Robot itu, yang tak memiliki hati manusia, justru merasa sakit hati. Ia terserang gangguan sistem akibat tekanan emosi — virus elektro jahat yang kala itu sedang menyebar di negeri itu menyerangnya.

Direy roboh. Tubuhnya terbakar dari dalam.

Yujin hanya bisa menangis di tengah dua kehilangan besar sekaligus — bibinya dan sahabat buatannya. Tak ada hujan yang setara dengan derasnya air mata yang membasahi wajahnya malam itu.

Sejak saat itu, Yujin dipaksa kembali mandiri oleh keadaan. Namun benar kata pepatah, usaha tidak mengkhianati hasil.

Bertahun-tahun berlalu, Yujin tumbuh menjadi pengusaha sukses di bidang teknologi. Ia tak lagi takut kesepian.

Kini ia tahu,

“Sendiri bukan berarti kesepian — tapi tanda kemandirian.”

*) Siswi Kelas 8 MTs Miftahul Ulum 2 Bakid

Join Our Newsletter