logo_mts192
0%
Loading ...

Black White Dragon

Share the Post:
Black White Dragon

Karya: Shinta Fairuzzuhro *)

Kicauan merdu burung selalu terdengar setiap pagi. Suara ramai penduduk Negeri Fireland tak pernah berhenti menghiasi negeri yang tenteram itu. Angin sepoi-sepoi setia menyapa penduduknya, sementara langit biru yang cerah seolah menjadi atap abadi bagi negeri indah tersebut.

Negeri Fireland dipimpin oleh Raja Nerlan, seorang raja berparas dingin namun berhati lembut. Ia sangat menyayangi rakyatnya dan memiliki tiga putri cantik dengan sifat yang berbeda-beda: Putri Nialna, Putri Elaina, dan Putri Lylya.

Putri Nialna dikenal sebagai yang tercantik di antara mereka bertiga, tetapi kecantikan itu pudar karena hatinya yang buruk. Putri Elaina pun tak jauh berbeda—angkuh dan iri hati. Hanya Putri Lylya yang berhati lembut dan penuh kasih. Karena kebaikan hatinya, Raja Nerlan memberikan kasih sayang lebih padanya.

Namun hal itu menimbulkan kecemburuan di hati kedua kakaknya.

“Kenapa kasih sayang Ayah tidak adil? Mengapa Lylya selalu mendapat perhatian lebih? Padahal ia bukan putri kandung Ayah!” ujar Nialna dengan nada kesal.
“Benar, Ayah. Lylya bahkan tak secantik kami!” sahut Elaina menimpali.

Raja Nerlan hanya terdiam, tidak membenarkan ucapan kedua putrinya. Sejak itu, Nialna dan Elaina sering memojokkan Lylya, menyebutnya “putri pungut.” Namun Lylya tak pernah membalas. Ia sadar dirinya berbeda, dan bahwa ia memang bukan darah daging Raja Nerlan.

Hari itu adalah hari besar di Negeri Fireland—hari penobatan penerus tahta Kerajaan Ephorya. Seluruh rakyat berkumpul di istana. Ketiga putri pun berdandan seindah mungkin, berharap terpilih menjadi pewaris tahta.

Raja Nerlan berdiri di singgasananya. “Wahai rakyatku, siapakah menurut kalian yang pantas meneruskan tahtaku?” tanyanya lantang.

Suasana hening. Tak ada yang berani menjawab. Akhirnya sang raja memutuskan, “Tulislah nama putri pilihan kalian di secarik kertas.”

Waktu berlalu, hasil pun diumumkan. Nama yang paling banyak tertulis di kertas rakyat adalah — Lylya.

Wajah Nialna memerah menahan amarah.
“Tidak! Bagaimana bisa kalian memilih Lylya?! Aku yang tercantik di negeri ini!” teriaknya lantang.
“Keputusan telah bulat, Nialna,” jawab Raja Nerlan tenang. “Rakyat memilih Lylya.”
“Rakyat bodoh! Kalian mau dipimpin oleh gadis jelek yang bahkan bukan keturunan kerajaan sejati?” bentaknya lagi.

Ucapan itu menusuk hati Lylya. Ia tak kuasa menahan air mata dan berlari meninggalkan istana tanpa arah.

Lylya berlari hingga tak sadar telah memasuki hutan gelap yang sunyi. Pohon-pohon tinggi menjulang menutup cahaya matahari. Suara desisan ular terdengar di sekelilingnya.

“Ya Tuhan… begitu banyak ular! Aku harus bagaimana?” desis Lylya ketakutan.

Tiba-tiba seekor ular raksasa muncul di hadapannya. Setengah tubuhnya berubah menjadi seorang wanita dengan tatapan tajam.

“Jadi kau yang menghalangi putriku menjadi pewaris tahta Ephorya,” ucap wanita ular itu dingin.

Lylya gemetar. “Ular iblis, apa maumu?” tanyanya terbata.

Wanita ular itu tersenyum sinis. “Aku hanya ingin kau mati, seperti ibumu dulu. Dengan begitu, putriku akan hidup bahagia tanpa gadis hina sepertimu!”

“Kau tidak akan menyentuhku! Sudah cukup kau menghancurkan hidupku dengan membunuh ibuku!” seru Lylya berani.

Wanita ular itu tertawa. “Kau bisa apa, Lylya? Kau hanyalah putri naga lemah yang kehilangan ibunya!”

“Putri naga? Apa maksudmu?! Aku adalah putri kerajaan Ephorya, bukan naga!” Lylya terkejut.

Namun wanita ular tak menggubris. Ia melilit tubuh Lylya dengan ekornya. Lylya menjerit kesakitan.

Tiba-tiba langit menggelap. Petir menyambar bertubi-tubi. Seekor naga hitam raksasa muncul dari langit dan menyemburkan api, membakar seluruh hutan. Dengan sekali hembusan, wanita ular itu musnah menjadi abu.

Naga hitam itu kemudian menatap Lylya. Tubuhnya berubah menjadi sosok wanita anggun.

“Ibu…” suara Lylya bergetar.

“Bagaimana kabarmu, Lylya? Lama kita tak berjumpa,” ucap sang naga hitam lembut.

Lylya terisak. “Tapi, Ibu… bukankah Ibu sudah meninggal?”

“Ibu tak mati, Nak. Wanita ular itu memang mendorong Ibu dari menara, tapi ia lupa bahwa Ibu bisa terbang. Ibu hanya terluka parah dan bersembunyi di Gunung Vasnest untuk memulihkan diri, dibantu oleh Naga Putih, leluhur bangsa naga.”

Lylya terdiam.

“Ibu harus memberitahumu sesuatu,” lanjutnya. “Dulu, Kerajaan Ephorya memiliki dua ratu: Ibu dan wanita ular itu. Nialna dan Elaina adalah anaknya bersama Raja Nerlan. Sedangkan kau, Lylya, adalah putri kandung Ibu dan Raja Nerlan.”

Lylya tertegun.

“Wanita ular itu iri karena Ibu adalah istri pertama. Ia menyingkirkan Ibu dan merebut setengah kekuatan naga. Tapi meski diusir, ia masih menyimpan dendam. Ingatlah, Lylya, kau adalah keturunan tiga darah: naga hitam, naga putih, dan ular. Kau adalah penerus terakhir bangsa naga.”

Lylya menatap ibunya penuh ragu.

“Jika suatu saat kau siap menerima takdirmu,” pesan ibunya, “pergilah ke Puncak Gunung Vasnest dan temuilah Naga Putih. Ia akan memberimu kekuatanmu.”

Lylya mengangguk pelan.

Sesampainya di istana, Lylya dikejutkan oleh pemandangan mengerikan. Ribuan ular menyerang istana. Raja Nerlan berubah menjadi ular emas raksasa dan berusaha melawan mereka. Nialna dan Elaina juga berubah menjadi ular besar yang ganas.

Dalam kekacauan itu, ibu Lylya kembali terlilit ular. Ia tak bisa berubah menjadi naga lagi karena baru saja menggunakan kekuatannya. Dengan pandangan mata, ia memberi isyarat pada Lylya untuk pergi.

Lylya segera berlari menuju Gunung Vasnest. Ia mendaki semalam suntuk dalam kegelapan dan dingin yang menggigit.

Akhirnya, ia sampai di puncak. Di sana, seekor naga putih besar menatapnya dengan sorot lembut.

“Selamat datang, penerus Black Dragon,” suaranya dalam dan bergema.

Lylya berlutut. “Aku datang untuk menerima kekuatanku, wahai Naga Putih.”

“Baiklah, bersiaplah.”

Cahaya menyilaukan menyelimuti Lylya. Tubuhnya terangkat, rambutnya berubah menjadi separuh hitam dan separuh putih. Matanya bersinar biru, kukunya memanjang seperti sisik naga. Gaunnya berubah menjadi baju zirah kulit naga.

“Kekuatan naga hitam dan putih kini menyatu dalam dirimu, Lylya,” ujar Naga Putih. “Gunakanlah dengan bijak untuk melindungi negeri dan rakyatmu.”

Lylya menunduk hormat. “Terima kasih, Guru.”

Ia kembali ke istana dan langsung menyerang ular-ular yang melilit ibunya.

“Lepaskan ibuku!” teriaknya. Api panas meluncur dari mulutnya, membakar ular-ular itu menjadi abu.

“Kenapa kau membunuh bangsa ular?!” jerit Nialna marah.

“Harusnya aku yang bertanya—mengapa kau membuat kekacauan di istanaku?” balas Lylya.

“Karena ini seharusnya penobatanku! Tapi karena kau, semuanya hancur!” bentak Nialna.

“Baik. Kita buktikan siapa yang pantas menjadi penerus tahta. Pertarungan hidup dan mati!” jawab Lylya tegas.

Nialna dan Elaina menyatu menjadi ular raksasa. Lylya pun memanggil kekuatan naga putih dan hitamnya. Api dan bisa bertarung di udara. Pertempuran sengit berlangsung, hingga akhirnya Lylya melumpuhkan mereka dengan semburan api suci. Kedua putri jahat itu pun musnah.

Lylya jatuh lemas dan pingsan.

Ketika ia sadar, Raja Nerlan sudah berada di sampingnya.
“Syukurlah kau selamat, Lylya,” ucap sang raja. “Ayah telah menurunkan kekuatan ular padamu agar kau cepat pulih. Kau adalah darah daging ayah, pewaris sejati bangsa naga dan ular.”

Lylya menatapnya lembut. “Bagaimana rakyat, Ayah? Apakah mereka selamat?”

“Lihatlah sendiri.”

Lylya keluar dari istana. Ribuan rakyat Fireland bersorak bahagia. Mereka berterima kasih karena ia telah menyelamatkan negeri dari kehancuran.

Hari itu, penobatan kembali dilanjutkan. Putri Lylya resmi dinobatkan sebagai pewaris tahta Kerajaan Ephorya.

Sejak saat itu, Negeri Fireland hidup dalam kedamaian di bawah perlindungan sang Putri Naga Hitam Putih — Lylya, sang Black White Dragon.

*) Siswi Kelas 8 MTs Miftahul Ulum 2 Bakid

Join Our Newsletter