logo_mts192
0%
Loading ...

Successful Venture

Successful Venture

Karya: Febriani Cahya Ningtiyas *)

Hembusan angin pantai menyapu lembut tubuh seorang gadis yang tengah duduk di bibir pantai. Matanya menatap lepas ke arah cakrawala, menikmati keindahan senja yang perlahan menelan mentari. Suara debur ombak yang pecah menghantam bebatuan mengisi pendengarannya, menenangkan pikirannya yang tengah kalut. Sesekali, ia merapikan hijabnya yang tersibak oleh angin laut.

“Dek.”

Flora menoleh ketika mendengar suara yang begitu akrab di telinganya. Sosok pria bertubuh jangkung dengan kaos oblong putih dan celana jins hitam berdiri tak jauh darinya. Jay, kakaknya, tersenyum tipis.

“Pulang, yuk. Takut Bunda marah kalau kita kelamaan,” ajaknya lembut.

Flora mengangguk pelan, kemudian beranjak dari duduknya dan berjalan menghampiri Jay. Menikmati pemandangan pantai sore ini cukup membuat pikirannya lebih tenang. Setelah ini, ia harus kembali belajar bersama Jay demi menghadapi Ujian Nasional (UN)—salah satu syarat kelulusan SMP.

“Setelah lulus, adek mau masuk SMA mana?” tanya Jay, memecah kesunyian saat mereka berjalan menuju motor.

Flora menggeleng pelan. “Nggak tahu, masih bingung. Mungkin di sekolah abang dulu.”

Jay mengangguk, mengusap puncak kepala adik kesayangannya dengan penuh kasih sayang. “Abang bakal terus bantu kamu supaya bisa lulus dengan nilai memuaskan. Jangan khawatir.”

Flora tersenyum kecil. Ia merasa beruntung memiliki seorang kakak seperti Jay. Mereka lalu melanjutkan perjalanan pulang.


Sesampainya di rumah, suasana tampak sepi. Flora mengernyit heran. “Bunda mana ya?”

Belum sempat Jay menjawab, ponselnya berdering. Ia mengangkatnya, lalu setelah beberapa detik menutup panggilan itu. “Bunda sama Ayah keluar sebentar buat beli sesuatu.”

Flora hanya mengangguk. Mereka pun langsung menuju ruang belajar.

“Belajar, Dek! Jangan malas,” ucap Jay dengan nada sedikit meledek.

Di dalam ruang belajar, Jay segera menyerahkan beberapa buku LKS yang harus dipelajari Flora. Namun, gadis itu malah mendengus malas dan menatap bukunya dengan tatapan lesu.

“Males, Bang…” keluhnya sambil menekuk wajah.

Jay yang sudah hafal dengan tingkah adiknya langsung menyambar ponsel Flora. “Belajar, atau HP ini abang sita!” ancamnya dengan nada tenang, tapi cukup mengintimidasi.

Flora langsung membelalakkan mata. “BELAJAR!” sahutnya cepat. “Ayo, Bang, jelasin.”

Jay tersenyum menang. Ia menaruh kembali ponsel Flora di atas meja, lalu mengambil LKS Bahasa Indonesia dan mulai menjelaskan materi dengan sabar.

“Jangan lupa baca doa dulu sebelum mulai ngerjain soal, ya,” pesannya di akhir penjelasan.

“Okeeee, siap!” jawab Flora semangat.


Keesokan harinya, Flora sudah berada di dalam lab komputer sekolahnya. Jari-jarinya mengepal di atas meja, mencoba menenangkan diri. Hari ini adalah hari ujian. Ia menarik napas dalam, mengingat pesan Jay semalam. Sebelum menyentuh keyboard, ia berdoa dengan khusyuk.

Ujian pun dimulai. Suasana di ruangan itu mendadak hening. Semua siswa sibuk menatap layar komputer masing-masing. Flora membaca soal dengan saksama, berusaha mengerjakan yang terbaik.


Satu minggu berlalu. Pengumuman hasil UN akhirnya ditempel di mading sekolah. Hiruk-pikuk siswa memenuhi lorong, berdesakan untuk melihat nilai mereka masing-masing. Flora ikut berlari, jantungnya berdegup kencang.

Matanya menyusuri daftar nama dengan gugup. Dari bawah… naik ke atas… lalu—

Ia terdiam, matanya membulat sempurna. Senyumnya mengembang saat menemukan namanya di peringkat lima dengan nilai rata-rata 95,7.


Jay sudah menunggu di depan sekolah sejak beberapa menit lalu. Ia menguap kecil, lalu melirik ke arah gerbang sekolah.

KRINGGG!!!

Bel sekolah berbunyi. Tak lama, ratusan siswa SMP Nusantara 02 berhamburan keluar seperti ayam yang baru dilepas dari kandang.

“ABANGGGG!!!”

Sebuah suara nyaring menarik perhatiannya. Jay menoleh dan melihat Flora berlari ke arahnya dengan wajah berbinar, tangannya melambai-lambai di udara. Ia terlihat begitu bahagia.

Flora mempercepat langkahnya, lalu langsung memeluk kakaknya erat.

“E-eh, kenapa nih?” Jay mengernyit heran. Biasanya Flora hanya menyalami tangannya dan buru-buru minta pulang. Tumben.

Flora mendongak, senyum sumringah menghiasi wajahnya. “ABANG! Adek berhasil! Dapet nilai bagus!”

Jay tersenyum hangat. “Wih, peringkat berapa nih?”

“Lima dong!” jawab Flora antusias.

Jay mengusap puncak kepala Flora dengan bangga. “Selamat ya, adek abang. Abang bangga banget sama kamu.”

Flora mengangguk senang. “Makasih ya, Bang, udah nemenin dan ngajarin adek. Nggak cuma nemenin, tapi juga nyemangatin! Makasih banyak!” Ia tersenyum lembut. “Flora sayang abang.”

Jay tertawa kecil dan merangkul adiknya. “Abang juga sayang Flora.”


JANGAN PERNAH MALAS BELAJAR! INGAT, PEPATAH BERKATA: BERAKIT-RAKIT KE HULU, BERENANG-RENANG KEMUDIAN.

*) Siswi Kelas IX MTs. Miftahul Ulum 2 Bakid

Share the Post:

Join Our Newsletter