logo_mts192
0%
Loading ...

Nasihat Al-Fudhail bin Iyadh Agar Hati Tidak Membatu

Nasihat Al-Fudhail bin Iyadh agar Hati Tidak Membatu

Oleh : Wiwin Sugianto, S.Pd *)

Nama lengkapnya adalah Al-Fudhail bin Iyadh bin Mas’ud at-Tamimi. Beliau lahir di wilayah Khurasan (sekarang bagian dari Iran dan Afghanistan) pada sekitar tahun 107 Hijriyah (725 Masehi). Pada masa mudanya, Al-Fudhail bin Iyadh dikenal sebagai seorang perampok yang sering mengganggu kafilah dagang.

Al-Fudhail bin Iyadh adalah seorang ulama besar, ahli zuhud, dan tokoh sufi yang terkenal pada abad ke-2 Hijriyah. Beliau dikenal dengan nasihat-nasihatnya yang penuh hikmah dan menyentuh hati. Salah satu nasehatnya adalah:

خصلتان تقسِّيان القلب: كثرةُ الكلام، وكثرةُ الأكل.

Dua hal yang mengeraskan hati: terlalu banyak bicara dan terlalu banyak makan.

Nasihat singkat ini mengandung makna yang sangat dalam dan menjadi pengingat bagi kita semua untuk menjaga hati agar tetap lembut dan dekat dengan Allah SWT.

Pertama: Terlalu Banyak Bicara

Bicara adalah sarana untuk berkomunikasi dan menyampaikan pikiran. Namun, jika tidak dikendalikan, terlalu banyak bicara dapat membawa dampak buruk. Bicara yang berlebihan sering kali mengarah pada ghibah (menggunjing), namimah (mengadu domba), dusta, atau perkataan sia-sia yang tidak bermanfaat. Semua ini dapat mengeraskan hati dan menjauhkannya dari mengingat Allah SWT.

Allah SWT berfirman:

مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ (ق: 18).

Tidak ada satu kata yang diucapkan melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat).” (QS. Qaf: 18)

Setiap kata yang kita ucapkan akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak. Oleh karena itu, Nabi Muhammad SAW mengingatkan kita

من كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليقل خيراً أو ليصمت

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia berkata baik atau diam. (HR. Bukhari dan Muslim).

Hadis ini mengajarkan kita bahwa komunikasi bukan sekadar aktivitas sehari-hari, tetapi juga bagian dari ibadah. Setiap kata yang kita ucapkan atau tulis memiliki konsekuensi, baik di dunia maupun di akhirat. Dengan menjaga kualitas perkataan dan memilih diam ketika diperlukan, kita tidak hanya menjadi komunikator yang baik, tetapi juga seorang Muslim yang senantiasa menjaga keimanannya.

Dalam era digital seperti sekarang, hadis ini sangat relevan, terutama dalam komunikasi melalui media sosial. Kita harus:

  • Berhati-hati dalam Berbagi Informasi: Memastikan bahwa apa yang kita bagikan adalah benar dan bermanfaat.
  • Menghindari Ujaran Kebencian: Tidak menyebarkan konten yang mengandung kebencian atau permusuhan.
  • Menggunakan Media Sosial untuk Kebaikan: Menyebarkan pesan-pesan positif dan inspiratif.

Semoga kita semua dapat mengamalkan hadis ini dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam komunikasi lisan maupun tulisan. Aamiin.

Kedua: Terlalu Banyak Makan

Makan adalah nikmat dari Allah SWT, tetapi berlebihan dalam makan dapat menimbulkan efek negatif bagi tubuh dan jiwa. Banyak makan tidak hanya berdampak pada kenaikan berat badan, tetapi juga dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan serius, baik fisik maupun mental. Terlalu banyak juga dapat melemahkan pikiran, mengurangi kecerdasan, dan mengeraskan hati karena membuat kita lalai dari beribadah dan merenungkan ciptaan Allah.

Pepatah Arab

البطنة تذهب الفطنة

“Kekenyangan menghilangkan kecerdasan.”

Ungkapan ini menggambarkan bahwa makan berlebihan dapat menyebabkan seseorang menjadi malas, mengantuk, dan sulit berpikir jernih. Dalam konteks yang lebih luas, pepatah ini mengajarkan pentingnya menjaga pola makan yang seimbang agar tubuh tetap sehat dan pikiran tetap tajam.

Rasulullah SAW mengajarkan kita untuk bersikap sederhana dalam makan. Beliau bersabda:

مَا مَلَأَ آدَمِيٌّ وِعَاءً شَرًّا مِنْ بَطْنٍ، بِحَسْبِ ابْنِ آدَمَ أُكُلَاتٌ يُقِمْنَ صُلْبَهُ، فَإِنْ كَانَ لَا مَحَالَةَ فَثُلُثٌ لِطَعَامِهِ، وَثُلُثٌ لِشَرَابِهِ، وَثُلُثٌ لِنَفَسِهِ

“Tidak ada wadah yang lebih buruk yang diisi oleh manusia selain perutnya. Cukuplah bagi manusia beberapa suap untuk menegakkan tulang punggungnya. Jika harus lebih, maka sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumannya, dan sepertiga lagi untuk nafasnya.” (HR. Tirmidzi).

Nasihat Al-Fudhail bin Iyadh mengingatkan kita akan pentingnya menjaga keseimbangan dalam hidup, baik dalam berbicara maupun dalam makan. Hati adalah tempat bersemayamnya iman. Jika hati mengeras, maka kita akan semakin jauh dari Allah SWT. Mari kita jaga hati kita dengan mengurangi bicara yang tidak bermanfaat dan makan secukupnya, agar kita termasuk orang-orang yang senantiasa dekat dengan-Nya.

Semoga Allah SWT memberikan kita taufik dan hidayah untuk selalu berkata dan berbuat yang terbaik.

*) Guru Akidah Akhlak MTs Miftahul Ulum 2 Banyuputih Kidul

Share the Post:

Join Our Newsletter