Karya : Siti Khodijah Syarifah Wulan *)
Berbuat baik sebenarnya adalah hal yang sederhana. Banyak cara yang bisa kita lakukan untuk berbuat baik, seperti memberi hadiah, menjenguk orang sakit, menghormati orang yang lebih tua, dan banyak lagi lainnya.
Agama juga mengajarkan kita untuk selalu berbuat baik. Dalam ajaran Islam, Allah Swt. berfirman dalam Al-Qur’an yang artinya:
“Jika kamu berbuat baik, maka sesungguhnya kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka kejahatan itu kembali kepada dirimu sendiri.” (QS. Al-Isra: 7)
Dari ayat tersebut kita bisa memahami bahwa semua kebaikan atau keburukan yang kita lakukan pada akhirnya akan kembali kepada diri kita sendiri.
Setiap agama pasti mengajarkan kebaikan. Tidak mungkin ada agama yang mengajarkan keburukan. Jika pun ada yang mengatasnamakan agama untuk berbuat buruk, biasanya itu hanya segelintir orang yang punya kepentingan pribadi, bukan ajaran dari agama itu sendiri.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita bisa melihat banyak contoh perbuatan baik, baik yang terlihat maupun tidak. Bahkan, jika kita tidak merugikan orang lain atau lingkungan sekitar, itu sudah termasuk perbuatan baik.
Rasulullah Saw. bersabda:
“Sesungguhnya orang yang paling baik di antara kalian adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR. Bukhari)
Akhlak atau perilaku merupakan hal penting dalam berbuat kebaikan. Dengan akhlak yang baik, tindakan kita pun akan terlihat baik. Nabi Muhammad Saw. diutus oleh Allah Swt. juga untuk memperbaiki akhlak manusia, seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur’an.
Di antara banyak bentuk kebaikan, ada kebaikan yang justru tidak terlihat perbuatannya, tapi manfaatnya sangat besar. Kadang ada tindakan yang terlihat sepele bahkan tidak dianggap sebagai kebaikan, tapi sebenarnya sangat bermanfaat. Sebaliknya, ada juga tindakan yang seolah-olah baik, tapi tidak memberi manfaat apa-apa.
Ada sebuah kisah yang terjadi di kota besar, tentang seorang pemuda dan seorang nenek tua.
Dikisahkan, ada seorang nenek tua berjalan perlahan dengan bantuan tongkat. Ia sangat kelelahan, lalu duduk di sebuah bangku di pinggir jalan. Tak jauh dari sana, ada seorang pemuda yang sedang berdiri dan sibuk bermain ponsel, tanpa peduli sekitar.
Saat duduk, tongkat nenek itu jatuh dan menggelinding ke arah pemuda tadi. Nenek itu pun meminta tolong, namun pemuda itu sama sekali tidak menoleh atau bergerak untuk membantu. Ia tetap sibuk dengan ponselnya. Nenek itu pun berusaha berdiri sendiri, lalu berjalan perlahan untuk mengambil tongkatnya.
Setelah berhasil mengambil tongkat, tiba-tiba sebuah papan reklame jatuh dan menimpa bangku tempat nenek itu duduk tadi. Semua orang yang melihatnya terkejut, termasuk si pemuda yang akhirnya menghentikan aktivitasnya. Nenek itu pun sangat kaget dan berkata sambil mengusap dada, “Terima kasih, Nak. Kamu telah menyelamatkan nyawa saya.” Tapi pemuda itu hanya diam dan kembali memainkan ponselnya.
Dari kisah ini, kita bisa mengambil pelajaran bahwa terkadang, tidak melakukan apa-apa pun bisa menjadi bentuk kebaikan. Karena jika pemuda itu tadi membantu dengan niat baik, bisa saja si nenek masih duduk di kursi dan tertimpa papan reklame.
Berpikir positif dan berprasangka baik penting dilakukan. Dalam kehidupan, sering terjadi kesalahpahaman yang membuat orang meremehkan atau merendahkan satu sama lain, terutama jika seseorang dianggap tidak bisa melakukan apa-apa.
Maka, teruslah berbuat baik, sekecil apa pun itu. Tapi jika kamu merasa belum bisa melakukan kebaikan, setidaknya jangan merugikan orang lain. Diam bukan berarti tidak peduli, tapi bisa jadi sedang menunggu waktu yang tepat untuk berbuat kebaikan.
*) Alumni MTs Miftahul Ulum 2 Bakid