Oleh : Muhammad Ismail, S.Pd *)
Setiap tanggal 3 Juli, dunia memperingati Hari Internasional Tanpa Kantong Plastik (International Plastic Bag Free Day). Momentum ini menjadi pengingat global akan dampak buruk kantong plastik terhadap lingkungan serta seruan untuk beralih ke gaya hidup yang lebih ramah lingkungan. Namun, di balik kampanye dan harapan besar itu, tersimpan realita yang masih menjadi pekerjaan rumah bersama.
Dunia yang Bebas dari Plastik Sekali Pakai
Kantong plastik, meski tampak sepele, menjadi simbol utama dari polusi plastik yang melanda planet ini. Digunakan dalam hitungan menit, namun membutuhkan ratusan tahun untuk terurai di alam. Harapan dari peringatan ini sangat jelas: membangun kesadaran global untuk mengurangi konsumsi plastik sekali pakai, mendorong inovasi kemasan ramah lingkungan, serta mengubah perilaku masyarakat dalam berbelanja dan membuang sampah.
Beberapa negara telah menunjukkan kemajuan. Misalnya, Kenya menerapkan larangan penggunaan kantong plastik dengan sanksi yang tegas. Uni Eropa juga berkomitmen untuk mengurangi penggunaan plastik secara signifikan. Di Indonesia, beberapa kota seperti Bali dan Banjarmasin telah menerapkan larangan penggunaan kantong plastik di toko-toko modern.
Baca Juga
Realita: Ketergantungan yang Masih Tinggi
Meski kesadaran meningkat, namun fakta di lapangan menunjukkan tantangan besar. Di banyak tempat, kantong plastik masih menjadi pilihan utama karena murah, praktis, dan mudah didapat. Di pasar tradisional, warung kecil, dan sebagian besar rumah tangga, penggunaan kantong plastik masih sulit tergantikan.
Lebih jauh lagi, sistem pengelolaan sampah yang belum optimal turut memperparah masalah ini. Plastik yang tidak didaur ulang berakhir di sungai, laut, dan tempat pembuangan akhir, merusak ekosistem serta mengancam keberlangsungan hidup makhluk laut.
Peran dan Aksi Nyata di Madrasah
Sebagai lembaga pendidikan, madrasah memiliki peran strategis dalam menanamkan nilai-nilai kepedulian terhadap lingkungan kepada generasi muda. Pendidikan tidak hanya mencakup aspek kognitif, tetapi juga pembiasaan sikap dan tindakan yang berdampak positif bagi alam. Beberapa aksi nyata yang bisa dilakukan madrasah antara lain:
- Kampanye dan Edukasi: Melalui upacara, majalah dinding, ekstrakurikuler, atau media lainnya, siswa diajak memahami bahaya plastik dan pentingnya perubahan perilaku.
- Gerakan Bawa Kotak Makan Sendiri: Menghindari kemasan plastik sekali pakai di lingkungan sekolah.
- Bank Sampah dan Daur Ulang: Mengelola sampah plastik menjadi barang bermanfaat seperti pot tanaman, kerajinan, atau media tanam.
- Pelarangan Penggunaan Kantong Plastik di Kantin: Mendorong penggunaan wadah ramah lingkungan atau sistem “pinjam wadah”.
\Solusi: Kolaborasi dan Konsistensi
Perubahan tidak bisa hanya dibebankan pada satu pihak. Butuh kolaborasi antara pemerintah, swasta, masyarakat, dan media. Edukasi publik harus terus digencarkan, regulasi perlu diperkuat, dan alternatif pengganti kantong plastik seperti tas kain, tas anyaman, atau kantong biodegradable harus dipopulerkan dan dibuat lebih terjangkau.
Sekolah, madrasah, dan institusi pendidikan pun memiliki peran penting dalam membentuk generasi sadar lingkungan. Kampanye kecil seperti membawa tas belanja sendiri, menghindari bungkus plastik, dan memilah sampah bisa menjadi awal dari perubahan besar.
Mengubah Harapan Menjadi Aksi Nyata
Hari Internasional Tanpa Kantong Plastik bukan sekadar perayaan simbolik, tetapi pengingat untuk bertindak nyata. Kita semua memegang peran dalam menyelamatkan bumi dari bahaya plastik. Mulailah dari diri sendiri, dari rumah sendiri, dan dari langkah kecil yang konsisten. Karena bumi tidak butuh lebih banyak kantong plastik—ia butuh lebih banyak kepedulian.
*) Gutu Matematika MTs Miftahul Ulum 3 Bakid