Ramadhan dan Budaya Literasi | Dirosah Virtual Ramadhan 1444 H

Bulan Ramadhan bisa disebut sebagai bulan literasi bagi umat Islam. Setidaknya ada dua momentum yang mendasari mengapa bulan Ramadhan disebut sebagai bulan literasi. Pertama, di bulan Ramadhan ada peristiwa turunnya Al-Qur’an (Nuzul Al-Qur’an) didalamnya turun wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad saat itu yaitu surat al-‘Alaq ayat 1 – 5. Ayat yang pertama tersebut terdapat pesan untuk membaca (iqra’) dan menulis (qalam).

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ(١) خَلَقَ الْإِنسَانَ مِنْ عَلَقٍ(٢) اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ(٣) الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ(٤) عَلَّمَ الْإِنسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ(٥) 

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan,” (1) “Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.” (2) “Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia,” (3) “Yang mengajar (manusia) dengan pena” (4) “Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.” (5)

Ayat di atas merupakan ayat pertama dari lima ayat Surat Al-‘Alaq yang turun sebagai wahyu pertama. Ayat itu diturunkan oleh Allah melalui malaikat Jibril pada malam 17 Ramadhan saat Nabi Muhammad Saw sedang berkhalwat di Gua Hira’. Ketika itu beliau memasuki usia 40 tahun.

Budaya literasi menjadi sebuah keharusan bagi seorang muslim. Sejarah Islam telah membuktikan bahwa pada masa Bani Abbasiyah, peradaban Islam begitu maju. Ilmu pengetahuan berkembang pesat dan mampu memunculkan sosok ilmuan muslim yang sangat luar biasa. Literasi menjadi kunci semua itu. Mereka tidak sekadar membaca teks dan konteks tetapi juga menuliskannya secara empiris. Alhasil, pemikirannya hingga kini masih dikenal luas oleh dunia.

Momentum bulan Ramadhan semestinya bagi umat Islam di Indonesia merupakan kondisi puncak dalam ber-literasi, baik secara tekstual maupun kontekstual.

3 Replies to “Ramadhan dan Budaya Literasi | Dirosah Virtual Ramadhan 1444 H”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *