Oleh: M. Bakiruddin, SH *)
Tentunya dunia ini tidak akan pernah terlepas dari istilah “Suka, Benci, Marah, Sabar, Berani, Pengecut, dll” semua sifat tersebut merupakan aksi yang hanya bisa dirasakan oleh hati. Jika memang terdapat perbuatan yang bersifat fisik, maka itu hanya manifestasi akan sesuatu yang tersimpan dalam hati.
Di sana ada kelompok yang memiliki banyak pujian, di sana terdapat sosok yang mendapat apresiasi dari banyak orang, dan di sana terdapat seorang diri yang selalu memiliki ide cemerlang dan terobosan untuk menyelesaikan sekian banyak persoalan. Dan jangan lupa pula, bahwa di sana terdapat seorang yang enggan mengakui kebaikan seseorang, dan di sana terdapat lisan-lisan yang selalu mengatakan “saya yang benar dan yang lain salah, pendapat saya yang optimal dan pendapat orang lain gagal”.
Manusia dengan segala sifat keburukannya, terkadang dirinya buruk tapi tidak pernah merasa buruk dan selalu merasa dirinya berada dalam ranah kebenaran. Salah satu dari contoh, terdapat satu pihak berpendapat bahwa solusi mengatasi A adalah dengan B, namun yang lain berpendapat bahwa solusi mengatasi A adalah C. Lantas orang pertama meyakini bahwa suara dirinya terbaik dan suara orang ke dua adalah salah. Kemudian orang kedua bersikukuh dengan pendapatnya yang dianggap sebagai kebenaran. pada akhirnya, orang pertama meng-kalaim bahwa orang kedua merupakan orang yang egois dan menangnya sendiri.
Dari sedikit uraian contoh ini, apakah anda bisa menjawab pertanyaan yang berupa:
Sebenarnya siapakah yang Egois? Orang pertama atau yang kedua? Sebenarnya dimana yang memiliki sifat buruk? Dan pihak mana yang baik? Silahkan dicari jawabannya.
Namun, penulis sedikit ingin memberikan beberapa uraian persoalan ini, yaitu, seseorang dikatakan egois jika disaat dirinya memiliki pendapat, dan orang lain juga memiliki pendapat, kemudian setelah dibandingkan, ternyata yang lebih berkualitas adalah pendapat orang lain, tapi orang pertama tidak mengakui akan hal ini dengan dalih karena hal ini bukan bersumber dari dirinya.
Ini lah sebuah keegoisan yang hakiki. Sebenarnya ke egoisan ini timbul dari sifat iri terhadap kebenaran yang dimiliki oleh orang lain.
Sebenarnya sifat egois dan iri bisa terlihat dengan cara: bayangkan dirimu berseteru dihadapan umum dengan orang yang tingkatnya berada di bawah anda. Kemudian tanyakan pada diri anda, seandainya kebenaran jelas jelas berada pada pihak yang berseteru dengan anda, apakah anda akan lapang dada mengakuinya? Jika tidak, maka anda egois dan masih memiliki sifat iri, namun jika anda sudah berlapang dada, maka anda sudah terlepas dari iri.
Taukah anda, ada satu istilah yang sulit dihilangkan dari diri manusia yaitu : MUN BENNI OLLENAH DIBIK, TAK E TAREMAH (kalau bukan pendapatnya diri sendiri maka tidak akan di terima). atau dengan bahasa yang lebih ekstrim “SENGKOK SE PASTEH BENDER, ORENG LAEN SALA” (orang lain salah, dan saya yang pasti benar).
Sekarang anda harus berani melangkah dengan ikhlas dan nyatakan pada diri anda bahwa “DARI SIAPAPUN, JIKA MEMANG KEBENARAN, MAKA PASTI BENAR”
*) Tenada Kepentingan MTs. Miftahul Ulum 2 Bakid