Oleh : Abdul Halim *)
Ketika Allah swt mengumumkan hendak menciptakan khalifah di bumi kepada malaikat, mereka protes: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?“.
Protes malaikat ini bukan tanpa dasar, mereka protes justru karena mereka tahu siapa yang akan dijadikan khalifah di muka bumi ini. Yakni sosok manusia yang dalam dirinya terdapat 3 unsur, yaitu ghadabiyah (penuh ambisi), syahwatiyah (penuh hasrat), dan ‘Aqliyyah (berakal). Para malaikat lebih condong melihat pada unsur ghadabiyah dan syahwatiyah yang berpotensi besar untuk membuat kerusakan di muka bumi. Sehingga membuat mereka abai atas unsur ‘aqliyyahnya manusia.
Menanggapi protes ini, Allah pun berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”. Bahwa dua unsur manusia berupa syahwatiyah dan ghadabiyah tersebut akan menjadi keren saat didampingi oleh unsur aqliyyah sehingga manusia pantas untuk menjadi khalifah di muka bumi.
Diciptakanlah Adam dengan memiliki pengetahuan yang luas dan dihadapkan kepada para malaikat. Dan Allah memerintahkan Adam untuk mempresentasikan ilmunya di hadapan para malaikat sehingga mereka pun bisa mengerti betapa agungnya sosok manusia bernama Adam itu, ia memiliki pengetahuan yang bahkan tidak dimiliki para malaikat.
Kisah awal mula penciptaan manusia ini penulis kira amat penting untuk direnungi dan dipahami kembali. Terlebih hari ini adalah hari pendidikan nasional. Dalam hal mengisi hari-hari besar ini, penulis menjadi teringat pesan Syaikhana Kiai Husni, jangan hanya menjadikannya sebagai rutinitas saja. Akan tetapi harus membuatnya lebih bermakna untuk mencapai ridho Allah swt.
Baca Juga
BERGERAK BERSAMA SEMARAKKAN MERDEKA BELAJAR (MEMPERINGATI HARI PENDIDIKAN NASIONAL 2023)
Sebagai Khalifah Allah di muka bumi, tentunya kita harus bisa menjadikan diri kita layak untuk mendapat amanah agung itu. Di antaranya adalah menguatkan pendidikan. Betapa setelah penciptaan Adam, hal pertama yang Allah lakukan adalah mengajarinya pengetahuan. Sebuah isyarat bahwa manusia bisa menjadi khalifah di muka bumi hanya setelah dominan unsur aqliyyahnya, sisi keilmuannya. Unsur aqliyyah ini harus bisa mengalahkan dua unsur yang lain, ghadabiyah dan syahwatiyah. Supaya bisa mengarahkan keduanya dalam hal-hal yang bermanfaat untuk kemakmuran muka bumi.
Saat ini yang kita rasakan adalah betapa manusia telah dikalahkan ambisi dan hasratnya, ghadabiyah dan syahwatiyahnya. Sehingga terciptalah manusia-manusia abai lingkungan dan kemakmuran. Semuanya atas dasar kepuasan pribadi. Saya kira para pembaca sekalian dapat melihatnya di lingkungannya masing-masing.
Hal ini tidak lain karena unsur aqliyyah yang tidak lagi dominan, terkalahkan ghadabiyah dan syahwatiyah yang merupakan unsur dasar manusia yang untuk mendapatkannya tidak diperlukan kesungguhan. Berbeda dengan sisi aqliyyah yang untuk mendapatkannya dengan baik kita membutuhkan usaha dan kesungguhan.
Dalam tulisan ini, saya memang tidak hendak menyoal tentang sistem pendidikan di Indonesia, akan tetapi yang lebih dasar lagi, yakni seberapa penting pendidikan bagi manusia. Sehingga sekolah bukan hanya untuk mencari selembar ijazah. Dan bisa menyadari betapa pentingnya pendidikan bagi manusia sebagai khalfiah Allah demi mencapai kemakmuran muka bumi, dunia yang kita tempati saat ini.
Konskuensi pendidikan yang kerap kali ‘diabaikan’ adalah lahirnya manusia yang menyebabkan kerusakan di muka bumi sebagaimana yang dikhawatirkan para malaikat. Kita lihat saja, baru berumur dua abad revolusi industri berjalan dalam peradaban kapitalis sudah masif sekali eksploitasi terhadap alam. Salah satu dampaknya adalah ancaman perubahan iklim dan pemanasan global. Ini semua jelas ulah kaum kapitalis yang syahwatiyah dan ghadabiyahnya mengalahkan aqliyah yang dimiliki (untuk tidak mengatakannya sebagai manusia dungu). Pun pertambangan-pertambangan yang kian menjadi-jadi di tanah air Indonesia tempat kita sujud ini.
Sebagai khalifah Allah, seyogyanya manusia lebih mementingkan pendidikan di atas segala ambisi dan hasrat supaya tercipta dunia yang indah, makmur dan sentosa seperti harapan para pahlawan yang telah berdarah-darah memperjuangkan kabahagiaan kita saat ini.
Pendidikan harus dinomer satukan daripada ambisi-ambisi dan hasrat duniawi. Mengutip status whasapp Waka. Humas, Bapak Danang, Sekolah-sekolah harus menjadi aktor utama yang memgembangkan pengetahuan. Bukan malah menjadi korporasi pengetahuan.
Akhir kata, selamat merayakan hari pendidikan dengan menempatkan pendidikan sebagaimana mestinya sehingga bisa meraih ridho Allah swt.
*) Pembina Eskul Literasi MTs. Miftahul Ulum 2 Bakid
One Reply to “Pendidikan : Masa Depan Dunia dan Umat Manusia”