Oleh : Muhammad Said Fadhori, S.Pd I *)
Sekolah adalah Sekolah adalah sebuah lembaga yang dirancang untuk pengajaran siswa atau murid di bawah pengawasan pendidik atau guru, sekolah tidak hanya tempat transfer ilmu pengetahuan, tapi juga seharusnya juga menanamkan nilai-nilai luhur, dan akhlakul karimah dengan hati yang menjadi standarnya.
Keberhasilan para murid bukan terletak pada muridnya saja namun karena peran guru yang telah menularkan nilai-nilai kehidupan. Sehingga mendorong para murid menjadi kreatif.
Tapi tahukah kamu, apa hal yang melatar belakangi Hari Guru di Indonesia? Peringatan Hari Guru Nasional merupakan bentuk penghormatan dan penghargaan terhadap para guru yang telah membimbing dan menjadi pilar penting pendidikan bangsa Indonesia. Hari guru Nasional yang jatuh pada setiap tanggal 25 November maka perlu mereflesikan kembali peran guru dalam dunia pendidikan
Guru adalah seorang pengajar suatu ilmu. Dalam bahasa Indonesia guru umumnya merujuk pada profesi dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Lebih khususnya guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak usia dini jalur sekolah atau pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Selain itu juga setiap hal yang mengajarkan sesuatu hal yang baru dapat juga dianggap seorang guru.
Baca Juga
MENJADI GURU SUKSES MENURUT AL-QUR`AN (REFLEKSI HARI GURU NASIONAL 2022)
Tugas guru adalah mengajar, Mengajar menurut Hamalik (1992:8) adalah aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya sehingga menciptakan kesempatan bagi anak untuk melakukan proses belajar secara efisien. Sedangkan Sudjana (1989:7) mendefinisikan mengajar sebagai bimbingan (membimbing) kegiatan siswa belajar, mengatur dan mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar siswa sehingga dapat mendorong siswa belajar, sedangkan menurut Kenneth D Moore mengajar adalah sebuah tindakan dari seseorang yang mencoba untuk membantu orang lain mencapai kemajuan dalam berbagai aspek seoptimal mungkin sesuai dengan potensinya. Sedangkan makna mendidik menurut Menurut Prof. Darji Darmodihar mendidik adalah menunjukkan usaha yang lebih ditujukan kepada pengembangan budi pekerti, semangat, kecintaan, rasa kesusilaan, ketakwaan, dll.
Jadi dari kedua definisi diatas maka ada dua tugas yang melekat pada profesi guru yaitu mendidik dan mengajar. Mendidik adalah proses membersihkan hati dan jiwa, sementara mengajar adalah mengisi hati dan jiwa dengan ilmu. Jadi ada dua tugas tugas pokok dari seorangguru dalam menghasikan generasi yang akan menjadi penerus masa depan bangsa.
Dalam menjalankan peran guru sebagai pendidik dan pengajar maka hal yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah : pertama harus menjadi contoh tauladan bagi peserta didik, karena apa yang dilakukan guru akan menjadi tiruan bagi peserta didik, pepatah mengatakan “guru kencing berdiri, murid kencing berlari” maknanya adalah jika gurunya masih membuka pikiran untuk berpikir Nasional maka muridnya akan mampu berlari berpikir hingga Internasional atau jika gurunya bersikap kurang sopan maka muridnya pun akan bersikap lebih tidak sopan. oleh karena itu untuk merubah prilaku murid maka guru harus mampu memberikan contoh prilaku yang baik. Sebagai contoh untuk melarang agar murid tidak duduk diatas meja, maka guru juga tidak boleh duduk diatas meja apalagi di depan siswa.
Baca juga
INTEGRITAS GURU SELARAS ZAMAN (REFLEKSI HARI GURU 2022)
Kedua adalah, guru harus mampu membentuk nilai untuk peserta didik apalagi saat ini dunia serba terhubung dengan globalisasi maka antara negara hanya di batasi oleh peraturan internasional dan aturan negara namun komunikasi, perubahan budaya lewat film, media sosial dan teknologi informasi lainnya tidak mampu dibatasi dan pengaruh globalisasi secara sosial akan mempengaruhi sikap masyarakat ke arah yang negatif dari pengaruh budaya luar yang tidak sesuai dengan adat ketimuran, maka perlu peran guru dalam membentuk karakter dan kepribadian yang baik serta nilai-nilai kebangsaan yang harus dipertahankan dalam menghadapi efek negative globalisasi.
Ketiga adalah guru yang berwawasan, makna guru yang berwawasan adalah yang memiliki kemampuan menguasai teknologi, mengasah dan mengupdate semua perkembangan ilmu, tidak ketinggalan informasi dan selalu menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Sehingga murid yang dihasilkan akan siap menghadapi realita kehidupa di dunia nyata.
Keempat guru harus memiliki jiwa yang ikhlas, makna ikhlas adalah memberi sebanyak-banyaknya namun tidak meminta balasan. Maknanya adalah harus rela mengabdi walaupun imbalannya sedikit atau harus rela memberikan ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya kepada perserta didik walaupun imbalan kecil.
Selanjutnya dalam membentuk karakter murid maka seorang guru tidak boleh ……. dll. Karena sikap guru yang seperti itu, akan di contoh oleh peserta didik sehingga akan tercipta generasi kedepan yang suka menuntut namun kurang memberi, suka memprotes namun tidak mau mengubah dengan memulai dari diri sendiri.
Ada beberapa golongan guru, golongan pertama adalah guru yang tidak mampu mentransfer ilmu pengetahuan dan tidak mampu mengubah karakter peserta didik, kedua guru yang mampu mengajar atau mentrasnfer ilmu namun tidak mampu mengubah karakter peserta didik, dan yang ketiga yaitu guru yang mampu mentrasfer ilmu dan juga mampu mengubah karakter. Sebenarnya yang dikatakan guru adalah orang yang melekat pada nilai ketiga tersebut.
Secara gelar guru tidak pernah menjadi “mantan” atau “bekas” seperti mantan bupati, bekas pembantu namun guru itu adalah gelar abadi meskipun ia tidak mentransfer ilmu lagi nnamun tetap saja dipandang sebagai guru dan selalu dihormati karena kewibawaan dan keilmuan yang ia miliki. Maka jika sekarang banyak guru yang tidak di hormati bisa saja nilai kewibawaan, ketauladanan dan keilmuannya tidak bisa di rasakan oleh peserta didik . oleh karena itu meskipun tidak lagi mengajar, guru agar tetap memberikan nilai-nilai positif bagi masyarakat.
Maka jadilah seorang guru “yang dicintai ketika ada, dirindukan ketika tidak ada dan dikenang ketika tiada’. Maknanya ialah ia yang hadir dengan keserderhanaan, mengajar dengan kewibawaan dan penuh kasih sayang, selalu memberi inspirasi bagi peserta didik sehingga ketika ia tidak hadir maka peserta didik akan merasa rindu dan ketika ia tiada ia akan dikenang karena sikapnya dan buah yang dihasilkan dari inspirasinya.
Untuk menjadi guru yang dicintai ketika ada, dirindukan ketika tak ada dan dikenang ketika tiada tidaklah mudah, dan tidak semua guru mampu untuk menjalankannya karena perlu kesabaran, dan mempunyai nilai-nilai kecintaan kepada peserta didik.
Melalui hari guru perlu disadari yang saat ini berprofesi sebagai guru dan yang akan menjadi guru maka sewajarnya direfleksikan kembali bahwa peran guru bukan saja melakukan transfer ilmu pengetahuan namun harus mampu mentrasfer nilai-nilai dan juga harus mampu menjadi orang yang ditauladani/dicontoh oleh peserta didik. Guru bukan profesi yang mengajar dengan gaya yang kiler, jiwa yang tak sabar dan hati yang tak tulus.
Jangan memilih jadi guru hanya disebabkan karena melihat peluang pekerjaan, juga jangan melihat pada besar/kecilnya gaji dan pendapatan lainnya, namun mulailah merenung bahwa menjadi guru dipundaknya mempunyai tanggung jawab untuk memperbaiki generasi penerus dan mengubah karakter generasi bangsa menuju ke arah yang lebih baik untuk mewujudkan bangsa yang mempunyai nilai-nilai kehidupan dengan masyarakatnya yang berakhlakul karimah, patuh pada aturan, mempunyai integritas, tanggung jawab kerja, menghargai waktu, tidak mengambil hak orang dan mempunyai semangat untuk maju.
الله أعلم….
*) Guru MTs. Miftahul Ulum 2 Bakid
3 Replies to “Muhasabah : Refleksi Hari Guru Nasional”