Membaca Pesan Pertama Rasulullah saw Saat Tiba di Madinah dalam Perspektif Manajemen Pendidikan


Oleh : Sahroni, S.Pd.I., M.Pd *)


Kabar kedatangan Rasulullah saw ke kota Yastrib menjadi sebuah kebahagiaan tersendiri bagi penduduk kota tersebut. Sejak lama mereka mengimpikan ingin melihat langsung wajah sosok pemimpin dan inspirator dunia tersebut. Maka tatkala Rasulullah saw tiba di Yatsrib, mereka segera berkerumun datang ingin melihat langsung wajah Rasulullah saw yang selama ini telah mereka impikan baik yang sudah beriman maupun yang masih memegang teguh agama sebelumnya, salah satunya Abdullah bin Salam, salah satu perawi hadis yang masyhur.

Abdullâh bin Salâm yang ketika itu masih belum memeluk islam, menceritakan dalam hadisnya, bagaimana pertama kali kesannya berjumpa nabi, dan bagaimana sekilas suasana ketika itu. Kala itu orang-orang berteriak bahagia, “Rasul telah tiba!” hingga tiga kali. Mereka berduyun-duyun mengerumuni Rasulullah saw yang ketika itu masih baru sampai di Quba’. Dengan hanya melihat wajah beliau saja, muncul benih-benih keimanan dalam hati ‘Abdullâh bin Salâm, ia langsung percaya dan membenarkan nabi Muhammad SAW.

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ سَلَامٍ قَالَ : لَمَّا قَدِمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ، انْجَفَلَ النَّاسُ إِلَيْهِ، فَجِئْتُ فِي النَّاسِ لِأَنْظُرَ إِلَيْهِ، فَلَمَّا اسْتَبَنْتُ وَجْهَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، عَرَفْتُ أَنَّ وَجْهَهُ لَيْسَ بِوَجْهِ كَذَّابٍ، وَكَانَ أَوَّلُ شَيْءٍ تَكَلَّمَ بِهِ أَنْ قَالَ : " يَا أَيُّهَا النَّاسُ، أَفْشُوا السَّلَامَ، وَأَطْعِمُوا الطَّعَامَ، وَصَلُّوا وَالنَّاسُ نِيَامٌ، تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ بِسَلَامٍ ". (رواه الترمذي)

“Ketika Nabi Muhammad SAW tiba di kota Madinah, orang-orang berduyun-duyun mendatangi beliau. Mereka berkata, ‘Rasul telah tiba!’. Akupun mengikuti kerumunan mereka untuk turut melihat. Ketika nampak wajah beliau, aku langsung tahu bahwa wajah beliau bukanlah wajah seorang pendusta. Hal pertama yang aku dengar dari beliau adalah ‘Wahai sekalian manusia! Sebarkanlah salam, berikanlah makanan, jalin silaturahim, dan salatlah pada malam hari ketika orang-orang tengah tidur. Maka kalian akan masuk surga dengan selamat.’” (HR. At-Turmudzi)

Tulisan ini tidak akan mengulas pesan tekstual dalam hadits tersebut karena hal tersebut sudah maklum. Penulis akan mencoba mengurai pesan implisit dalam perspektif dan konteks lembaga pendidikan.

  • Menciptakan Suasana Kerja yang Nyaman (Ifsya’ As-Salam)

Pesan Rasulullah saw yang pertama dalam hadits di atas adalah Ifsya’ as-salam yang artinya menyebarkan salam. Salam. Dalam bahasa Arab bermakna perdamaian, keselamatan dan kenyamanan. Pesan perdamaian yang dibawa baginda Rasulullah SAW ini adalah salah satu prinsip fundamental dalam kehidupan. Tidak hanya seorang muslim bahkan manusia secara umum sejatinya harus menjalankan pesan ini.

Dalam konteks pendidikan, pesan ini dapat diwujudkan dengan menciptakan lingkungan dan budaya kerja yang damai dan nyaman. Lingkungan kerja memiliki pengaruh besar dalam produktivitas dan kualitas kinerja karyawan. Semakin baik lingkungan tersebut, maka karyawan akan semakin betah dan produktif dalam bekerja. Tak hanya itu saja, karyawan juga mampu mengeluarkan potensi terbaiknya, tak hanya sekadar untuk mendapatkan gaji, namun mereka melakukannya demi kemajuan perusahaan/lembaga di masa mendatang.

Baca Juga

Tafsir Sosial Kontekstual Ibadah Kurban

Banyak pemimpin tak menyadari bahwa lingkungan kerja, unit kerja, budaya tim, insentif, dan sikap pemimpin dapat berdampak langsung pada kinerja karyawan. Pada masa kini, kantor tak hanya berbentuk ruangan yang kaku. Beberapa perusahaan membuat asesoris kantor dan ruang kerja sehingga karyawan merasa nyaman dan tidak jenuh untuk menghasilkan kinerja yang optimal. Namun  mereka juga tidak sadar bahwa kualitas komunikasi antara pemimpin dan karyawan jauh tidak kalah penting daripada asesoris tersebut. Komunikasi pemimpin yang buruk akan menyebabkan lingkungan kerja yang kurang baik dan kaku.

Kualitas interaksi dan komunikasi antara pemimpin dan karyawan adalah penentu utama motivasi dan kinerja. Hubungan antara pemimpin dan karyawan dapat diukur dengan seberapa bebas perasaan karyawan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan bahkan menyuarakan ketidaksetujuan terhadap pemimpin tanpa takut akan kritik atau pembalasan.

Terciptanya lingkungan kerja yang positif adalah salah satu kunci sukses sebuah organisasi/lembaga. Suasana yang positif akan mendukung terbentuknya komitmen dan kebersamaan, dan pada akhirnya akan meningkatkan kinerja lembaga secara keseluruhan. Jika karyawan merasa nyaman dan bahagia, maka seluruh aspek dalam operasional lembaga akan berlangsung optimal. Sudahkah lembaga anda menciptakan lingkungan kerja yang kondusif dan positif?

Untuk mewujudkan kondisi ideal di atas, pimpinan lembaga harus menerapkan fungsi-fungsi manajemen sarpras, manajemen pengelolaan dan manajemen komunikasi.

  • Memberikan Perhatian dan Apresiasi (Ith’am At-Tha’am)

Pesan kedua Rasulullah saw yaitu memerintahkan agar kita menjadi sosok yang peduli, peka dan bermanfaat buat orang lain. Giving bukan hanya kewajiban seorang muslim tapi ia sudah harus menjadi karakter, budaya atau bahkan gaya hidup.

Sebagai pemimpin, kepala lembaga seyogyanya melaksanakan pesan kedua ini. berpikirlah tentang give bukan get dengan bekerja secara profesional dan optimal, berpikirlah tentang apa yang sudah  didedikasikan dan dipersembahkan untuk lembaga. Bukan malah kebalikannya, selalu berpikir untuk mendapatkan apa dari lembaga. Sebagai karyawan, kita harus menamakan tekad akan bekerja secara maksimal sehingga lembaga menjadi maju dan terus berkembang.

Pun demikian, seorang pemimpin juga harus memberikan perhatian, apresiasi dan penghargaan kepada karyawan atas kinerja yang telah dicapai. Jika karyawan diberikan apresiasi dan dihargai, tentu saja mereka akan merasa bahwa pekerjaan mereka berarti dan diakui. Mereka akan lebih meningkatkan kinerja dan produktivitasnya menjadi lebih baik.

Meminjam istilah nasehat Madura yang sering disampaikan oleh Pengasuh Pondok Pesantren Miftahul Ulum KH. Husni Zuhri “Mun Bada Pakon, Maka Bada Pakan (Kalau ada perintah, maka ada makanan)

Tentu kalimat tersebut tidak melulu diartikan makanan, tetapi juga sebuah apresiasi atau penghargaan. Apresiasi dan penghargaan tidak hanya soal mateti. Memberikan apresiasi dapat sesederhana  memberikan ucapan positif ataupun memberikan kesempatan kepada karyawan untuk berkontribusi lebih dan menampung ide dan gagasan demi kemajuan lembaga.

Pemimpin yang baik adalah yang banyak mendengar, memberdayakan dan menjadi inspirator bagi mitra kerja. Untuk membangun sebuah tim yang solid dan tangguh, seorang pemimpin harus mampu mengelola Sumber Daya Manusia (SDM) dengan seluruh ragam potensinya dengan prinsip-prinsip kepemimpinan dan manajemen SDM modern. Kepemimpinan kolaboratif dan akomodatif. Kepemimpinan one man one show sudah tidak relevan dengan era saat ini.

Tirulah model kepemimpinan Rasulullah saw, yang egaliter, terbuka, demokratis, obyektif, memberdayakan, tegas dan bijak serta mengedepankan prinsip musyawarah.

  • Shalatlah ketika Manusia Terlelap Tidur (Thinking and Doing Out of The Box)

Penulis memaknai perintah ini sebagai upaya optimalisasi diri dengan cara berpikir dan bekerja out of the box yaitu mengeksplorasi ide-ide yang kreatif dan tidak biasa dan tidak dibatasi atau dikendalikan oleh aturan atau tradisi yang sudah lama.

Seorang Pemimpin harus dapat menemukan atau memecahkan masalah dengan cara yang berbeda untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas lembaga. Bukan hanya meningkatkan prosentase dari sekian persen menjadi sekian persen, tetapi bagaimana melipatgandakannya. Berpikir dengan cara serperti ini, berarti pemimpin harus berani melakukan sesuatu yang berbeda dan berani menanggung resiko yang akan dihadapinya.

Jangan ikut terlelap dalam tidur bersama kebanyakan orang, jangan terbuai dalam mimpi-mimpi indahmu, tetapi tak berbuat apa-apa, atau hanya berdiam diri, berpangku tangan dan rebahan saja. Bergeraklah! Bangkitlah! hari esok menantimu. Jadilah sosok yang berbeda dari kebanyakan orang, dari sisi spiritual, semangat, kinerja dan banyak hal.

Dalam riwayat Ibnu Majah, ada satu pesan lagi dari Rasulullah saw yaitu


وَصِلُوا الْأَرْحَامَ

  • Sambunglah Silaturrahmi (Membangun Networking)

Dalam dunia pendidikan, membangun relasi atau networking merupakan suatu hal yang penting. Mengapa  harus membangun relasi? Membangun pendidikan yang berkualitas merupakan hal yang sangat sulit jika hanya mengandalkan kekuatan internal lembaga. Semua lembaga pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Karenanya, lembaga pendidikan khususnya pimpinan harus membangun komunikasi dan relasi dengan pihak eksternal untuk mewujudkan visi, misi dan tujuan yang telah ditetapkan. Tentu seorang pemimpin harus dapat memilah dan memilih relasi yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan lembaga. Menjalin kerjasama dengan stakeholder tidak hanya sekedar hitam di atas putih tanpa tujuan yang jelas; apalagi hanya untuk melengkapi dokumen madrasah tanpa tindak lanjut apapun.

Kemampuan membangun networking yang sehat adalah salah satu kunci dalam menjalankan organisasi dan menjadi pemimpin yang sukses. Dengan membangun jejaring dengan berbagai kalangan, potensi bekerjasama untuk meningkatkan daya saing lembaga pendidikan semakin terbuka lebar.

Di sinilah peran penting seorang pemimpin (Kepala madrasah) melalui Waka. Humasnya, membangun relasi dengan berbagai instansi untuk mewujudkan visi misi besarnya.

Lingkungan kerja yang nyaman, komunikasi efektif semua pihak disertai dengan apresiasi dari atasan dengan mengintegrasikan seluruh potensi, ide, gagasan dan inovasi-inovasi serta didukung oleh jejaring yang luas akan mampu mengembangkan produktivitas kerja yang mampu membangun sebuah lembaga ideal yang maju, inovatif, unggul dan kompetitif.Lembaga seperti inilah yang digambarkan oleh Rasulullah saw sebagai Jannah (Surga). Lembaga yang membuat orang-orang di dalamnya merasa nyaman dan bahagia. Tidak dihantui rasa takut dan ketegangan, apalagi ditakut-takuti dengan nada ancaman.

Ala kulli hal menyambut tahu baru Islam, ini mari terus berbenah diri dengan segala kemampuan dan kekuatan yang kita miliki. Bergerak dan beranjak dari zona nyaman. Semoga tahun ini ini lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Amin…

Selamat Tahun Baru Islam 1 Muharram 1444 H. Bismillah…. Insya Allah kita bisa!

*) Kepala MTs. Miftahul Ulum 2 Bakid

Leave a Reply