logo_mts192
0%
Loading ...

Memahami Makna Kebaikan dan Keburukan | Dirosah Virtual Ramadhan 1444 H

Oleh : M. Bakiruddin, S.H *)

Definisi baik dan buruk

    Baik dan buruk merupakan sebuah nama, sebagaimana kita ketahui bahwa disaat ada nama, maka terdapat obyek yang diberikan nama. Contoh seperti kata “manusia”. “manusia” merupakan nama, sedangkan obyek atau sasaran dari nama tersebut ialah seluruh hewan yang memiliki daya nalar. Begitu juga baik maupun buruk. Dua kata ini (baik & buruk) hanya sebuah nama, sedangkan obyek dari dua kata ini ada tiga

    Segala sesuatu yang sesuai dengan selera merupakan hal yang dikatakan baik, sedangkan sebaliknya (sesuatu yang tidak sesuai dengan selera) maka dikatakan buruk. Jika obyek baik dan buruk sedemikian, otomatis dapat dipastikan bahwa satu perbuatan dapat memiliki penilain yang berbeda-beda. Contoh membunuh koruptor, maka hal ini bisa dianggap baik menurut rakyat tapi dianggap buruk oleh para jajaran dan keluarganya. Atau kita ambil contoh seperti “COVID 19” menurut kita, hal ini merupakan keburukan, namun bagi perusahaan yang bernama GOOGLE MEET, Covid 19 merupakan kebaikan karena perusahan mereka bisa berjalan dengan lancar.

    Jika kebaikan dan keburukan obyeknya adalah kesesuaian dengan selera, maka baik dan buruk merupakan sifat yang tidak sama dengan hitam dan putih. Karena mustahil penilian warna antara seseorang terdapat perbedaan. 

    • Baik adalah segala sesuatu yang dipuji oleh syari’at sedangkan buruk merupakan hal yang di cela oleh syari’at. Berdasarkan definisi ini, segala perbuatan yang bestatus wajib atau sunah merupakan sesuatu yang baik karena dipuji oleh syari’at, sedangkan sesuatu yang makruh dan haram adalah perbuatan yang dianggap buruk karena dicela oleh syari’at. Sedagkan perbuatan yang mubah tidak dapat dikatakan sesuatu yang baik karena tidak mendapatkan pujian dari syari’at.
    • Baik adalah segala sesuatu yang yang boleh dilakukan, sedangkan buruk adalah segala sesuatu yang tidak diperbolehkan untuk dilakukan. Dalam definisi ini bisa dikatakan bahwa perbuatan yang mubah merupakan kebaikan.
    • Baik dan buruk merupakan sebuah sifat yang relative.

    Sebagaimana kita ketahui, bahwa baik dan buruk tersebut hanya sebuah sifat yang melekat kepada mausuf (yang disifsati). Dengan artian, baik dan buruk tidak bisa berdiri secara independen, melainkan selalu membutuhkan mausuf  yang menjadi sandaran.

    Sifat yang berupa baik dan buruk merupakan sifat yang tidak melekat secara permanen, namun sifat yang relative dengan kata lain “tergantung”. Lebih gamblang; sifat yang berupa baik dan buruk tergantung situasi dan kondisi, dengan artian; satu perbuatan tidak bisa kita klaim baik secara mutlak, namun satu perbuatan bisa berstatus baik dan buruk dengan meninjau situasi dan kondisi. Contoh solat lima waktu, apakah bisa dikatakan baik secara mutlak? Dengan artian bahwa sifat baik yang melekat dalam solat akan selalu permanen dalam setiap kondisi?. Jawabannya adalah “tidak”. Sifat baik yang melekat dalam solat tidak bisa kita katakan baik secara mutlak, karena terkadang solat lima waktu menjadi tidak baik disaat kondisinya tidak mendukung, contoh solat disaat terdepat teman yang terbakar dan butuh pertolongan. Apakah solat dalam kondisi ini bisa dikatakan baik? Orang yang berakal sehat pasti menjawab “tidak”

    Untuk membuktikan bahwa sifat baik dan buruk merupakan relative maka kita teliti terlebih dahulu tiga obyek devinisi baik dan buruk yang sudah tertera.

    Ditinjau dari definisi yang pertama yaitu segala sesuatu yang sesuai selera, maka sangat jelas bahwa kebaikan dan keburukan relative, bagaimana tidak sedemikian, sedangkan selera antara satu orang dengan yang lain tidak memiliki kesamaan., seperti berbohong. Dianggap baik oleh seseorang yang sedang menyembunyikan temannya yang sedang dicari karena ingin dibunuh, dan dianggap buruk oleh yang mencarinya.

    Definisi ini (baik dan buruk tergantung selera) tidak bisa dikatakan aman, karena akan ber-akibat pada klaim buruk terhadap perbuatan tuhan jika tidak sesuai dengan selera manusia. Contoh Allah menyempitkan rizki, oleh manusia dianggap buruk karena tidak sesuai dengan kehendak manusia yang berupa ingin kaya. Atau perbuatan Allah yang berupa menciptakan orang kafir dianggap buruk karena hanya akan menjadi musuh bagi orang yang beriman. Sebagaimana kita ketahui bahwa seluruh perbuatan jika direlasikan kepada Allah pasti baik beda halnya jika direlasikan kepada manusia. Contoh membunuh, jika direlasikan kepada Allah maka baik, namun jika direlasikan kepada manusia maka buruk.

    Jika meninjau definisi yang ke-2 (baik adalah sesuatu yang dipuji oleh syari’at, sedangkan buruk ialah tidak dipuji oleh syari’at) maka juga dapat disimpulkan bahwa baik dan buruk adalah relative (tergantung situasi da kondisi). Contoh membunuh, apakah buruk? Apakah selalu dicela oleh syari’at? Kalau membunuh orang yang tidak salah, maka jelas buruk, namun sifat buruk yang melekat pada membunuh ini apakah permanen?. Maka bisa kita jawab, bahwa sifat buruk tersebut relative karena dalam satu sisi membunuh tersebut bisa menjadi baik, seperti algojo membunuh seseorang yang sudah membunuh orang lain secara dzalim.

    Meninjau baik dan buruk dengan definisi yang ke-tiga (baik adalah segala sesuatu yang boleh dilakukan, sedangkan buruk adalah segala sesuatu yang tidak boleh dilakukan) maka sangat jelas bahwa baik dan buruk merupakan sifat yang relative. Contoh; bolos kerja, apakah bolos kerja merupakan hal yang baik atau hal yang buruk secara mutlak? Maka jawabnya adalah relative. Bolos kerja menjadi buruk jika yang melakukan adalah karyawan, karena karyawan tidak diperkenankan untuk melakukannya. Bolos kerja menjadi baik jika dilakukan oleh majikan, karena majikan boleh-boleh saja melakukan hal itu.

    Dengan kesimpulan; semple baik atau buruk terhadap satu perbuatan, tidak ada yang permanen, seluruhnya tergantung situasi, kondisi, dan pelaku.

    contoh untuk saat ini; apakah berpuasa dibulan ramadlan baik secara mutlak? Ketika dijawab baik secara mutlak, bagaimana dengan puasa yang dilakukan oleh orang yang memiliki sakit parah dan jika berpuasa maka dirinya akan terancam mati? Apakah puasanya masih bisa dikatakan baik? Bukankah ketika dia berpuasa hanya akan membunuh dirinya?

    • Otomatis menjadi seorang manusia harus selektif ketika bertindak, karena bisa jadi yang sudah terlihat baik kenyataan nya buruk karena situasi yang tidak mendukun.

    Sebagaimana dalam kitab Asnaful-maghrurin karya hujjatul islam Al-Ghazali, bahwa salah satu dari ketertipuan hamba Allah ialah disaat dia tidak mampu mempertimbangkan antara beberapa perbuatan yang sifat baik dan buruknya sangat relative. Contoh dihadapkan dua hal, antara menshalati mayat yang dan salat fardlu yang waktunya hampir habis. Jika disaat seperti ini lebih memilih solat fardlu, sehingga dia absen melakukan shalat jinazah, maka dia tertipu, karena anggapan terbaik yang dia asumsikan ternyata salah. Dengan rincian; seharusnya dia menshalati janazah terlebih dahulu, karena salat fardlu bisa dia lakukan setelahnya.

    *) Pembina Eskul Baca Kitab MTs. Miftahul Ulum 2 Bakid

    Share the Post:

    Join Our Newsletter