MATSAMA TP. 2023-2024 Hari Ke-3: Ketua LPTNU Lumajang Sampaikan Materi Moderasi Beragama

Melanjutkan schedule MATSAMA TP. 2023-2024, panitia pelaksana mengagendakan materi “Moderasi Beragama”. Menurut salah seorang panitia M Afif Umri, S.H, pengarusutamaan moderasi beragama menjadi bagian penting dalam dinamika demokrasi berkebangsaan dan bernegara, wawasan ini juga sangat tepat diberikan kepada peserta didik MTs. Miftahul Ulum 2 Bakid yang notabene juga menyandang gelar santri. Secara garis besar, pengarusutamaan moderasi beragama dapat memberi pemahaman moderat bagi santri pada umumnya dan bagi peserta didik baru pada khususnya, lanjut pembina ekskul seni kaligrafi menjelaskan.

Ketua Komite MTs. Miftahul Ulum 2 Bakid Dr. H. Zainuddin, M.Pd.I dipilih sebagai narasumber baik itu untuk peserta MATSAMA putra maupun putri. Kendati terpisah gedung di antara keduanya, pihak panitia mengalokasikan waktu pemberian materi pada peserta putra di sesi pertama sedangkan peserta putri ada pada sesi dua.

Hamzah Maulana R, S.H yang pada MATSAMA tahun ini ditunjuk sebagai master of ceremony menginformasikan bahwa sesi yang tidak ada pembekalan materi akan diisi kegiatan-kegiatan untuk kepentingan manajemen madrasah, baik itu bidang kurikulum, kesiswaan, kehumasan, maupun sarana dan prasarana. Guru yang telah terpilih menjadi salah satu artis dalam proyek film layar lebar ini menyebut di hari ketiga juga digunakan oleh panitia untuk mengkonfirmasi bakat-bakat siswa terutama mereka yang telah mendaftar ekskul di hari sebelumnya.

Mengenai materi moderasi beragama, Ketua LPTNU Kab. Lumajang ini memberi judul materinya “Pengarusutamaan Moderasi Beragama Di Lingkungan Madrasah: Siswa Madrasah Sebagai Perawat NKRI”. Menyimak paparan beliau, mulanya peserta diajak untuk menengok ke belakang beberapa dekade saat Republik Indonesia belum merdeka. Kilasan sejarah ditinjau dalam konteks moderasi disajikan agar peserta dapat merekonstruksi pijakan berpikirnya.

Waka III Bidang Kemahasiswaan di Sekolah Tinggi Agama Islam Miftahul Ulum Lumajang ini mengajak dialog peserta selayaknya beliau berbincang kepada putra-putrinya, yaitu ketika slide menampilkan kasus-kasus di rentang dua puluh tahun kebelakang dan beberapa fenomena yang pernah diketahui peserta di lingkungan tempat tinggalnya terkait penyimpangan pemahaman dengan mengatasnamakan atau menggunakan atribut-atribut keagamaan. Metode pembekalan materi dengan studi kasus dan dialog dengan menempatkan peserta MATSAMA sebagai narasumber nyatanya mampu memberi kesan ringan selama materi berlangsung jika mengingat muatan moderasi beragama membutuhkan abstraksi berpikir yang utuh.

Paparan dengan menggunakan timeline sejak pra-kemerdekaan, kekinian, dan diakhiri dengan harapan dan gambaran di masa depan, yaitu rentang 10 Tahun hingga 20 Tahun dari sekarang saat mereka ini hidup di Zaman Indonesia Emas (2035-2045) dapat mewujudkan sustainable development goal yang hendak dicapai melalui pengarusutamaan moderasi beragama. Ustadz Zainuddin memberikan peta tujuan bagi seorang siswa sekaligus santri untuk melestarikan perdamaian dan keharmonisan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Mengakhiri materi, beliau berpesan: Kami para orang tua saat ini meskipun memiliki kekuatan suatu saat nanti pasti akan mengalami ketidakberdayaan, dan pada saat itulah kami menggantung hidup pada generasi kalian.

Leave a Reply