Oleh : Abdul Gofur Ar-Rozy *)
“… penting bagaimana mempelajari sejarah, namun yang jauh lebih penting lagi adalah belajar dari sejarah”.
Uraian kalimat di atas sangatlah tepat jika kita tilik kembali bunyi teks Sumpah Pemuda. Pasalnya, setelah berdiskusi dan meriset secara sederhana, pun juga menelaah di buku berjudul “Sumpah Pemuda: Makna dan Proses Penciptaan Simbol Kebangsaan Indonesia” serta dari sumber internet, ternyata ada banyak temuan perbedaan teks isi Sumpah Pemuda dari masa ke masa. Dapat dianggap teks yang dimaksud menjadi bias pemakainya tergantung kepada kepentingan penguasa republik ini.
Beberapa macam teks isi Sumpah Pemuda dari tahun 1928 hingga tahun 2022 ini, berikut uraiannya:
Masa Pra-Kemerdekaan: Kolonialisme Belanda
Sumpah Pemuda dengan tiga resolusi buah pemikiran Moh. Yamin di Kongres Pemuda II dimaksudkan untuk merancang satu kesadaran bersama sebagai satu akar sosial. Secara gamblang di masa ini tujuan Sumpah Pemuda sebagai senjata ideologi yang kita sebut ‘Persatuan Bangsa’.
Isi Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, Kongres Pemuda II
- Kami Poetra-Poetri Indonesia Mengakoe Bertoempah Darah jang Satoe Tanah Indonesia
- Kami Poetra-Poetri Indonesia Mengakoe Berbangsa jang Satoe Bangsa Indonesia
- Kami Poetra-Poetri Indonesia Mendjoengdjoeng Bahasa Persatoean Bahasa Indonesia
Dua tahun kemudian, tiga semboyan muncul di media-media surat kabar dengan versi lebih sederhana tetapi dengan tidak mengurangi maknanya.
Isi Sumpah Pemuda 1930, Pemberontakan Indonesia Moeda, “3 Semboyan”
- Berbangsa Satu = Bangsa Indonesia
- Berbahasa Satu = Bangsa Indonesia
- Bertanah Air Satu ialah Tanah Air Indonesia
Masa Kemerdekaan: Pemerintahan Soekarno (Orde Lama)
Soekarno seringkali menggunakan Sumpah Pemuda untuk mendoktrinasi seluruh elemen rakyat untuk bersatu melawan imperialisme barat, saat negara-negara barat berusaha membuat negara boneka istilah Kemudian, sekitar tahun 1956, Pemerintah pusat melemah karena dirongrong oleh banyaknya separatisme di daerah. Demokrasi Indonesia yang belum mapan secara politis mengakibatkan carut marut akibat singgungan ideologi politik. Mereka yang tidak puas dengan upaya pemerintah pusat membentuk gerakan-gerakan di daerah mengobarkan perang melawan pemerintah. Untuk memberi peringatan kepada para separatis ini, Soekarno sekali lagi menggunakan Sumpah Pemuda sebagai senjata simbolik untuk mendapatkan simpati rakyat sehingga dapat membantu melawan separatisme. Gerakan-gerakan pemberontakan ini, oleh Soekarno disebut sebagai “penyimpangan dari Sumpah 1928”.
Di Tahun 1957, Peringatan Akbar Sumpah Pemuda digelar. Soekarno mengamanatkan dan melancarkan serangan kepada para separatisme daerah: “Siapa yang menghidupkan kedaerahan dan federalism, maka ia tidak setia kepada Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Seribu kali ia mengatakan bahwa ia setia kepada Proklamasi Kemerdekaan, tetapi apabila sebaliknya menghidupkan kedaerahan dan kesukuan, maka berartilah bahwa ia tidak setia kepada proklamasi kemerdekaan Indonesia”.
Patut diakui bahwa di era Orde Lama ada banyak sekali pelibatan semangat Sumpah Pemuda dalam menyelesaikan persoalan kebangsaan. Medio Tahun 1945-1948, Sumpah Pemuda memberikan semangat juang kepada Gubernur Suryo bersama-sama Arek-arek Suroboyo dan masyarakat Jawa Timur lainnya untuk bertahan habis-habisan dari gempuran Belanda dan sekutunya, pemuda-pemuda Bandung yang merubah Bandung menjadi lautan api agar tidak disinggahi Belanda, ada pula pertempuran di Yogyakarta dan sekitar Surakarta. Tahun 1961, Sumpah Pemuda dilibatkan dalam perjuangan merebut Irian Barat. Tahun 1963, Sumpah Pemuda adalah pengingat sejarah bahwa perjuangan melawan imperialisme harus diarahkan untuk mengganyang Malaysia.
Isi Sumpah Pemuda 1949, “Semboyan Perdjoeangan”
- Satu Bangsa – Bangsa Indonesia
- Satu Bahasa – Bahasa Indonesia
- Satu Tanah Air – Tanah Air Indonesia
- Satu Negara – Negara Indonesia
Isi Sumpah Pemuda 1958
- Kami Putra-Putri Indonesia Mengakui Satu Tanah Air, Tanah Air Indonesia
- Kami Putra-Putri Indonesia Mengakui Satu Bangsa, Bangsa Indonesia
- Kami Putra-Putri Indonesia Mengakui Satu Bahasa, Bahasa Indonesia
Masa Kemerdekaan: Pemerintahan Soeharto (Orde Baru)
Era Soeharto, Sumpah Pemuda diarahkan untuk menopang kerangka pemerintahan Orde Baru, yaitu: disiplin, stabilitas dan keamanan. Sumpah Pemuda mendapat perhatian serius dari pemerintah terutama dalam hal kajian dan diskursus. Berbagai proyek kajian maupun diskursus terkait sejarah Sumpah Pemuda didanai dan didukung sepenuhnya. Fenomena ini pertama kali muncul awal tahun 1970-an.
Tahun-tahun berikutnya, sebuah publikasi paling penting rekonstruksi Kongres Pemuda II dengan semangat Orde Baru merupakan karya-karya dengan deskripsi naratif-fiksi peristiwa tahun 1928, kritik dari kalangan akademisi dan sastrawan menganggap sebagai bualan politik. Salah-satunya yang terkenal dan banyak mendapat sorotan pengkritisi adalah karya B. Soelarto terbit Tahun 1986 berjudul “Dari Kongres Pemuda Pertama ke Sumpah Pemuda”, berisi kumpulan peristiwa sejarah antara kongres pertama 1926 dan kongres kedua 1928.
Era ini, Soeharto yang memproklamirkan diri sebagai bapak pembangunan membungkam suara-suara di daerah untuk kepentingan pembangunan jawa-sentris. Siapapun yang bersuara lantang distempel subversif dan mengganggu pembangunan bangsa.
Isi Sumpah Pemuda 1978, 50 Tahun Peringatan Sumpah Pemuda
- Mengaku Berbangsa Satu, Bangsa Indonesia
- Mengaku Bertanah Air Satu, Tanah Air Indonesia
- Mengaku Berbahasa Satu, Bahasa Indonesia
Masa Kemerdekaan: Orde Reformasi
Di masa awal reformasi sejak tumbangnya rezim Orde Baru, semangat Sumpah Pemuda dalam pidato kenegaraan Presiden Habibie 28 Oktober 1998, pemerintah akan memberikan penghargaan kepada pemuda Indonesia dalam rangka meningkatkan kualitas dalam minat terhadap pertumbuhan ekonomi nasional yang efisien. Hal itu dilakukan agar percepatan pemulihan ekonomi dapat segera terjadi. Orde Baru yang memiliki slogan ‘pembangunan’ alih-alih menciptakan kesetaraan ekonomi di tiap daerah secara merata yang terjadi malah sebaliknya, ketimpangan ekonomi. Tersendatnya perputaran ekonomi di daerah mengakibatkan harga kebutuhan pokok dan komoditas penunjang hidup tak terbeli oleh banyak masyarakat. Ditambah aksi korupsi, kolusi, dan nepotisme turut memperparah inflasi sehingga mata uang Rupiah melemah terhadap Dolar Amerika.
Kemudian di masa pemerintahan Gus Dur setelah memenangkan Pemilu secara langsung untuk pertama kalinya, Sumpah Pemuda diarahkan untuk menghargai pluralisme sosial dan kearifan lokal kedaerahan yang terkoyak oleh penyeragaman pemerintah pusat dan sentralisasi pembangunan di Pulau Jawa, khususnya Ibu Kota Jakarta. Pengalaman keluarnya Provinsi Timor Timur dari Republik Indonesia dan gerakan separatisme di Provinsi Aceh serta di Kepulauan Papua memberi pelajaran kepada pemerintah pusat bahwa suara dari daerah wajib untuk didengar, dari sinilah otonomi daerah mulai digaungkan. Kemajemukan pada akhirnya menjadi nafas dari semangat Sumpah Pemuda era Reformasi dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika.
Rezim bergantian di Masa Reformasi, tantangan yang tampak di permukaan masih seputar unitarisme ‘Negara Kesatuan Republik Indonesia Harga Mati’ di tengah pusaran arus globalisasi yang rentan saling singgungan ideologi. Kebebasan berekspresi yang melekat pada globalisme di wilayah realitas maupun non-realitas (media teknologi informasi) menjadi momok bagi slogan ‘NKRI Harga Mati’. Di sisi lain, borok penyakit laten korupsi, kolusi, dan nepotisme belum dapat diselesaikan, bahkan menjadi-jadi di era pasca reformasi. Akibatnya, kepentingan politik partai-partai di parlemen merecoki demokrasi berlandaskan Pancasila. Di masa ini tidak hanya politik yang butuh diperhatikan, bahaya lain seperti perubahan iklim dan masalah lain butuh persatuan dan kesatuan untuk diselesaikan secepatnya.
Sumpah Pemuda harus dapat menjadi pegangan Pemuda Generasi Z yang mau tidak mau dan siap tidak siap hidup di arus globalisme untuk merawat kehidupan berbangsa dan bernegara yang berideologi Pancasila. Semangat juang membangun Indonesia dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan adalah kewajiban yang mesti diupayakan bagi seluruh Rakyat Indonesia.
Sekarang, teks isi Sumpah Pemuda kembali mengalami gubahan yang entah siapa mempopulerkannya, berseliweran di media sosial internet dan pamflet-pamflet:
Isi Sumpah Pemuda 2012-2022, Sumpah Pemuda Jilid 2
- Kami Putera-Puteri Indonesia Mengaku Bertanah Air Satu, Tanah Air Indonesia
- Kami Putera-Puteri Indonesia Mengaku Berbangsa Satu, Bangsa Indonesia
- Kami Putera-Puteri Indonesia Menjunjung Bahasa Persatuan, Bahasa Indonesia
- Kami Putera-Puteri Indonesia Berideologi Satu, Ideologi Pancasila
- Kami Bersatu Mengembalikan Konstitusi Kepada UUD 1945 yang Asli
Semoga, dengan tulisan ini, para pembaca dapat memahami, bahwa peristiwa masa lalu, khususnya kesejarahan bangsa ini, bukanlah peristiwa usang, meskipun misalnya hanya untaian kalimat yang tampak tanpa guna. Pada tataran tafsir kritis di forum-forum diskursus, salah satunya dapat dinyatakan bahwa teks isi Sumpah Pemuda bersifat luwes, mengikat nasionalisme, bahkan faktanya dapat menjadi alat untuk kepentingan pemerintah.
Namun demikian, saya lebih memilih untuk berpendapat, bahwa Sumpah Pemuda seyogyanya kembali menjadi buah sejarah pemikiran para pendiri bangsa ini seperti apa adanya – isi tanpa diubah, sesuai yang telah diputuskan di Tahun 1928 – dan setiap anak bangsa dari generasi ke generasi dapat belajar dari sejarah tersebut untuk menghadapi tantangan hari ini dengan bersatu padu menyulam asa optimisme kehidupan ideal di masa depan yang tentunya yang lebih baik ketimbang era saat ini.
Selamat memperingati Hari Sumpah Pemuda, Bersatu Bangun Bangsa
One Reply to “Kesejarahan Sumpah Pemuda (Memperingati Hari Sumpah Pemuda 2022)”