logo_mts192
0%
Loading ...

Madrasah Tsanawiyah

MIFTAHUL ULUM 2

Madrasah Tsanawiyah

MIFTAHUL ULUM 2

Banyuputih Kidul Jatiroto Lumajang

Hari Santri Nasional: Soal dan Persoalannya

Oleh : Muhammad Faisol Ali, SH *)

Perayaan Hari Santri Nasional setiap tahunnya, itu-itu saja. Gak ada perubahan signifikan kecuali tema-tema dan konsep setiap tahunnya berbeda.

Hampir 9 tahun sejak diresmikannya oleh Presiden Jokowi Widodo pada tahun 2015 hingga saat ini, cenderung lebih ke selebrasi perayaan dan mengenang syuhada’ dari kalangan kiai dan santri yang gugur melawan penjajah.

Tanpa mengurangi rasa hormat kepada semua pihak dalam hal ini pemerintah, santri, dan atau almarhumin para pahlawan dari kalangan kiai dan santri, istiqamah bertawassul kepada para pahlawan dan meniru apa yang telah mereka dedikasikan untuk negeri ini jauh lebih baik ketimbang merayakan hari santri setiap tahunnya.

Lantas, apa ini yang diinginkan para almarhumin pahlawan dari kalangan kiyai dan santri? Tentu saja tidak.

Gebrakan Mbah Hasyim Asy’ari menyerukan Resolusi Jihad tentu jangan hanya kita tafsiri sebatas seruan dan ajakan untuk melawan penjajah. Banyak hal yang telah dilakukan olehnya sebelum benar-benar matang dan mantab menyerukan resolusi jihad. Salah satunya adalah riset melalui kajian ilmiah yang telah dilakukannya beberapa hari.

Dari deretan paragraf di atas, ini subtansinya: apapun yang dilakukan oleh santri jangan pernah melepas diri dari riset melalui apa yang telah kita kaji di pesantren.

Mbah Hasyim Asy’ari sangat alim dalam semua ilmu keagamaan bahkan lebih dari itu, ilmu sosial dan politik sangat dikuasainya. Sosok santri juga demikian, jangan hanya menguasai satu bidang ilmu, tapi kuasailah semua bidang ilmu agar hidup kita lebih terarah dan ada tujuan.

Kita kembali ke Hari Santri Nasional: soal dan persoalannya.

Setelah 22 Oktober ini, apa yang kita peroleh dari perayaan ini? Atau pertanyaan sederhananya: apa yang hendak kita lakukan sebagai sosok santri untuk negeri ini pasca perayaan Hari Santri Nasional ini?

Titel santri di kepala kita hari ini jauh lebih berat ketimbang titel santri melawan penjajah. Yang kita lawan hari ini adalah sesama santri, ya mereka menyebut dirinya dengan santri, yang pemikirannya radikal cenderung brutal dikarenakan minimnya keilmuan. Mereka mudah dipengaruhi oleh duniawi dan iming-iming surgawi.

Cara melawan mereka tentunya bukan dengan memeranginya bak peperangan yang gencar akhir-akhir ini. Bukan. Tapi bagaimana hari ini kita mulai melek dengan segala seabrek permasalahan negeri saat ini.

Tugas kita hari ini, ya mari perbanyak pengetahuan dan kelimuan kita hari ini.

Selamat Hari Santri, Cah….

*) Guru MTs Miftahul Ulum 2 Bakid

Share the Post:

Join Our Newsletter